Albertus Purnomo - Academia.edu (original) (raw)

Drafts by Albertus Purnomo

Research paper thumbnail of PANDUAN STUDI TAFSIR TAURAT

catatan tentang Alkitab , 2014

catatan tentang Alkitab

Research paper thumbnail of Orang Samaria Yang Berbelas Kasih

Catatan Alkitab , 2015

Catatan Ringan Albertus Purnomo, OFM Apa yang sedang kita lakukan di sini tidak jauh berbeda deng... more Catatan Ringan Albertus Purnomo, OFM Apa yang sedang kita lakukan di sini tidak jauh berbeda dengan apa yang Yesus lakukan dengan ahli Taurat dalam perikop yang akan kita lihat dan bahas bersama. Sebagaimana Yesus dan ahli Taurat berdiskusi dan menafsirkan arti dan hukum Taurat tentang bagaimana mencintai Allah dan manusia, kita juga berkumpul di sini untuk belajar mengetahui arti dan maksud dari teks-teks suci yang kita percayai sebagai sabda Tuhan. Maka dari itu, sebelum kita masuk secara khusus untuk belajar bagaimana menafsirkan suatu teks, tentunya dengan metode yang sederhana, tidak ada salahnya jika kita menengok sejenak seluk beluk tulisan-tulisan suci. Atau dengan kata lain, kita akan menjawab pertanyaan: apakah itu tulisan-tulisan suci (Alkitab). Apa itu Alkitab? Alkitab adalah bestseller yang tak pernah terkalahkan sepanjang sejarah. Setiap orang Kristen atau Katolik pasti memilikinya. Sebagian orang yang fundamentales berpandangan bahwa Alkitab ditulis kurang lebih mirip dengan apa yang dimaksudkan Allah, berisi satu paket instruksi moral atau kisah sejarah manusia. Sebagian orang yang cenderung skeptis terhadap Alkitab, melihat Alkitab sebagai kumpulan legenda bangsa Israel yang sudah selayaknya dianggap sebagai barang yang usang. Alkitab itu dokumen yang cukup membingungkan. Di satu pihak terdapat perikop-perikop yang mampu membangkitkan kasih dan harapan. Sebagian besar mazmur, Yes 40-55, bagian-bagian tertentu dari nubuat para nabi, bagian-bagian tertentu dari Perjanjian Baru 1 Kor 13 (madah kasih), kotbah di atas bukit (Mat 5-7) merupakan tulisan-tulisan yang sungguh-sungguh bernilai spiritual tinggi. Tetapi, di pihak lain, terkadang ada bagian-bagian kitab suci yang agak aneh dan sudah tidak relevan lagi. Misalnya, perintah Allah kepada Yosua untuk membumi hanguskan kota Ai berserta seluruh penduduknya, atau menjanjikan hari kemurkaan Tuhan dsb. Mengapa bisa demikian? Karena kitab suci pada dasarnya ditulis oleh banyak orang, dalam rentang waktu yang panjang: kurang lebih seribu tahun, dan pada zaman atau situasi tertentu. Sekalipun banyak hal-hal yang agak sulit dimengerti oleh akal budi kita, perlu dicatat bahwa apa yang tertulis dalam kitab suci sebenarnya adalah sebuah refleksi perjumpaan dan pergulatan manusia (bangsa Israel dan orang Kristen) dalam memahami maksud dan kehendak Allah. Kitab Suci adalah kitab tentang bagaimana Allah berbicara dengan manusia dan sebaliknya bagaimana manusia menjawab Allah. Maka penting bagi kita yang mau belajar sesuatu dari kitab suci memiliki apa yang namanya "sense of God" [Indera akan Tuhan]. Maksudnya, suatu indera yang mendorong kita untuk merasakan Tuhan, seperti pemazmur katakan : Kecaplah betapa sedapnya Tuhan; suatu indera mendesak kita berjumpa dengan Allah. Jika kita tidak mempunyai indera akan Tuhan, mungkin kita akan gagal menemukan makna spiritual dalam kitab suci. Jadi apa yang harus dicari pertama-tama ketika kita membaca kitab suci adalah Tuhan. Di sini, kita mencoba mengenal dan memahami Tuhan lewat kisah-kisah orang yang dalam sejarah bangsa Israel dan gereja perdana. Dan juga mengenal maksud dan kehendak Allah dalam Kristus. Kitab suci pada dasarnya adalah tulisan-tulisan tentang kisah pergulatan manusia dalam memahami Allah, hidup dan dirinya sendiri. Sebagai contoh, Yakub bergulat dengan Allah, Yeremia mengeluh (complain) dan protes kepada Allah karena panggilannya

