Dedy Syaharuddin - Academia.edu (original) (raw)
Uploads
Papers by Dedy Syaharuddin
MAKARA of Social Sciences …, 2011
Sungai secara alamiah merupakan sebuah kesatuan, namun pada kenyataannya pengelolaannya terkotak-... more Sungai secara alamiah merupakan sebuah kesatuan, namun pada kenyataannya pengelolaannya terkotak-kotak ke dalam wilayah administratif. Selain itu, sungai juga memiliki keterkaitan dengan kondisi masyarakat yang bertinggal di sekitarnya. Tulisan ini membahas permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui pendekatan pembahasan isu pengelolaan, dan isu kondisi masyarakat khususnya dalam kerangka keterkaitan wilayah hulu dan hilir. Departemen Pekerjaan Umum sebagai pengelola dan penanggung jawab sumber daya air secara nasional, sering mengemukakan semboyan "one river one plan one management". Namun pada kenyataannya hal ini masih sering bertentangan dengan produk perundangan dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, terutama terkait dengan otonomi daerah. Tulisan ini juga mencoba untuk memberikan gambaran kondisi permukiman dan kondisi masyarakat di Bale Kambang dan Kampung Pulo yang merupakan wilayah hilir sungai. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam praktek penataan ruang DAS diperlukan keterpaduan antara pengelolaan DAS di berbagai wilayah, serta pemahaman kondisi masyarakat di wilayah sekitar DAS. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi praktek penataan dan pengelolaan lingkungan perkotaan pada wilayah DAS yang tidak dapat berdiri sendiri, serta pentingnya melihat keterkaitan antara lingkungan fisik DAS dengan dengan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.
Bogor, 29 Oktober-3 November 2001, 2001
Proses alih fungsi lahan sudah dipandang sebagai pemandangan yang fisik yang biasa di dalam kehid... more Proses alih fungsi lahan sudah dipandang sebagai pemandangan yang fisik yang biasa di dalam kehidupan kita sehari-hari. Aktifitas penggunaan lahan adalah bentuk fisik dari aktifitas sosial-ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Dalam skala nasional, dalam kurun waktu tiga dekade terakhir, setidaknya terdapat dua trend utama proses alih fungsi lahan yang menonjol, yakni proses deforestasi dan urbanisasi-suburbanisasi (Kitamura dan Rustiadi, 1997). Proses deforestasi terutama sebagai akibat dari aktifitas loging, pengembangan areal pertanian dan pemukiman baru (transmigrasi). Deforestasi di luar Pulau Jawa terutama dilakukan oleh konsesi-konsesi HPH, perkebunan serta program-program transmigrasi, dengan demikian pihak-pihak swasta dan pemerintah merupakan pelaku-pelaku utama yang dominan. Di beberapa wilayah di Pulau Jawa dan sebagian wilayah lainnya di luar Pulau Jawa, tekanan penduduk lokal, proses perambahan hutan merupakan fenomena yang cukup umum. Di lain pihak, pada daerah-daerah seputar perkotaan ekspansi aktifitas urban (suburbanisasi) merupakan faktor utama terjadinya alih fungsi lahan-lahan pertanian ke aktifitas urban. Dengan demikian sebagian besar magnitude proses alihfungsi lahan berlangsung di kawasan perdesaan, khususnya pada kawasan-kawasan perbatasan kota-desa dan perbatasan kawasan budidaya-non budidaya.
This Research is carried out in urban area and countryside of Buleleng regency, Generally, the ai... more This Research is carried out in urban area and countryside of Buleleng regency, Generally, the aim of this study is to analyze the dynamic space exploitation based on local wisdom. Particularly. this research aims to: (1) analyze the difference of applying of local wise aspect in exploiting of regional room of countryside and lawn of custom society house in urban area and countryside, and factors that cause the difference of its applying and (2) solution of using custom countryside room and lawn of custom society house in urban area and countryside based on local wisdom. To reach the target designed research by using survey device, by using household as analysis unit. Household Sample is determined by proportional sampling random (145 sample). Data are collected through documentation technique, and interview of questioner. Then the data analyzed are through technique analyze qualitative. Research result out find differences of local wisdom applying in exploiting of regional room of countryside and lawn of house, and solution in exploiting of room base on local wisdom concept as materialization of human being interaction process with environment. Based on the research result, contribution that can be put forward: (1) contribution of theory: approach of countryside scale spatial and house made excellence of this research to express the difference of local wise applying in exploiting of regional room of countryside and lawn of house and (2) practical contribution: exploiting of room based on local wisdom can survive and sustain to influence modernize if custom society remains to tie with custom countryside. The concept of Tri Hita Karana as form of local wisdom form in utilizing adaptive room against change and growth of an era which is indicated with being compromise on Kahyangan Tiga as a soul of dwelling, territorial area as a village physical form and people who dwell there. This harmonious relation guarantee harmonious preserving environment.
