Dhany Rupawan - Academia.edu (original) (raw)
Papers by Dhany Rupawan
Tentunya sejak kita duduk dibangku sekolah dasar, kita selalu mendengar istilah Ibu Pertiwi yang ... more Tentunya sejak kita duduk dibangku sekolah dasar, kita selalu mendengar istilah Ibu Pertiwi yang berarti bumi tempat kita hidup. Pertanyaannya adalah mengapa Bumi diasosiasikan dengan kata Ibu pertiwi...?? apakah Bumi atau alam secara keseluruhan mempunyai hubungan yang filosofis dan kultural dengan Ibu yang bermakna perempuan. Tentunya pemaknaan ini bukan pada persoalan jenis kelamin apakah " ibu pertiwi " ataukah " bapak pertiwi " melainkan jika dicermati, merupakan sebuah logika struktural yang dibangun oleh laki-laki untuk mendikotomikan perbedaan sifat dan peran antara laki-laki dan perempuan. kasih sayang, kepedulian, keikhlasan, merawat, menjaga, membesarkan tanpa pamrih selalu dihubungkan dengan perempuan seolah hanya perempuan yang memiliki sifat tersebut sementara laki-laki menganggap dirinya lebih tinggi dengan kekuasaan dan kekuatan fisiknya bisa menguasai alam termasuk perempuan. Logika dominasi ini sudah terbangun sejak dulu, berdasarkan prinsip maskulinitas, patriarkis dan hierarkis yang hingga kini secara sadar atau tidak masih dianut masyarakat modern. Untuk itulah pandangan ekofeminisme lahir yang merupakan sebuah bentuk telaah lingkungan yang mendobrak cara pandang dominan yang berlaku dalam masyarakat modern yaitu antroposentrisme bahkan lebih khusus lagi yaitu Androsentrisme yang merupakan paham dan etika lingkungan yang berpusat pada laki-laki. Bahwa hanya laki-laki berhak menguasai alam termasuk perempuan dan berhak untuk menentukan pilihan dan mengelola kehidupannya. Secara tradisional paham ini masih diterapkan pada masyarakat kita yang patriarkal, contohnya dalam keluarga, anak laki-laki diberikan kekebasan dan hak yang besar untuk bekerja atau melanjutkan pendidikan sementara perempuan dibatasi pada jenjang tertentu saja kemudiaan dipaksa mengurusi persoalan domestik keluarga yaitu bekerja di dapur. Alam dan perempuan merupakan sebuah entitas yang selalu menjadi korban atas prinsip dominasi tersebut. Menurut Karen J Warren, cara berpikir patriarki, dualistik, dan menindas, telah berakibat pada rusaknya alam dan kaum perempuan. Sebab perempuan selalu dinaturalisasi (dialamiahkan) dan alam difeminisasi (dianggap perempuan), akibatnya tidak jelas kapan penindasan satu berakhir dan kapan yang lain dimulai. Dapat dipahami bahwa paham androsentrisme yang diterapkan laki-laki, tentu secara otomatis akan berdampak langsung pada perempuan. Untuk itu, dominasi klasik inilah yang coba didobrak oleh ekofeminisme dengan menawarkan cara pandang dan perilaku baru untuk mengatasi krisisi lingkungan hidup sekarang ini. Ekofeminisme menawarkan sebuah telaah kritis atas akar dari semua krisis lingkungan hidup dewasa ini, menghapus dominasi dan subordinasi, juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yg dengan pandangan yang holistik dan lebih ramah lingkungan. Lahirnya Ekofeminsme Istilah Ekofeminsme pertama kali pada tahun 1974 dalam buku tulisan Francoise d'eaubonne yang berjudul la Feminisme ou la mort. Dalam karya ini diungkapkan pandangan tentang hubungan langsung antara eksploitasi alam dengan penindasan pada perempuan. Kedua-duanya tak bisa dipisahkan sebab persoalan lingkungan dan perempuan sangat ditentuka keterpusatan yang terletak