Research paper thumbnail of KITAB TOBIT : SEBUAH NOVEL RELIGIUS

paper Alkitab, 2015

paper ini berisi catatan singkat tentang kitab Tobit

Research paper thumbnail of PEMIMPIN SEBAGAI PELAYAN DALAM PERSPEKTIF ALKITAB

Paper Alkitab , 2015

Dalam beberapa tahun terakhir ini, konsep dan model kepemimpinan (leadership) mengalami suatu per... more Dalam beberapa tahun terakhir ini, konsep dan model kepemimpinan (leadership) mengalami suatu perubahan yang penting. Model kepemimpinan 'top down' (dari atas ke bawah) yang sudah berakar berpuluh-puluh tahun, tampaknya sudah tidak terlalu menarik lagi. Sebab, dengan model kepemimpinan seperti ini, ruang bagi pemimpin untuk menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri, sangatlah besar. Fenomena penyalahgunaan kekuasaan ini kerap terjadi dalam negara totaliter atau monarki absolut. Dalam negara seperti ini, si pemimpin, entah raja atau presiden menjadi tokoh sentral yang harus diikuti oleh rakyatnya. Ketika semua harus tunduk secara buta terhadap apa yang dikatakan pemimpin, maka di situ tidak ada kebebasan. Ketika tidak ada kebebasan, sulit juga tercipta kemajuan, keberadaban dan kedamaian. Yang tersisa, hanyalah ketakutan di pihak rakyat dan intimidasi dari pihak penguasa. Rakyat tidak berkembang dan tidak mengalami kemajuan. Tidak mengherankan jika model kepemimpinan 'top down' sangat rapuh dan mudah dijatuhkan oleh rakyat. Alasannya sangat jelas. Kepemimpinan seperti ini tidak menyejahterakan rakyat baik entah secara jasmani maupun rohani. Ambil contoh, fenomena "Musim Semi di Arab" (Arab Spring) pada tahun 2011 ketika banyak pemimpin diktator, baik di Mesir, Tunisia, atau Suriah, mengalami perlawanan dari rakyatnya sendiri. Sebagai reaksi dari model kepemimpinan 'top down', sekarang ini banyak orang lebih menghargai model kepemimpinan yang melayani atau pemimpin sebagai pelayanan (servant leadership). Setelah dilantik sebagai Paus, Paus Fransiskus mulai memperlihatkan model kepemimpinan ini. Ia langsung turun ke tengah umat dan menyapa mereka tanpa sekat-sekat hirarkis. Ia tidak merasa sungkan ketika berada dalam posisi sederajat dengan umat ketika berbicara dengan mereka. Sementara itu, di Indonesia, model kepemimpinan presiden Jokowi juga mendapat apresiasi yang tinggi dari rakyat. Jokowi membongkar sekat protokoler kepresidenan yang kaku. Ia mau 'blusukan' di tengah rakyat untuk mendengarkan segala keluh kesah dan kesulitan yang dihadapi oleh rakyat. Selain Paus Fransiskus dan Presiden Jokowi, masih ada banyak para pemimpin dari tingkat bawah sampai atas, dari tingkat RT sampai negara, yang menerapkan konsep pemimpin sebagai pelayanan. Para pemimpin ini tidak berdiri pertama-tama sebagai pusat dan puncak dalam piramida masyarakat, melainkan sebagai bagian dari masyarakat yang melayani. Fokus kepemimpinan bukanlah sang pemimpin, tetapi mereka yang dipimpin. Inilah trend kepemimpinan dewasa ini. Sebenarnya, model kepemimpinan yang melayani bukanlah barang baru. Ribuan tahun yang lalu konsep dan model kepemimpinan ini sudah diterapkan. Salah satu dokumen kuno yang menyimpan konsep itu adalah Alkitab. Dalam Alkitab, meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit, dapat dijumpai kisah para pemimpin yang sudah menerapkan model kepemimpinan yang melayani. Sebut saja, Musa dan Nehemia dalam Perjanjian Lama, dan Yesus dan Paulus dalam Perjanjian Baru. Lantas, seperti apakah dan bagaimana konsep kepemimpinan yang melayani ini diuraikan dalam Alkitab? Ini adalah pertanyaan utama yang

Research paper thumbnail of ELIA : SANG PEJUANG TUHAN

Paper Alkitab (biografi), 2014

Jika ingin bermakna dalam hidup, setiap orang pasti memiliki sesuatu yang selalu diperjuangkan. S... more Jika ingin bermakna dalam hidup, setiap orang pasti memiliki sesuatu yang selalu diperjuangkan. Seorang ibu berjuang jungkir balik untuk menghidupi anak-anaknya. Seorang pastor berjuang untuk menjaga keharmonisan hidup menggereja di parokinya. Seorang religius berjuang untuk tetap setia pada tugas perutusannya. Seorang bos perusahaan berjuang sedemikian rupa supaya perusahaan tidak bangkrut dan nasib karyawanannya tidak terlantar. Singkatnya, manusia yang hidup adalah manusia yang memperjuangkan sesuatu. Jika tidak ada yang diperjuangkan, hidup menjadi tidak berarti, gersang dan agak membosankan. Alkitab mencatat sosok nabi yang tak kenal lelah memperjuangkan agamanya. Nabi ini berusaha untuk mengembalikan keimanan bangsa Israel hanya kepada TUHAN (Yahweh). Ia terus menyemangati bangsanya supaya hati mereka tidak berbelok kepada allah palsu, seperti Baal dan Asyera. Nabi ini adalah Elia. Ia termasuk dalam kalangan nabi besar bangsa Israel. Dalam Perjanjian Baru ditampilkan sosok Elia yang bersama Musa tiba-tiba hadir ketika Yesus mengalami transfigurasi di sebuah gunung yang tinggi (Mrk 9:4). Elia terkenal sebagai pejuang TUHAN tanpa tanding. Namun, perlu dicatat, untuk menjadi nabi besar dan disegani, ada perjuangan berat yang harus ditempuh. Ia tidak hanya harus berjuang melawan para penentang TUHAN. Ia pun ternyata harus berjuang melawan kerapuhan dirinya sendiri. Ini bukanlah sesuatu yang mudah. Lantas, kerapuhan seperti apakah yang digeluti Elia dan apa yang sesungguhnya diperjuangkan oleh Elia dalam seluruh hidupnya? Yahweh adalah Allahku Nama 'Elia' berarti Yahweh (TUHAN) adalah Allahku. Dari namanya sudah bisa ditebak apa yang sedang diperjuangkan dalam hidup Elia. Ia ingin menjadikan TUHAN sebagai satu-satunya Allah baik bagi dirinya dan bangsa Israel. Alkitab tidak mencatat kelahirannya, masa kecilnya, bahkan orang tuanya. Yang dicatat hanyalah asalnya yaitu dari Tisbe-Gilead, di wilayah Trans-Yordan (sekarang Kerajaan Yordania). Ia adalah nabi di kerajaan Israel Utara pada masa pemerintahan raja Ahab, Ahazia, dan Yoram (873-843 SM). Pada zaman raja-raja ini, di Israel terjadi sinkretisme besar-besaran. Selain menyembah TUHAN, bangsa Israel juga menyembah Baal dan Asyera, dewa kesuburan, hujan, dan kesembuhan. Elia memulai karya kenabiannya dengan menubuatkan bahwa tidak akan ada embun dan hujan di Israel (1 Raj 17:1). Dan memang, terjadilah bencana kekeringan di seluruh Israel. Pada waktu itu, bangsa Israel percaya bahwa untuk urusan kesuburan tanah dan ternak, allah yang paling manjur adalah Baal dan Asyera. Sementara untuk urusan perang adalah TUHAN. Namun, Elia ingin menunjukkan bahwa Yahweh lebih berkuasa daripada Baal dan Asyera. Buktinya, TUHAN mampu menghentikan hujan

