Rosida Erowati - Academia.edu (original) (raw)
Papers by Rosida Erowati
Widyaparwa
Pesantren's life is a topic that is often raised in Indonesian literature. The topic of pesan... more Pesantren's life is a topic that is often raised in Indonesian literature. The topic of pesantren is not only written by men but also seen in women's works. This study focuses on Indonesian novels written by women in Islamic boarding schools. This study aims to see the representation of pesantren in women's novels. The research corpuses selected included Perempuan Berkalung Sorban by Abidah El Khaeliqy, Hati Suhita by Khilma Anis, Cahaya Cinta Pesantren by Ira Madan, Akademi Harapan Vita Agustina, and novel by Farahdiba Maria and Maryam. This qualitative descriptive study looks at the characteristics of the pesantren represented by women writers in modern Indonesian novels. The findings of the five novels studied. Namely, two novels (Perempuan Berkalung Sorban and Hati Suhita) represent traditional pesantren. This appears through the symbols and traditions of the santri and the kiai in the novel, such as studying the yellow book, haul, pilgrimage, and sowan. Two novels (...
Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia
Pers Islam awal abad XX mulai menggambarkan perempuan modern di Hindia Belanda. Beberapa teks per... more Pers Islam awal abad XX mulai menggambarkan perempuan modern di Hindia Belanda. Beberapa teks pers Islam mencitrakan perempuan modern sebagai perempuan yang mengakses pendidikan atau bersekolah; dan turut serta dalam pergerakan pemuda atau studieclub. Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini menelisik lebih luas ekspresi linguistik pada korpus pers Islam yang merepresentasikan perempuan modern pada awal abad XX. Penelitian ini pun memanfaatkan metode linguistik korpus, terutama fitur wordlist, collocation, dan keyword in context. Sumber data penelitian ini, Oetoesan Islam, Sinar Islam, Insjaf, Sawoenggaling Al Qisthaus, Lembaga Baroe, Pewarta Arab yang terbit antara 1915 s.d. 1935. Adapun temuan dalam penelitian ini adalah ekspresi linguistik yang mengindikasikan representasi perempuan adalah perampoean, isteri, gadis, dan perempoean. Sementara itu, Representasi perempuan yang ditampilkan dalam pers Islam abad XX adalah perempuan modern digambarkan sebagai perempuan yang dapat me...
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidaya, 2014
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nov 28, 2011
Proceedings of the 2nd International Conference of Mental Health
Kanonisasi dalam perkembangannya menjadi bagian dari proses pembelajaran yang penting untuk diper... more Kanonisasi dalam perkembangannya menjadi bagian dari proses pembelajaran yang penting untuk diperhatikan. Kanonisasi dapat diartika sebagai tindakan yang menjadikan suatu hal bersifat baku, mendasar (dibentuk dari kata sifat kanonis yang diberi imbuhan -isasi). Kanon sendiri dalam dunia sastra dipahami sebagai karya drama yang dianggap ciptaan asli seorang penulis. Dalam kaitannya dengan pembelajaran sastra di sekolah berbasis islam, maka kita perlu meneliti karya mana yang dianggap sebagai kanon. Untuk memfokuskan kajian ini, kami menggunakan beberapa buku teks pelajaran bahasa Indonesia di madrasah aliyah (MA) dan tsanawiyah (MTs) yang telah dinilai oleh Departemen Agama layak digunakan di madrasah
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014
Literary work which inflames a feeling of divine love and the prophetic spirit that led to the tr... more Literary work which inflames a feeling of divine love and the prophetic spirit that led to the transcendental intensity enliven the Indonesian literary treasures. In this regard, it is worth to note the exiistence of Sutardji as a sufi poet. Many critics and observers who see Sutardji as Indonesian poet who has an intensity appreciation of divinity (monotheism) and high religiosity. It is proven by the presence of poetry O, AMUK, and AX that sensationaized Indonesia poetry. The research method that is used in this research is descriptive qualitative method.The data collection was done by using library technique and record, while data analysis was performed by using the method of semiotic reading model which consists of three stages of analysis, namely; syntax, semantic, and pragmatic. Poetry But, in this case, is loaded with ideas of Sufism Wahdatul Wujud, which shows the proverbial human existence with the existence of God, the proverbial human dimension and the divine di...