Obtained through the Internet: http://bapedajabar. go. id …, 2006
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 1997
MAKARA of Social Sciences …, 2011
Sungai secara alamiah merupakan sebuah kesatuan, namun pada kenyataannya pengelolaannya terkotak-... more Sungai secara alamiah merupakan sebuah kesatuan, namun pada kenyataannya pengelolaannya terkotak-kotak ke dalam wilayah administratif. Selain itu, sungai juga memiliki keterkaitan dengan kondisi masyarakat yang bertinggal di sekitarnya. Tulisan ini membahas permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui pendekatan pembahasan isu pengelolaan, dan isu kondisi masyarakat khususnya dalam kerangka keterkaitan wilayah hulu dan hilir. Departemen Pekerjaan Umum sebagai pengelola dan penanggung jawab sumber daya air secara nasional, sering mengemukakan semboyan "one river one plan one management". Namun pada kenyataannya hal ini masih sering bertentangan dengan produk perundangan dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, terutama terkait dengan otonomi daerah. Tulisan ini juga mencoba untuk memberikan gambaran kondisi permukiman dan kondisi masyarakat di Bale Kambang dan Kampung Pulo yang merupakan wilayah hilir sungai. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam praktek penataan ruang DAS diperlukan keterpaduan antara pengelolaan DAS di berbagai wilayah, serta pemahaman kondisi masyarakat di wilayah sekitar DAS. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi praktek penataan dan pengelolaan lingkungan perkotaan pada wilayah DAS yang tidak dapat berdiri sendiri, serta pentingnya melihat keterkaitan antara lingkungan fisik DAS dengan dengan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.
Bogor, 29 Oktober-3 November 2001, 2001
Proses alih fungsi lahan sudah dipandang sebagai pemandangan yang fisik yang biasa di dalam kehid... more Proses alih fungsi lahan sudah dipandang sebagai pemandangan yang fisik yang biasa di dalam kehidupan kita sehari-hari. Aktifitas penggunaan lahan adalah bentuk fisik dari aktifitas sosial-ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Dalam skala nasional, dalam kurun waktu tiga dekade terakhir, setidaknya terdapat dua trend utama proses alih fungsi lahan yang menonjol, yakni proses deforestasi dan urbanisasi-suburbanisasi (Kitamura dan Rustiadi, 1997). Proses deforestasi terutama sebagai akibat dari aktifitas loging, pengembangan areal pertanian dan pemukiman baru (transmigrasi). Deforestasi di luar Pulau Jawa terutama dilakukan oleh konsesi-konsesi HPH, perkebunan serta program-program transmigrasi, dengan demikian pihak-pihak swasta dan pemerintah merupakan pelaku-pelaku utama yang dominan. Di beberapa wilayah di Pulau Jawa dan sebagian wilayah lainnya di luar Pulau Jawa, tekanan penduduk lokal, proses perambahan hutan merupakan fenomena yang cukup umum. Di lain pihak, pada daerah-daerah seputar perkotaan ekspansi aktifitas urban (suburbanisasi) merupakan faktor utama terjadinya alih fungsi lahan-lahan pertanian ke aktifitas urban. Dengan demikian sebagian besar magnitude proses alihfungsi lahan berlangsung di kawasan perdesaan, khususnya pada kawasan-kawasan perbatasan kota-desa dan perbatasan kawasan budidaya-non budidaya.
This Research is carried out in urban area and countryside of Buleleng regency, Generally, the ai... more This Research is carried out in urban area and countryside of Buleleng regency, Generally, the aim of this study is to analyze the dynamic space exploitation based on local wisdom. Particularly. this research aims to: (1) analyze the difference of applying of local wise aspect in exploiting of regional room of countryside and lawn of custom society house in urban area and countryside, and factors that cause the difference of its applying and (2) solution of using custom countryside room and lawn of custom society house in urban area and countryside based on local wisdom. To reach the target designed research by using survey device, by using household as analysis unit. Household Sample is determined by proportional sampling random (145 sample). Data are collected through documentation technique, and interview of questioner. Then the data analyzed are through technique analyze qualitative. Research result out find differences of local wisdom applying in exploiting of regional room of countryside and lawn of house, and solution in exploiting of room base on local wisdom concept as materialization of human being interaction process with environment. Based on the research result, contribution that can be put forward: (1) contribution of theory: approach of countryside scale spatial and house made excellence of this research to express the difference of local wise applying in exploiting of regional room of countryside and lawn of house and (2) practical contribution: exploiting of room based on local wisdom can survive and sustain to influence modernize if custom society remains to tie with custom countryside. The concept of Tri Hita Karana as form of local wisdom form in utilizing adaptive room against change and growth of an era which is indicated with being compromise on Kahyangan Tiga as a soul of dwelling, territorial area as a village physical form and people who dwell there. This harmonious relation guarantee harmonious preserving environment.
Obtained through the Internet: http://bapedajabar. go. id …, 2006
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 1997