Research paper thumbnail of ABRAHAM : BERIMAN, SEBUAH PROSES

paper Alkitab, 2014

Beriman itu bukan sekedar tahu berbagai ajaran keagamaan atau doa-doa dan ritual. Meskipun itu pe... more Beriman itu bukan sekedar tahu berbagai ajaran keagamaan atau doa-doa dan ritual. Meskipun itu penting, tetapi bukan patokan utama menilai orang beriman atau tidak. Beriman itu adalah soal relasi seseorang terhadap Allah dan sesama. Beriman itu adalah bagaimana orang menilai kehidupannya dari sudut pandang Allah. Beriman itu adalah bagaimana tetap setia kepada jalan yang dipilih. Beriman itu anugerah dari Allah sekaligus perjuangan untuk membangunnya. Jadi beriman itu adalah proses yang berliku-liku. Tidak sekali jadi. Alkitab banyak mencatat sejumlah tokoh yang jatuh bangun membangun keimanan kepada Allah. Salah satunya adalah Abraham. Tradisi menempatkan Abraham sebagai bapa kaum beriman. Ia dikukuhkan sebagai teladan keberimanan. Alasannya sederhana. Dia selalu siap dan taat mengikuti perintah Allah yaitu meninggalkan tanah airnya untuk pergi ke sebuah daerah yang baru (Kej 12:1-2). Namun, dalam kisah Abraham selanjutnya, akan kelihatan bahwa Abraham mengalami jatuh bangun dalam relasinya dengan Allah, keluarganya, dan orang lain. Meskipun begitu, ini merupakan bagian dari perjuangannya untuk menjadi orang beriman. Bagaimanakah perjuangan Abraham? Berani Keluar Kisah Abraham adalah kisah perjalanan seorang manusia. Terah, ayah Abraham, membawanya dan anak-anaknya pergi dari Ur-Kasdim (Irak tengah) untuk tinggal pergi ke Kanaan (Kej 11:31-32). Di Haran (Irak Utara), setelah Terah mati, Allah menguatkan Abraham untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Kanaan. Panggilan Abraham adalah tetap berjalan walaupun tidak ada kepastian. Namun, Abraham yakin akan panggilannya karena Allah telah berjanji. Janji-Nya adalah bahwa ia akan mendapat keturunan yang besar dan menjadi bapa segala bangsa (Kej 13:16; 15:5; 22:17). Sekalipun janji di masa depan tetap tidak pasti, tapi Abraham tetap terbuka pada janji itu dan yakin akan terpenuhinya janji itu. Iman menuntut suatu pengharapan yang besar. Perjalanan Abraham untuk mengikuti panggilan TUHAN adalah sebuah perjalanan iman. Dia mempercayakan dirinya pada sabda dari TUHAN yang baru dia kenal. Ia berani melangkah dalam ketidakpastian. Inilah iman yang sesungguhnya. Iman membuat Abraham tidak takut akan jalan yang dia ambil. Dalam Alkitab, iman diungkapkan dalam bahasa Ibrani emunah, yang berasal dari kata kerja 'aman', yang berarti "membenarkan". Namun, emunah juga bisa berarti kesetiaan, baik dari pihak Allah maupun manusia. Perjalanan Abraham bukan hanya sekedar perjalanan iman, tetapi perjalanan menjadi manusia sejati. Menjadi manusia sejati berarti menjadi dirinya sendiri secara utuh. Anselm Grun, seorang Benediktin, dalam bukunya 'Lottare e Amare' (edisi Italia)

Research paper thumbnail of Yunus

Catatan lepas tentang Yunus

Research paper thumbnail of JACOB

catatan lepas tentang Yakub

Research paper thumbnail of Abraham

Research paper thumbnail of tentang kerahiman Allah.pdf

renungan dan tafsiran perikop seputar kerahiman Allah

Research paper thumbnail of STUDY GUIDE MATA KULIAH INJIL SINOPTIK

panduan studi injil sinoptik

Research paper thumbnail of renungan singkat

Research paper thumbnail of PANGGILAN UNTUK MENGIKUTI KRISTUS

Research paper thumbnail of MORAL PERKAWINAN

Research paper thumbnail of WAJAH KEPEMIMPINAN FRANSISKAN BERCORAK FEMININ (Sekilas Model Kepemimpinan Santa Klara

Tulisan ini membahas tentang pola kepemimpinan berwajah "feminin" berdasarkan spiritualitas santa... more Tulisan ini membahas tentang pola kepemimpinan berwajah "feminin" berdasarkan spiritualitas santa Klara

Research paper thumbnail of Alkitab sebagai refleksi iman perdana

artikel ini berbicara tentang Alkitab sebagai refleksi tentang peristiwa karya keselamatan Allah.

