dewangga dewangga | Gunadarma University (original) (raw)
Papers by dewangga dewangga
Given the global sustainability challenge; effective organizational Social Responsibility (SR) gu... more Given the global sustainability challenge; effective organizational Social Responsibility (SR) guidelines must set best-practices that acknowledge environmental constraints and strive for a sustainable society. SR has historically underrepresented environmental issues and needs to shift from a reactive focus on societal stakeholder demands, to a proactive whole-systems sustainability planning framework. There is a risk that unless SR guidelines consider both social and environmental issues together, they may fail at meeting their stated objectives and generate negative outcomes to organizational viability. This research finds key Sustainable Development concepts that should be integrated within SR guidelines and uncovers a common overall goal of both SR and SD as assisting organizations in moving towards a sustainable society. A Sustainable Society is defined in the research according to a set of scientific principles, based on environmental constraints and fundamental social needs. This clear goal enables the organization to 'backcast' from this success point in order to take effective strategic steps. The authors recommend the incorporation of critical concepts from Strategic Sustainable Development, a proven organizational sustainability planning framework, into SR guidelines to increase their effectiveness in strategic SR decision-making. A case study of the ISO 26000 SR guideline development process, along with multiple expert surveys and interviews, are used to asses the current understanding and application of sustainability concepts in the SR community and to develop recommendations for future SR guidelines.
i K KA AT TA A P PE EN NG GA AN NT TA AR R Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan k... more i K KA AT TA A P PE EN NG GA AN NT TA AR R Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Kalimantan Timur (Kaltim) periode triwulan I-2009 dapat dirampungkan. Buku KER ini mengulas perkembangan ekonomi, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran dan outlook Kaltim dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihakpihak lainnya yang membutuhkan serta memiilki perhatian terhadap perkembangan ekonomi Kaltim. Asesmen singkat kami terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan daerah Kalimantan Timur (Kaltim) selama triwulan I-2009, adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2009 diperkirakan turun sebesar 0,95% (y-o-y), setelah pada triwulan sebelumnya masih tercatat positif sebesar 1,44% (y-o-y). Pertumbuhan ekonomi Kaltim tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 4% (y-o-y). 2. Laju inflasi triwulanan Kaltim pada triwulan I-2009 mencapai 9,39% (y-o-y), menunjukkan penurunan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 13,06% (y-o-y). Laju inflasi tahunan Kaltim ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar 7,92% (y-o-y). Angka inflasi Kaltim tersebut merupakan gabungan inflasi (IHK) yang terjadi di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, yang merupakan wilayah baru yang dimasukkan untuk perhitungan laju inflasi di Kalimantan Timur, masing-masing sebesar sebesar 12,69% (y-oy), 11,30% (y-o-y) dan 19,85% (y-o-y). 3. Kinerja usaha perbankan Kaltim sebagaimana lazimnya pola awal tahun terlihat belum terlalu bergairah. a) Dari sisi penghimpunan dana, simpanan dana masyarakat pada bank-bank umum se-Kaltim selama periode laporan mencapai Rp 41.367 miliar, mengalami penurunan sebesar 0,36% dibandingkan dengan posisi pada triwulan sebelumnya. b) Sementara dari sisi penyaluran dana, total kredit atas dasar lokasi kantor selama triwulan I-2009 mencapai sebesar Rp 21.012 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 2,63% dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Namun atas dasar lokasi proyek, kredit yang disalurkan sistem perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat menurun sebesar 3,5% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sehingga posisinya menjadi Rp 29.110 miliar pada triwulan I-2009 (s.d Februari). Apabila ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa 35,3% dari total kredit berlokasi proyek di Kaltim berasal dari bank yang berkantor di luar Kaltim, terutama oleh kantor pusat bank yang berada di DKI Jakarta (pangsa 33,8%). c) Walaupun secara nominal kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan I-2009 mengalami penurunan namun rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim atas dasar lokasi proyek mencapai 70,4%, masih lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor yang sebesar 50,8%. d) Pembiayaan berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) yang berhasil disalurkan bank umum yang berkantor di Kaltim selama periode laporan mencapai 65,5% atau Rp 13.764 miliar dari total kredit sebesar Rp 21.012 miliar. Penyaluran kredit UMKM tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,39% dibandingkan dengan triwulan IV-2008. 4. Dengan mencermati berbagai faktor, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan II-2009 diperkirakan mencapai 1,7% -2,7% (y-o-y) atau kembali tumbuh positif setelah mengalami penurunan pada triwulan laporan, dengan laju inflasi triwulanan yang diperkirakan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
Given the global sustainability challenge; effective organizational Social Responsibility (SR) gu... more Given the global sustainability challenge; effective organizational Social Responsibility (SR) guidelines must set best-practices that acknowledge environmental constraints and strive for a sustainable society. SR has historically underrepresented environmental issues and needs to shift from a reactive focus on societal stakeholder demands, to a proactive whole-systems sustainability planning framework. There is a risk that unless SR guidelines consider both social and environmental issues together, they may fail at meeting their stated objectives and generate negative outcomes to organizational viability. This research finds key Sustainable Development concepts that should be integrated within SR guidelines and uncovers a common overall goal of both SR and SD as assisting organizations in moving towards a sustainable society. A Sustainable Society is defined in the research according to a set of scientific principles, based on environmental constraints and fundamental social needs. This clear goal enables the organization to 'backcast' from this success point in order to take effective strategic steps. The authors recommend the incorporation of critical concepts from Strategic Sustainable Development, a proven organizational sustainability planning framework, into SR guidelines to increase their effectiveness in strategic SR decision-making. A case study of the ISO 26000 SR guideline development process, along with multiple expert surveys and interviews, are used to asses the current understanding and application of sustainability concepts in the SR community and to develop recommendations for future SR guidelines.