Tentunya sejak kita duduk dibangku sekolah dasar, kita selalu mendengar istilah Ibu Pertiwi yang ... more Tentunya sejak kita duduk dibangku sekolah dasar, kita selalu mendengar istilah Ibu Pertiwi yang berarti bumi tempat kita hidup. Pertanyaannya adalah mengapa Bumi diasosiasikan dengan kata Ibu pertiwi...?? apakah Bumi atau alam secara keseluruhan mempunyai hubungan yang filosofis dan kultural dengan Ibu yang bermakna perempuan. Tentunya pemaknaan ini bukan pada persoalan jenis kelamin apakah " ibu pertiwi " ataukah " bapak pertiwi " melainkan jika dicermati, merupakan sebuah logika struktural yang dibangun oleh laki-laki untuk mendikotomikan perbedaan sifat dan peran antara laki-laki dan perempuan. kasih sayang, kepedulian, keikhlasan, merawat, menjaga, membesarkan tanpa pamrih selalu dihubungkan dengan perempuan seolah hanya perempuan yang memiliki sifat tersebut sementara laki-laki menganggap dirinya lebih tinggi dengan kekuasaan dan kekuatan fisiknya bisa menguasai alam termasuk perempuan. Logika dominasi ini sudah terbangun sejak dulu, berdasarkan prinsip maskulinitas, patriarkis dan hierarkis yang hingga kini secara sadar atau tidak masih dianut masyarakat modern. Untuk itulah pandangan ekofeminisme lahir yang merupakan sebuah bentuk telaah lingkungan yang mendobrak cara pandang dominan yang berlaku dalam masyarakat modern yaitu antroposentrisme bahkan lebih khusus lagi yaitu Androsentrisme yang merupakan paham dan etika lingkungan yang berpusat pada laki-laki. Bahwa hanya laki-laki berhak menguasai alam termasuk perempuan dan berhak untuk menentukan pilihan dan mengelola kehidupannya. Secara tradisional paham ini masih diterapkan pada masyarakat kita yang patriarkal, contohnya dalam keluarga, anak laki-laki diberikan kekebasan dan hak yang besar untuk bekerja atau melanjutkan pendidikan sementara perempuan dibatasi pada jenjang tertentu saja kemudiaan dipaksa mengurusi persoalan domestik keluarga yaitu bekerja di dapur. Alam dan perempuan merupakan sebuah entitas yang selalu menjadi korban atas prinsip dominasi tersebut. Menurut Karen J Warren, cara berpikir patriarki, dualistik, dan menindas, telah berakibat pada rusaknya alam dan kaum perempuan. Sebab perempuan selalu dinaturalisasi (dialamiahkan) dan alam difeminisasi (dianggap perempuan), akibatnya tidak jelas kapan penindasan satu berakhir dan kapan yang lain dimulai. Dapat dipahami bahwa paham androsentrisme yang diterapkan laki-laki, tentu secara otomatis akan berdampak langsung pada perempuan. Untuk itu, dominasi klasik inilah yang coba didobrak oleh ekofeminisme dengan menawarkan cara pandang dan perilaku baru untuk mengatasi krisisi lingkungan hidup sekarang ini. Ekofeminisme menawarkan sebuah telaah kritis atas akar dari semua krisis lingkungan hidup dewasa ini, menghapus dominasi dan subordinasi, juga menawarkan visi-visi alternatif masa depan yg dengan pandangan yang holistik dan lebih ramah lingkungan. Lahirnya Ekofeminsme Istilah Ekofeminsme pertama kali pada tahun 1974 dalam buku tulisan Francoise d'eaubonne yang berjudul la Feminisme ou la mort. Dalam karya ini diungkapkan pandangan tentang hubungan langsung antara eksploitasi alam dengan penindasan pada perempuan. Kedua-duanya tak bisa dipisahkan sebab persoalan lingkungan dan perempuan sangat ditentuka keterpusatan yang terletak