Research paper thumbnail of LITURGI DAN TRADISI KULTURAL RELIGIUS

Albertus Purnomo Pengantar. Problem yang sering muncul berkaitan dengan aplikasi liturgi dengan ... more Albertus Purnomo Pengantar. Problem yang sering muncul berkaitan dengan aplikasi liturgi dengan kultur masyarakat setempat adalah munculnya bentuk ekspresi religius yang baru. Ekspresi religius ini tidak lain adalah perpaduan antara model-model ekspresi religius populer dengan liturgi itu sendiri.

Research paper thumbnail of menemukan diri sendiri.pdf

Persaudaraan yang baik dibangun atas dasar pribadi-pribadi yang baik. Dan pribadi yang baik adala... more Persaudaraan yang baik dibangun atas dasar pribadi-pribadi yang baik. Dan pribadi yang baik adalah dasar dari sebuah komunitas yang baik. Pribadi ini adalah pribadi yang utuh dan bisa menjadi diri sendiri. gagasan dalam tulisan ini diambil dari buku Thomas Merton, New Seeds of Contemplation,

Research paper thumbnail of MEMAKNAI PANCASILA DALAM TERANG SABDA ALLAH

Albertus Purnomo, OFM Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Ini pasti sudah diketahui... more Albertus Purnomo, OFM Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Ini pasti sudah diketahui oleh setiap warga negara Indonesia. Pancasila bukanlah sebuah kumpulan ide atau gagasan yang diciptakan oleh para pendiri bangsa ini. Pancasila adalah nilai-nilai hidup yang telah dijiwai dan dihidupi oleh bangsa Indonesia dari abad ke abad, bahkan sebelum negara Indonesia ini resmi terbentuk. Dalam pidatonya tentang Pancasila di depan Sidang PBB 1960, Soekarno berkata demikian "Jadi berbicara tentang Panca Sila dihadapan Tuan-tuan, saya mengemukakan intisari dari peradaban kami selama dua ribu tahun". Dari pernyataan Soekarno, jelas sekali, Pancasila itu tidak lain adalah sebuah kristaliasi atau pengendapan nilai-nilai hidup bangsa Indonesia yang sudah teruji dalam perkembangan dan pergolakan zaman. Karena itu, Pancasila sudah selayaknya menjadi cara hidup (way of life) setiap rakyat Indonesia, dalam berbagai suku, bahasa dan agama. Karena nilai-nilai Pancasila bersifat universal (berlaku secara umum), maka cara hidup berlandaskan Pancasila, bukanlah eksklusif untuk bangsa Indonesia saja, tetapi juga bisa untuk bangsabangsa di dunia ini. Pancasila terbuka untuk siapa saja.

Research paper thumbnail of Jesus Harsh Saying on Discipleship in Luke 14.pdf

About three conditions of discipleship

Research paper thumbnail of PANDUAN STUDI TAFSIR TAURAT

catatan tentang Alkitab , 2014

catatan tentang Alkitab

Research paper thumbnail of Orang Samaria Yang Berbelas Kasih

Catatan Alkitab , 2015

Catatan Ringan Albertus Purnomo, OFM Apa yang sedang kita lakukan di sini tidak jauh berbeda deng... more Catatan Ringan Albertus Purnomo, OFM Apa yang sedang kita lakukan di sini tidak jauh berbeda dengan apa yang Yesus lakukan dengan ahli Taurat dalam perikop yang akan kita lihat dan bahas bersama. Sebagaimana Yesus dan ahli Taurat berdiskusi dan menafsirkan arti dan hukum Taurat tentang bagaimana mencintai Allah dan manusia, kita juga berkumpul di sini untuk belajar mengetahui arti dan maksud dari teks-teks suci yang kita percayai sebagai sabda Tuhan. Maka dari itu, sebelum kita masuk secara khusus untuk belajar bagaimana menafsirkan suatu teks, tentunya dengan metode yang sederhana, tidak ada salahnya jika kita menengok sejenak seluk beluk tulisan-tulisan suci. Atau dengan kata lain, kita akan menjawab pertanyaan: apakah itu tulisan-tulisan suci (Alkitab). Apa itu Alkitab? Alkitab adalah bestseller yang tak pernah terkalahkan sepanjang sejarah. Setiap orang Kristen atau Katolik pasti memilikinya. Sebagian orang yang fundamentales berpandangan bahwa Alkitab ditulis kurang lebih mirip dengan apa yang dimaksudkan Allah, berisi satu paket instruksi moral atau kisah sejarah manusia. Sebagian orang yang cenderung skeptis terhadap Alkitab, melihat Alkitab sebagai kumpulan legenda bangsa Israel yang sudah selayaknya dianggap sebagai barang yang usang. Alkitab itu dokumen yang cukup membingungkan. Di satu pihak terdapat perikop-perikop yang mampu membangkitkan kasih dan harapan. Sebagian besar mazmur, Yes 40-55, bagian-bagian tertentu dari nubuat para nabi, bagian-bagian tertentu dari Perjanjian Baru 1 Kor 13 (madah kasih), kotbah di atas bukit (Mat 5-7) merupakan tulisan-tulisan yang sungguh-sungguh bernilai spiritual tinggi. Tetapi, di pihak lain, terkadang ada bagian-bagian kitab suci yang agak aneh dan sudah tidak relevan lagi. Misalnya, perintah Allah kepada Yosua untuk membumi hanguskan kota Ai berserta seluruh penduduknya, atau menjanjikan hari kemurkaan Tuhan dsb. Mengapa bisa demikian? Karena kitab suci pada dasarnya ditulis oleh banyak orang, dalam rentang waktu yang panjang: kurang lebih seribu tahun, dan pada zaman atau situasi tertentu. Sekalipun banyak hal-hal yang agak sulit dimengerti oleh akal budi kita, perlu dicatat bahwa apa yang tertulis dalam kitab suci sebenarnya adalah sebuah refleksi perjumpaan dan pergulatan manusia (bangsa Israel dan orang Kristen) dalam memahami maksud dan kehendak Allah. Kitab Suci adalah kitab tentang bagaimana Allah berbicara dengan manusia dan sebaliknya bagaimana manusia menjawab Allah. Maka penting bagi kita yang mau belajar sesuatu dari kitab suci memiliki apa yang namanya "sense of God" [Indera akan Tuhan]. Maksudnya, suatu indera yang mendorong kita untuk merasakan Tuhan, seperti pemazmur katakan : Kecaplah betapa sedapnya Tuhan; suatu indera mendesak kita berjumpa dengan Allah. Jika kita tidak mempunyai indera akan Tuhan, mungkin kita akan gagal menemukan makna spiritual dalam kitab suci. Jadi apa yang harus dicari pertama-tama ketika kita membaca kitab suci adalah Tuhan. Di sini, kita mencoba mengenal dan memahami Tuhan lewat kisah-kisah orang yang dalam sejarah bangsa Israel dan gereja perdana. Dan juga mengenal maksud dan kehendak Allah dalam Kristus. Kitab suci pada dasarnya adalah tulisan-tulisan tentang kisah pergulatan manusia dalam memahami Allah, hidup dan dirinya sendiri. Sebagai contoh, Yakub bergulat dengan Allah, Yeremia mengeluh (complain) dan protes kepada Allah karena panggilannya

