Aprilia Dirgantini - Academia.edu (original) (raw)
Uploads
Papers by Aprilia Dirgantini
Abstrak Di Indonesia anak berkebutuhan khusus (ABK), terutama mereka yang memiliki keterbatasan m... more Abstrak Di Indonesia anak berkebutuhan khusus (ABK), terutama mereka yang memiliki keterbatasan mental, fisik atau kemampuan interaksi sosial/emosi, masih termarginalkan. Sebagian besar masyarakat masih memandang mereka sebagai orang yang merepotkan, mengganggu kenyamanan, sulit belajar, tidak produktif, dan membebani masyarakat. Sejarah kehidupan manusia justru menunjukkan hal yang berbeda, banyak temuan di bidang ilmu pengetahuan, karya seni dihasilkan oleh orang-orang berkebutuhan khusus. Diperlukan dukungan keluarga dan masyarakat agar ABK dapat hidup lebih baik. Sejumlah hasil penelitian menjelaskan keterkaitan antara aktivitas bermusik yang melibatkan gerak, dan atau gambar dapat menstimulasi anak berkebutuhan khusus untuk memperbaiki fungsi mental, motorik, dan intelegensinya. Hasil penelitian tersebut merupakan bukti bahwa musik dapat dijadikan medium untuk meningkatkan kualitas hidup ABK. Keterbatasan fisik, mental dan kemampuan interaksi sosial, bukan halangan untuk menjadi manusia yang berharga bagi orang lain. A. Pendahuluan Manusia seringkali lupa bahwa kehidupan kita di abad modern yang sangat kompleks ini, memungkinkan siapapun untuk menjadi bagian dari kelompok masyarakat berkebutuhan khusus. Para pegawai maupun direktur yang memiliki resiko penyakit tekanan darah tinggi, para pekerja pabrik dan bangunan, sangat berpeluang untuk menjadi tunadaksa. Begitu pula kebiasaan mendengarkan bunyi musik yang keras (rajin ke disco, memainkan musik yang bervolume keras dan cepat) suara bising di pabrik, juga dapat menyebabkan tuli. Belum lagi nutrisi yang kita makan dan lingkungan hidup yang semakin tercemar, secara kimiawi dapat mempengaruhi kondisi fisik maupun genetik manusia. Hal ini juga memicu munculnya beragam penyakit genetik dan neurobiologic dissorder. Kehidupan kita saat ini memungkinkan kita, anak-anak kita, atau keturunan kita menjadi bagian dari orang-orang yang berkebutuhan khusus. Kepala Informasi Data Sosial Depsos, Nurul Iswanti menyatakan
Abstrak Di Indonesia anak berkebutuhan khusus (ABK), terutama mereka yang memiliki keterbatasan m... more Abstrak Di Indonesia anak berkebutuhan khusus (ABK), terutama mereka yang memiliki keterbatasan mental, fisik atau kemampuan interaksi sosial/emosi, masih termarginalkan. Sebagian besar masyarakat masih memandang mereka sebagai orang yang merepotkan, mengganggu kenyamanan, sulit belajar, tidak produktif, dan membebani masyarakat. Sejarah kehidupan manusia justru menunjukkan hal yang berbeda, banyak temuan di bidang ilmu pengetahuan, karya seni dihasilkan oleh orang-orang berkebutuhan khusus. Diperlukan dukungan keluarga dan masyarakat agar ABK dapat hidup lebih baik. Sejumlah hasil penelitian menjelaskan keterkaitan antara aktivitas bermusik yang melibatkan gerak, dan atau gambar dapat menstimulasi anak berkebutuhan khusus untuk memperbaiki fungsi mental, motorik, dan intelegensinya. Hasil penelitian tersebut merupakan bukti bahwa musik dapat dijadikan medium untuk meningkatkan kualitas hidup ABK. Keterbatasan fisik, mental dan kemampuan interaksi sosial, bukan halangan untuk menjadi manusia yang berharga bagi orang lain. A. Pendahuluan Manusia seringkali lupa bahwa kehidupan kita di abad modern yang sangat kompleks ini, memungkinkan siapapun untuk menjadi bagian dari kelompok masyarakat berkebutuhan khusus. Para pegawai maupun direktur yang memiliki resiko penyakit tekanan darah tinggi, para pekerja pabrik dan bangunan, sangat berpeluang untuk menjadi tunadaksa. Begitu pula kebiasaan mendengarkan bunyi musik yang keras (rajin ke disco, memainkan musik yang bervolume keras dan cepat) suara bising di pabrik, juga dapat menyebabkan tuli. Belum lagi nutrisi yang kita makan dan lingkungan hidup yang semakin tercemar, secara kimiawi dapat mempengaruhi kondisi fisik maupun genetik manusia. Hal ini juga memicu munculnya beragam penyakit genetik dan neurobiologic dissorder. Kehidupan kita saat ini memungkinkan kita, anak-anak kita, atau keturunan kita menjadi bagian dari orang-orang yang berkebutuhan khusus. Kepala Informasi Data Sosial Depsos, Nurul Iswanti menyatakan