BKPM: Realisasi Investasi 2014 Melebihi Target (original) (raw)

Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan, realisasi investasi sepanjang Januari-Desember 2015 sebesar Rp 463,1 triliun atau meningkat 16,2 persen dari realisasi investasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 398,6 triliun.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, tren 2014 tidak terlihat lonjakan investasi yang signifikan. Adapun realisi investasi kuartal IV-2014 mencapai Rp 120,4 triliun atau meningkat 0,4 persen dari kuartal III-2014 yang sebesar Rp 119,9 triliun, serta meningkat 14,3 persen dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp 105,3 triliun.

"Dari 2014, proses wait and see terjadi. Sehingga sepanjang dari kuartal ke kuartal relatif tidak terlalu ada lonjakan yang besar, " kata Franky di kantor BKPM, Jakarta, Rabu (28/1).

Pertumbuhan investasi 2014 yang melebihi target ditopang oleh realisasi dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mencapai Rp 156,1 triliun atau sekitar 33 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai Rp 128,2 triliun atau 32,2 persen dari total realisasi. Serta dari kontribusi penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 307 triliun atau mencapai 66,3 persen.

BKPM mengungkapkan untuk pertama kalinya, Amerika Serikat dan Korea Selatan tidak termasuk dalam lima negara terbesar investasi. Negara yang menempati realisasi investasi tertinggi yakni, Singapura mencapai US$ 5,8 miliar, Jepang mencapai US$ 2,7 miliar, Malaysia sebesar US$ 1,8 miliar, Belanda sebesar US$ 1,7 miliar , dan Inggris sebesar US$ 1,6 miliar

"AS tetap ada, cuma memang negara lain lebih tinggi. Memang kalau AS stagnan tapi kalau negara lain lebih besar maka dia bergeser. Untuk Korea Selatan tidak masuk lima besar karena turun investasinya akibat proyek-proyek besar Korea yang sudah selesai, kecuali Posco yang akan melanjutkan tahap keduanya," jelas Deputi Pelaksana dan Pengendali Investasi Azhar Lubis.

BKPM menyatakan, terjadi penurunan perluasan investasi pada 2014. Hal ini disebabkan, ada perusahaan yang ragu-ragu untuk mempelruas atau menambah pabriknya. Bahkan ada yang berpikir untuk berpindah ke negara lain. Terkait hal tersebut, BKPM telah mengupayakan agar perusahaan bisa bertahan dan melakukan perluasan di Indonesia, misalnya di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Namun di sisi lain, BKPM melaporkan ada semakin banyak perusahaan baru yang masuk ke Indonesia sekitar 70,8 persen. Artinya, semakin banyak diversifikasi sumber modal dan teknologi, dan menghilangkan kesan monopoli. "Ini bagus untuk perekonomian kita karena variasi produk dan teknologi pun semakin bagus," ujar Azhar.

Lebih lanjut, Azhar pun menjelaskan, pada 2014 terdapat 95 perusahaan yang belum terealisasi investasinya senilai Rp 423,74 triliun. BKPM mengungkapkan, alasan belum terealisasi disebabkan oleh adanya hambatan (The bottle necking) seperti masalah pembebasan lahan, perizinan daerah. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di sektor, perkebunana, listrik, perikanan, manufakturing, semen, dan petrokimia. Untuk itu, diperlukan kerjasama dengan kementerian teknis. Adanya perwakilan kementerian teknis di kantor pusat BKPM dapat membantu investor untuk segera menyelesaikan hambatan tersebut.

"BKPM akan berkomunikasi intens dengan daerah kalau ada permasalahan, termasuk izin, kemudian Amdal daerah, dan rekomendasi bupati dan gubernur. Akan lebih mudah bagi BKPM setelah ada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)," lanjut Azhar.

Namun, dengan realisasi 2014 yang meningkat tidak sejalan dengan jumlah penyerapan tenaga kerja. Pada 2014, tercatat total penyerapan tenaga kerja sejumlah 1,43 juta orang 2014. Angka ini lebih kecil dibandingkan total penyerapan tenaga kerja pada 2013 sebanyak 1,82 juta. Namun, jika dilihat pada angka kuartalan, total penyerapan tenaga kerja pada kuartal IV-2014 sebanyak 180,62 juta atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 159,31 juta orang.

BKPMinvestasi