Research paper thumbnail of KITAB TOBIT : SEBUAH NOVEL RELIGIUS

paper Alkitab, 2015

paper ini berisi catatan singkat tentang kitab Tobit

Research paper thumbnail of PEMIMPIN SEBAGAI PELAYAN DALAM PERSPEKTIF ALKITAB

Paper Alkitab , 2015

Dalam beberapa tahun terakhir ini, konsep dan model kepemimpinan (leadership) mengalami suatu per... more Dalam beberapa tahun terakhir ini, konsep dan model kepemimpinan (leadership) mengalami suatu perubahan yang penting. Model kepemimpinan 'top down' (dari atas ke bawah) yang sudah berakar berpuluh-puluh tahun, tampaknya sudah tidak terlalu menarik lagi. Sebab, dengan model kepemimpinan seperti ini, ruang bagi pemimpin untuk menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan diri sendiri, sangatlah besar. Fenomena penyalahgunaan kekuasaan ini kerap terjadi dalam negara totaliter atau monarki absolut. Dalam negara seperti ini, si pemimpin, entah raja atau presiden menjadi tokoh sentral yang harus diikuti oleh rakyatnya. Ketika semua harus tunduk secara buta terhadap apa yang dikatakan pemimpin, maka di situ tidak ada kebebasan. Ketika tidak ada kebebasan, sulit juga tercipta kemajuan, keberadaban dan kedamaian. Yang tersisa, hanyalah ketakutan di pihak rakyat dan intimidasi dari pihak penguasa. Rakyat tidak berkembang dan tidak mengalami kemajuan. Tidak mengherankan jika model kepemimpinan 'top down' sangat rapuh dan mudah dijatuhkan oleh rakyat. Alasannya sangat jelas. Kepemimpinan seperti ini tidak menyejahterakan rakyat baik entah secara jasmani maupun rohani. Ambil contoh, fenomena "Musim Semi di Arab" (Arab Spring) pada tahun 2011 ketika banyak pemimpin diktator, baik di Mesir, Tunisia, atau Suriah, mengalami perlawanan dari rakyatnya sendiri. Sebagai reaksi dari model kepemimpinan 'top down', sekarang ini banyak orang lebih menghargai model kepemimpinan yang melayani atau pemimpin sebagai pelayanan (servant leadership). Setelah dilantik sebagai Paus, Paus Fransiskus mulai memperlihatkan model kepemimpinan ini. Ia langsung turun ke tengah umat dan menyapa mereka tanpa sekat-sekat hirarkis. Ia tidak merasa sungkan ketika berada dalam posisi sederajat dengan umat ketika berbicara dengan mereka. Sementara itu, di Indonesia, model kepemimpinan presiden Jokowi juga mendapat apresiasi yang tinggi dari rakyat. Jokowi membongkar sekat protokoler kepresidenan yang kaku. Ia mau 'blusukan' di tengah rakyat untuk mendengarkan segala keluh kesah dan kesulitan yang dihadapi oleh rakyat. Selain Paus Fransiskus dan Presiden Jokowi, masih ada banyak para pemimpin dari tingkat bawah sampai atas, dari tingkat RT sampai negara, yang menerapkan konsep pemimpin sebagai pelayanan. Para pemimpin ini tidak berdiri pertama-tama sebagai pusat dan puncak dalam piramida masyarakat, melainkan sebagai bagian dari masyarakat yang melayani. Fokus kepemimpinan bukanlah sang pemimpin, tetapi mereka yang dipimpin. Inilah trend kepemimpinan dewasa ini. Sebenarnya, model kepemimpinan yang melayani bukanlah barang baru. Ribuan tahun yang lalu konsep dan model kepemimpinan ini sudah diterapkan. Salah satu dokumen kuno yang menyimpan konsep itu adalah Alkitab. Dalam Alkitab, meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit, dapat dijumpai kisah para pemimpin yang sudah menerapkan model kepemimpinan yang melayani. Sebut saja, Musa dan Nehemia dalam Perjanjian Lama, dan Yesus dan Paulus dalam Perjanjian Baru. Lantas, seperti apakah dan bagaimana konsep kepemimpinan yang melayani ini diuraikan dalam Alkitab? Ini adalah pertanyaan utama yang