This paper aims to discuss the problem of aesthetic in modern Indonesian literature in its relati... more This paper aims to discuss the problem of aesthetic in modern Indonesian literature in its relation with the politic. In contrast with the traditional understanding of the aesthetic and politic, this paper offers an alternative perspective abstracted by the French aesthetic philosopher, Jacques Rancière, to look into five problems concerning this matter. First, the mechanism of inclusion/exclusion in defining the aesthetic in relation with politic. This problem leads to the second, that is the definition of aesthetic as a distribution of sensibility which consists of the visible, the intelligible, and the possible where the main goal is to shatter the social hierarchy. In addition to this, the definition of revolutionary works relies not on the engagement of the artist into the political field, but on the succeed to bridging the hierarchical migration. Moreover, the presumption of equality as the foundation of the revolutionary in aesthetic, thus a popular work does not always consi...
This paper aims to discuss the problem of aesthetic in modern Indonesian literature in its relati... more This paper aims to discuss the problem of aesthetic in modern Indonesian literature in its relation with the politic. In contrast with the traditional understanding of the aesthetic and politic, this paper offers an alternative perspective abstracted by the French aesthetic philosopher, Jacques Rancière, to look into five problems concerning this matter. First, the mechanism of inclusion/exclusion in defining the aesthetic in relation to politic. This problem leads to the second, that is the definition of aesthetic as a distribution of sensibility which consists of the visible, the intelligible, and the possible where the main goal is to shatter the social hierarchy. In addition to this, the definition of revolutionary works relies not on the engagement of the artist into the political field, but on the succeed to bridging the hierarchical migration. Moreover, the presumption of equality as the foundation of the revolutionary in aesthetic, thus a popular work does not always conside...
Proceedings of the 2nd International Conference on Islam, Science and Technology (ICONIST 2019), 2020
Many values of Islamic teachings influence the traditions and culture of the people in Indonesia,... more Many values of Islamic teachings influence the traditions and culture of the people in Indonesia, one of which is the Betawi community. This study intends to reveal the representation of Islam in the local color literature of Betawi depicted in a short stories collection of Terang Bulan Terang Terang Kali: Cerita Keliling Jakarta by S.M. Ardan. With representation theory and the sociology of literature approach, this qualitative research reveals various Islamic values in the Betawi community contained in these literary works. Based on the research, the value of Islamic teachings presented in this collection includes the identity of the Betawi people through the naming of their characters and their greetings, also their education, attitudes and profession or job being undertaken.
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2015
Fiksi transkultural muncul di Indonesia sejak masa kolonial Belanda melalui para pengarang keturu... more Fiksi transkultural muncul di Indonesia sejak masa kolonial Belanda melalui para pengarang keturunan Tionghoa generasi kedua maupun berikutnya. Tema transkultur lahir sebagai bentuk ekspresi dari kegelisahan mereka sebagai diasporan Cina di wilayah ini. Negosiasi dan resistensi terhadap budaya leluhur yang terjadi dalam proses pembentukan identitas mereka dimanifestasikan dalam bentuk karya sastra yang menampilkan pergulatan para tokoh protagonisnya dalam menyikapi permasalahan kehidupan mereka. Dalam Bunga Roos dari Tjikembang karya Kwee Tek Hoay pergulatan itu muncul pada tokoh Bian Koen, Marsiti, dan Gwat Nio dan upaya penciptaan third space tampil secara simbolik pada tokoh Gwat Nio. Sedangkan dalam Dimsum Terakhir karya Clara Ng pergulatan tersebut muncul pada tokoh ayah—Nung Atasana, dan keempat perempuan anak kembarnya (Siska, Indah, Rosi, Novera) dengan upaya penciptaan third space yang intensif pada keempat protagonis perempuan. Hasil analisis ini menguatkan argumen bahwa i...