i K KA AT TA A P PE EN NG GA AN NT TA AR R Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan k... more i K KA AT TA A P PE EN NG GA AN NT TA AR R Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Kalimantan Timur (Kaltim) periode triwulan I-2009 dapat dirampungkan. Buku KER ini mengulas perkembangan ekonomi, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran dan outlook Kaltim dalam rangka pemberian informasi yang komprehensif kepada para stakeholders Bank Indonesia. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi pemangku kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihakpihak lainnya yang membutuhkan serta memiilki perhatian terhadap perkembangan ekonomi Kaltim. Asesmen singkat kami terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan daerah Kalimantan Timur (Kaltim) selama triwulan I-2009, adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2009 diperkirakan turun sebesar 0,95% (y-o-y), setelah pada triwulan sebelumnya masih tercatat positif sebesar 1,44% (y-o-y). Pertumbuhan ekonomi Kaltim tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan mencapai 4% (y-o-y). 2. Laju inflasi triwulanan Kaltim pada triwulan I-2009 mencapai 9,39% (y-o-y), menunjukkan penurunan dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 13,06% (y-o-y). Laju inflasi tahunan Kaltim ini lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi tahunan nasional yang tercatat sebesar 7,92% (y-o-y). Angka inflasi Kaltim tersebut merupakan gabungan inflasi (IHK) yang terjadi di Samarinda, Balikpapan, dan Tarakan, yang merupakan wilayah baru yang dimasukkan untuk perhitungan laju inflasi di Kalimantan Timur, masing-masing sebesar sebesar 12,69% (y-oy), 11,30% (y-o-y) dan 19,85% (y-o-y). 3. Kinerja usaha perbankan Kaltim sebagaimana lazimnya pola awal tahun terlihat belum terlalu bergairah. a) Dari sisi penghimpunan dana, simpanan dana masyarakat pada bank-bank umum se-Kaltim selama periode laporan mencapai Rp 41.367 miliar, mengalami penurunan sebesar 0,36% dibandingkan dengan posisi pada triwulan sebelumnya. b) Sementara dari sisi penyaluran dana, total kredit atas dasar lokasi kantor selama triwulan I-2009 mencapai sebesar Rp 21.012 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 2,63% dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya. Namun atas dasar lokasi proyek, kredit yang disalurkan sistem perbankan secara nasional untuk Kaltim tercatat menurun sebesar 3,5% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sehingga posisinya menjadi Rp 29.110 miliar pada triwulan I-2009 (s.d Februari). Apabila ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa 35,3% dari total kredit berlokasi proyek di Kaltim berasal dari bank yang berkantor di luar Kaltim, terutama oleh kantor pusat bank yang berada di DKI Jakarta (pangsa 33,8%). c) Walaupun secara nominal kredit berdasarkan lokasi proyek pada triwulan I-2009 mengalami penurunan namun rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) Kaltim atas dasar lokasi proyek mencapai 70,4%, masih lebih tinggi dibandingkan dengan LDR atas dasar lokasi kantor yang sebesar 50,8%. d) Pembiayaan berskala mikro, kecil dan menengah (MKM) yang berhasil disalurkan bank umum yang berkantor di Kaltim selama periode laporan mencapai 65,5% atau Rp 13.764 miliar dari total kredit sebesar Rp 21.012 miliar. Penyaluran kredit UMKM tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,39% dibandingkan dengan triwulan IV-2008. 4. Dengan mencermati berbagai faktor, pertumbuhan ekonomi Kaltim pada triwulan II-2009 diperkirakan mencapai 1,7% -2,7% (y-o-y) atau kembali tumbuh positif setelah mengalami penurunan pada triwulan laporan, dengan laju inflasi triwulanan yang diperkirakan lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.