Research paper thumbnail of ELIA : SANG PEJUANG TUHAN

Paper Alkitab (biografi), 2014

Jika ingin bermakna dalam hidup, setiap orang pasti memiliki sesuatu yang selalu diperjuangkan. S... more Jika ingin bermakna dalam hidup, setiap orang pasti memiliki sesuatu yang selalu diperjuangkan. Seorang ibu berjuang jungkir balik untuk menghidupi anak-anaknya. Seorang pastor berjuang untuk menjaga keharmonisan hidup menggereja di parokinya. Seorang religius berjuang untuk tetap setia pada tugas perutusannya. Seorang bos perusahaan berjuang sedemikian rupa supaya perusahaan tidak bangkrut dan nasib karyawanannya tidak terlantar. Singkatnya, manusia yang hidup adalah manusia yang memperjuangkan sesuatu. Jika tidak ada yang diperjuangkan, hidup menjadi tidak berarti, gersang dan agak membosankan. Alkitab mencatat sosok nabi yang tak kenal lelah memperjuangkan agamanya. Nabi ini berusaha untuk mengembalikan keimanan bangsa Israel hanya kepada TUHAN (Yahweh). Ia terus menyemangati bangsanya supaya hati mereka tidak berbelok kepada allah palsu, seperti Baal dan Asyera. Nabi ini adalah Elia. Ia termasuk dalam kalangan nabi besar bangsa Israel. Dalam Perjanjian Baru ditampilkan sosok Elia yang bersama Musa tiba-tiba hadir ketika Yesus mengalami transfigurasi di sebuah gunung yang tinggi (Mrk 9:4). Elia terkenal sebagai pejuang TUHAN tanpa tanding. Namun, perlu dicatat, untuk menjadi nabi besar dan disegani, ada perjuangan berat yang harus ditempuh. Ia tidak hanya harus berjuang melawan para penentang TUHAN. Ia pun ternyata harus berjuang melawan kerapuhan dirinya sendiri. Ini bukanlah sesuatu yang mudah. Lantas, kerapuhan seperti apakah yang digeluti Elia dan apa yang sesungguhnya diperjuangkan oleh Elia dalam seluruh hidupnya? Yahweh adalah Allahku Nama 'Elia' berarti Yahweh (TUHAN) adalah Allahku. Dari namanya sudah bisa ditebak apa yang sedang diperjuangkan dalam hidup Elia. Ia ingin menjadikan TUHAN sebagai satu-satunya Allah baik bagi dirinya dan bangsa Israel. Alkitab tidak mencatat kelahirannya, masa kecilnya, bahkan orang tuanya. Yang dicatat hanyalah asalnya yaitu dari Tisbe-Gilead, di wilayah Trans-Yordan (sekarang Kerajaan Yordania). Ia adalah nabi di kerajaan Israel Utara pada masa pemerintahan raja Ahab, Ahazia, dan Yoram (873-843 SM). Pada zaman raja-raja ini, di Israel terjadi sinkretisme besar-besaran. Selain menyembah TUHAN, bangsa Israel juga menyembah Baal dan Asyera, dewa kesuburan, hujan, dan kesembuhan. Elia memulai karya kenabiannya dengan menubuatkan bahwa tidak akan ada embun dan hujan di Israel (1 Raj 17:1). Dan memang, terjadilah bencana kekeringan di seluruh Israel. Pada waktu itu, bangsa Israel percaya bahwa untuk urusan kesuburan tanah dan ternak, allah yang paling manjur adalah Baal dan Asyera. Sementara untuk urusan perang adalah TUHAN. Namun, Elia ingin menunjukkan bahwa Yahweh lebih berkuasa daripada Baal dan Asyera. Buktinya, TUHAN mampu menghentikan hujan