Buletin Al-Turas, Nov 29, 2019
Penelitian ini beranjak dari permasalahan bagaimana gambaran masa revolusi fisik serta pengaruhny... more Penelitian ini beranjak dari permasalahan bagaimana gambaran masa revolusi fisik serta pengaruhnya terhadap masyarakat yang diungkapkan melalui tokoh-tokohnya dalam dua novel Indonesia yaitu Jalan tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis (1952) dan Pulang karya Toha Mohtar (1957). Untuk itu, tujuan penelitian ini mengetahui gambaran masa revolusi serta pengaruhnya terhadap tokoh dalam kedua novel tersebut. Sebagai strategi pembacaan digunakan pendekatan Sosiologi Sastra serta metode naturalistik. Dari latar waktu, tempat, sosial, dan budaya yang tampil pada kedua novel tersebut, diperoleh sejumlah informasi gambaran masa itu yang ditampilkan pengarang. Temuan dalam penelitian adalah kedua novel tersebut mengungkapkan gambaran revolusi yang berbeda. Novel Jalan Tak Ada Ujung menggambarkan masa penting dalam revolusi yang menampilkan kondisi sosial yang tidak jelas. Kondisi tersebut melahirkan tokoh yang semakin degradatif secara moral dan spiritual. Sedangkan Pulang menampilkan gambaran masa-masa tenang setelah tidak lagi terjadi konflik-konflik fisik. Namun, ketenangan tersebut menyimpan memori konflik yang mengganggu hubungan sosial dalam mengisi kemerdekaan.
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Widyaparwa
Pesantren's life is a topic that is often raised in Indonesian literature. The topic of pesan... more Pesantren's life is a topic that is often raised in Indonesian literature. The topic of pesantren is not only written by men but also seen in women's works. This study focuses on Indonesian novels written by women in Islamic boarding schools. This study aims to see the representation of pesantren in women's novels. The research corpuses selected included Perempuan Berkalung Sorban by Abidah El Khaeliqy, Hati Suhita by Khilma Anis, Cahaya Cinta Pesantren by Ira Madan, Akademi Harapan Vita Agustina, and novel by Farahdiba Maria and Maryam. This qualitative descriptive study looks at the characteristics of the pesantren represented by women writers in modern Indonesian novels. The findings of the five novels studied. Namely, two novels (Perempuan Berkalung Sorban and Hati Suhita) represent traditional pesantren. This appears through the symbols and traditions of the santri and the kiai in the novel, such as studying the yellow book, haul, pilgrimage, and sowan. Two novels (...
Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia
Pers Islam awal abad XX mulai menggambarkan perempuan modern di Hindia Belanda. Beberapa teks per... more Pers Islam awal abad XX mulai menggambarkan perempuan modern di Hindia Belanda. Beberapa teks pers Islam mencitrakan perempuan modern sebagai perempuan yang mengakses pendidikan atau bersekolah; dan turut serta dalam pergerakan pemuda atau studieclub. Terkait dengan hal tersebut, penelitian ini menelisik lebih luas ekspresi linguistik pada korpus pers Islam yang merepresentasikan perempuan modern pada awal abad XX. Penelitian ini pun memanfaatkan metode linguistik korpus, terutama fitur wordlist, collocation, dan keyword in context. Sumber data penelitian ini, Oetoesan Islam, Sinar Islam, Insjaf, Sawoenggaling Al Qisthaus, Lembaga Baroe, Pewarta Arab yang terbit antara 1915 s.d. 1935. Adapun temuan dalam penelitian ini adalah ekspresi linguistik yang mengindikasikan representasi perempuan adalah perampoean, isteri, gadis, dan perempoean. Sementara itu, Representasi perempuan yang ditampilkan dalam pers Islam abad XX adalah perempuan modern digambarkan sebagai perempuan yang dapat me...