Research paper thumbnail of ABRAHAM : BERIMAN, SEBUAH PROSES

paper Alkitab, 2014

Beriman itu bukan sekedar tahu berbagai ajaran keagamaan atau doa-doa dan ritual. Meskipun itu pe... more Beriman itu bukan sekedar tahu berbagai ajaran keagamaan atau doa-doa dan ritual. Meskipun itu penting, tetapi bukan patokan utama menilai orang beriman atau tidak. Beriman itu adalah soal relasi seseorang terhadap Allah dan sesama. Beriman itu adalah bagaimana orang menilai kehidupannya dari sudut pandang Allah. Beriman itu adalah bagaimana tetap setia kepada jalan yang dipilih. Beriman itu anugerah dari Allah sekaligus perjuangan untuk membangunnya. Jadi beriman itu adalah proses yang berliku-liku. Tidak sekali jadi. Alkitab banyak mencatat sejumlah tokoh yang jatuh bangun membangun keimanan kepada Allah. Salah satunya adalah Abraham. Tradisi menempatkan Abraham sebagai bapa kaum beriman. Ia dikukuhkan sebagai teladan keberimanan. Alasannya sederhana. Dia selalu siap dan taat mengikuti perintah Allah yaitu meninggalkan tanah airnya untuk pergi ke sebuah daerah yang baru (Kej 12:1-2). Namun, dalam kisah Abraham selanjutnya, akan kelihatan bahwa Abraham mengalami jatuh bangun dalam relasinya dengan Allah, keluarganya, dan orang lain. Meskipun begitu, ini merupakan bagian dari perjuangannya untuk menjadi orang beriman. Bagaimanakah perjuangan Abraham? Berani Keluar Kisah Abraham adalah kisah perjalanan seorang manusia. Terah, ayah Abraham, membawanya dan anak-anaknya pergi dari Ur-Kasdim (Irak tengah) untuk tinggal pergi ke Kanaan (Kej 11:31-32). Di Haran (Irak Utara), setelah Terah mati, Allah menguatkan Abraham untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Kanaan. Panggilan Abraham adalah tetap berjalan walaupun tidak ada kepastian. Namun, Abraham yakin akan panggilannya karena Allah telah berjanji. Janji-Nya adalah bahwa ia akan mendapat keturunan yang besar dan menjadi bapa segala bangsa (Kej 13:16; 15:5; 22:17). Sekalipun janji di masa depan tetap tidak pasti, tapi Abraham tetap terbuka pada janji itu dan yakin akan terpenuhinya janji itu. Iman menuntut suatu pengharapan yang besar. Perjalanan Abraham untuk mengikuti panggilan TUHAN adalah sebuah perjalanan iman. Dia mempercayakan dirinya pada sabda dari TUHAN yang baru dia kenal. Ia berani melangkah dalam ketidakpastian. Inilah iman yang sesungguhnya. Iman membuat Abraham tidak takut akan jalan yang dia ambil. Dalam Alkitab, iman diungkapkan dalam bahasa Ibrani emunah, yang berasal dari kata kerja 'aman', yang berarti "membenarkan". Namun, emunah juga bisa berarti kesetiaan, baik dari pihak Allah maupun manusia. Perjalanan Abraham bukan hanya sekedar perjalanan iman, tetapi perjalanan menjadi manusia sejati. Menjadi manusia sejati berarti menjadi dirinya sendiri secara utuh. Anselm Grun, seorang Benediktin, dalam bukunya 'Lottare e Amare' (edisi Italia)

Research paper thumbnail of Yunus

Catatan lepas tentang Yunus

Research paper thumbnail of JACOB

catatan lepas tentang Yakub

Research paper thumbnail of Abraham

Research paper thumbnail of tentang kerahiman Allah.pdf

renungan dan tafsiran perikop seputar kerahiman Allah

Research paper thumbnail of STUDY GUIDE MATA KULIAH INJIL SINOPTIK

panduan studi injil sinoptik

Research paper thumbnail of renungan singkat

Research paper thumbnail of PANGGILAN UNTUK MENGIKUTI KRISTUS

Research paper thumbnail of MORAL PERKAWINAN

Research paper thumbnail of WAJAH KEPEMIMPINAN FRANSISKAN BERCORAK FEMININ (Sekilas Model Kepemimpinan Santa Klara

Tulisan ini membahas tentang pola kepemimpinan berwajah "feminin" berdasarkan spiritualitas santa... more Tulisan ini membahas tentang pola kepemimpinan berwajah "feminin" berdasarkan spiritualitas santa Klara

Research paper thumbnail of Alkitab sebagai refleksi iman perdana

artikel ini berbicara tentang Alkitab sebagai refleksi tentang peristiwa karya keselamatan Allah.

Research paper thumbnail of LITURGI DAN TRADISI KULTURAL RELIGIUS

Albertus Purnomo Pengantar. Problem yang sering muncul berkaitan dengan aplikasi liturgi dengan ... more Albertus Purnomo Pengantar. Problem yang sering muncul berkaitan dengan aplikasi liturgi dengan kultur masyarakat setempat adalah munculnya bentuk ekspresi religius yang baru. Ekspresi religius ini tidak lain adalah perpaduan antara model-model ekspresi religius populer dengan liturgi itu sendiri.

Research paper thumbnail of menemukan diri sendiri.pdf

Persaudaraan yang baik dibangun atas dasar pribadi-pribadi yang baik. Dan pribadi yang baik adala... more Persaudaraan yang baik dibangun atas dasar pribadi-pribadi yang baik. Dan pribadi yang baik adalah dasar dari sebuah komunitas yang baik. Pribadi ini adalah pribadi yang utuh dan bisa menjadi diri sendiri. gagasan dalam tulisan ini diambil dari buku Thomas Merton, New Seeds of Contemplation,

Research paper thumbnail of MEMAKNAI PANCASILA DALAM TERANG SABDA ALLAH

Albertus Purnomo, OFM Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Ini pasti sudah diketahui... more Albertus Purnomo, OFM Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia. Ini pasti sudah diketahui oleh setiap warga negara Indonesia. Pancasila bukanlah sebuah kumpulan ide atau gagasan yang diciptakan oleh para pendiri bangsa ini. Pancasila adalah nilai-nilai hidup yang telah dijiwai dan dihidupi oleh bangsa Indonesia dari abad ke abad, bahkan sebelum negara Indonesia ini resmi terbentuk. Dalam pidatonya tentang Pancasila di depan Sidang PBB 1960, Soekarno berkata demikian "Jadi berbicara tentang Panca Sila dihadapan Tuan-tuan, saya mengemukakan intisari dari peradaban kami selama dua ribu tahun". Dari pernyataan Soekarno, jelas sekali, Pancasila itu tidak lain adalah sebuah kristaliasi atau pengendapan nilai-nilai hidup bangsa Indonesia yang sudah teruji dalam perkembangan dan pergolakan zaman. Karena itu, Pancasila sudah selayaknya menjadi cara hidup (way of life) setiap rakyat Indonesia, dalam berbagai suku, bahasa dan agama. Karena nilai-nilai Pancasila bersifat universal (berlaku secara umum), maka cara hidup berlandaskan Pancasila, bukanlah eksklusif untuk bangsa Indonesia saja, tetapi juga bisa untuk bangsabangsa di dunia ini. Pancasila terbuka untuk siapa saja.

Research paper thumbnail of Jesus Harsh Saying on Discipleship in Luke 14.pdf

About three conditions of discipleship

Research paper thumbnail of Melacak jejak surga

Research paper thumbnail of Between God, Spirit, and Human Beings: A Comparative Study of the Relationship between 1QS 3:13 – 4:26 and The First Epistle of John

Tulisan yang muncul sekitar abad pertama Masehi banyak mengandung unsur ajaran dualisme. Tulisan ... more Tulisan yang muncul sekitar abad pertama Masehi banyak mengandung unsur ajaran dualisme. Tulisan 1 QS 3:13-4:26 atau Risalah Dua Roh, dari tradisi non-biblis (tradisi Qumran) dan surat pertama Yohanes dari tradisi biblis (tradisi Yohanes) merupakan contoh terbaik dari sejumlah tulisan yang sedikit banyak dipengaruhi oleh ajaran dualisme. Dengan membandingkan dua tulisan ini, akan ditemukan sejumlah kesamaan dan ketidaksamaan konsep dan gagasan di antara keduanya. Di satu pihak, kedua tulisan ini tetap mempertahankan konsep monoteisme murni: Allah adalah satu-satunya Pencipta. Di lain pihak, mereka menegaskan bahwa eksistensi roh dan manusia terbagi menjadi dua: roh baik dan roh jahat, manusia baik (anak-anak terang) dan manusia jahat (anak-anak kegelapan). Masing-masing roh menentukan dan mengatur eksistensi manusia di bumi dan takdir mereka di pengadilan terakhir pada akhir zaman. Problem yang muncul di sini adalah adakah relasi saling mempengaruhi di antara kedua teks ini ataukah ...

Research paper thumbnail of The Strained Relation Between Samaritans and Jews in the Works of Flavius Josephus

DISKURSUS - JURNAL FILSAFAT DAN TEOLOGI STF DRIYARKARA, 2017

The strained relation between Samaritans and Jews as a fruit of long-term process from the divisi... more The strained relation between Samaritans and Jews as a fruit of long-term process from the division of the United Kingdom of Israel (ca. 931 B.C.E) became a dominant issue since the post-exilic period and became more pronounced in the first century C.E. Beside the Old Testament, the story of their relation which was full of conflict can be traced to extra-biblical sources. One of them is Flavius Josephus' works (ca. 70 to 100 C.E), i.e., Jewish War and Jewish Antiquities. The root of the conflict is related to the presence of the Second Jerusalem Temple. The peak of the conflict is the construction of the Mount Gerizim temple in which some Jews regarded the adherents of the Samaritan cult as schismatic. The founding of this rival temple of Jerusalem aggravated the bad relations between Samaritans and Jews. The destruction of the Mount Gerizim temple by John Hyrcanus was a crucial incident for their relations. The conflict between Samaritans and Jews still continued in the Roman period. By historical approach, this study would setforth the examination of some Josephus' accounts regarding the historical process of the estrangement and rivalry between Samaritans and Jews which resulted in the final split in second century B.C.E.

Research paper thumbnail of Problem terjemahan "Rezeki" atau "makanan secukupnya" dalam doa bapa kami

Mingguan MINGGU, 2021

Problem terjemahan "Rezeki" atau "makanan secukupnya" dalam doa bapa kami

Research paper thumbnail of HIDUP ED 49 T 025 Renungan Minggu

Mingguan Hidupa, 2021

Keselamatan dari TUHAN

Research paper thumbnail of HIDUP ED 41 T 031 Renungan Minggu (1)

Mingguan HIDUP, 2021

Menangkis kelekatan pada kekayaan

Research paper thumbnail of HIDUP ED 34 T 025 Renungan Minggu (1)

Mingguan HIDUP, 2021

Keselamatan adalah sebuah pilihan

Research paper thumbnail of HIDUP ED 38 T 031 Renungan Minggu

Majalah Hidup , 2021

Menerima Allah apa adanya

Research paper thumbnail of HIDUP ED 27 T 025 Renungan Minggu (1)

Majalah Hidup edisi 27, 2021

Renungan Minggu

Research paper thumbnail of Nabi Sebagai Manusia Politis Dalam Kenabian Yesaya Dan Yeremia

Focus of this research is to examine main political characters of major prophets based on the boo... more Focus of this research is to examine main political characters of major prophets based on the book of Isaiah and Jeremiah. It explores a method of exegetic analysis. The main result of this research indicates three political characters of the prophets. First, as mediator between Yahweh and Israel, prophets did not only work in religious-cultic affair, but also in a socio-political affair, especially in the monarchy period of Israel. Secondly, peace and prosperity among the people of God are significant fruits of prophetic works in society. Thirdlly, as the chosen people of God, Isaiah and Jeremiah had led leaders of Judah to embody and actualize justice and peace as well as prosperity. Prophets are important part of the people of God as well as political beings.

Research paper thumbnail of Zipora: Bertahan dalam Kesepian

Research paper thumbnail of Jangan berzina. Perzinaan dalam Perjanjian Lama

WAcana Biblika no.3, 2013

Research paper thumbnail of Yudit: Singa Betina dari Yehuda

Research paper thumbnail of Yakobus. Dalam Tradisi tulisan-tulisan non Kanonik

Wacana Biblika no.4, 2011

Research paper thumbnail of TUHAN bersamamu

Liturgi vol.28 no 1, 2017

Research paper thumbnail of Tamar: Perempuan Pencari Keadilan

Research paper thumbnail of saya mengaku

Research paper thumbnail of Rahel: Di antara Romantisme dan Tragedi

Wacana Biblika no 1, 2021

Research paper thumbnail of Rahab: Pelacur yang menyelamatkan

Research paper thumbnail of Antara Kontrak dan Cinta: Perkawinan dalam Perjanjian Lama

Wacana Biblika no.1, 2013