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidaya, 2014
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Nov 28, 2011
Proceedings of the 2nd International Conference of Mental Health
Kanonisasi dalam perkembangannya menjadi bagian dari proses pembelajaran yang penting untuk diper... more Kanonisasi dalam perkembangannya menjadi bagian dari proses pembelajaran yang penting untuk diperhatikan. Kanonisasi dapat diartika sebagai tindakan yang menjadikan suatu hal bersifat baku, mendasar (dibentuk dari kata sifat kanonis yang diberi imbuhan -isasi). Kanon sendiri dalam dunia sastra dipahami sebagai karya drama yang dianggap ciptaan asli seorang penulis. Dalam kaitannya dengan pembelajaran sastra di sekolah berbasis islam, maka kita perlu meneliti karya mana yang dianggap sebagai kanon. Untuk memfokuskan kajian ini, kami menggunakan beberapa buku teks pelajaran bahasa Indonesia di madrasah aliyah (MA) dan tsanawiyah (MTs) yang telah dinilai oleh Departemen Agama layak digunakan di madrasah
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014
Literary work which inflames a feeling of divine love and the prophetic spirit that led to the tr... more Literary work which inflames a feeling of divine love and the prophetic spirit that led to the transcendental intensity enliven the Indonesian literary treasures. In this regard, it is worth to note the exiistence of Sutardji as a sufi poet. Many critics and observers who see Sutardji as Indonesian poet who has an intensity appreciation of divinity (monotheism) and high religiosity. It is proven by the presence of poetry O, AMUK, and AX that sensationaized Indonesia poetry. The research method that is used in this research is descriptive qualitative method.The data collection was done by using library technique and record, while data analysis was performed by using the method of semiotic reading model which consists of three stages of analysis, namely; syntax, semantic, and pragmatic. Poetry But, in this case, is loaded with ideas of Sufism Wahdatul Wujud, which shows the proverbial human existence with the existence of God, the proverbial human dimension and the divine di...
This paper aims to discuss the problem of aesthetic in modern Indonesian literature in its relati... more This paper aims to discuss the problem of aesthetic in modern Indonesian literature in its relation with the politic. In contrast with the traditional understanding of the aesthetic and politic, this paper offers an alternative perspective abstracted by the French aesthetic philosopher, Jacques Rancière, to look into five problems concerning this matter. First, the mechanism of inclusion/exclusion in defining the aesthetic in relation with politic. This problem leads to the second, that is the definition of aesthetic as a distribution of sensibility which consists of the visible, the intelligible, and the possible where the main goal is to shatter the social hierarchy. In addition to this, the definition of revolutionary works relies not on the engagement of the artist into the political field, but on the succeed to bridging the hierarchical migration. Moreover, the presumption of equality as the foundation of the revolutionary in aesthetic, thus a popular work does not always consi...
This paper aims to discuss the problem of aesthetic in modern Indonesian literature in its relati... more This paper aims to discuss the problem of aesthetic in modern Indonesian literature in its relation with the politic. In contrast with the traditional understanding of the aesthetic and politic, this paper offers an alternative perspective abstracted by the French aesthetic philosopher, Jacques Rancière, to look into five problems concerning this matter. First, the mechanism of inclusion/exclusion in defining the aesthetic in relation to politic. This problem leads to the second, that is the definition of aesthetic as a distribution of sensibility which consists of the visible, the intelligible, and the possible where the main goal is to shatter the social hierarchy. In addition to this, the definition of revolutionary works relies not on the engagement of the artist into the political field, but on the succeed to bridging the hierarchical migration. Moreover, the presumption of equality as the foundation of the revolutionary in aesthetic, thus a popular work does not always conside...
Proceedings of the 2nd International Conference on Islam, Science and Technology (ICONIST 2019), 2020
Many values of Islamic teachings influence the traditions and culture of the people in Indonesia,... more Many values of Islamic teachings influence the traditions and culture of the people in Indonesia, one of which is the Betawi community. This study intends to reveal the representation of Islam in the local color literature of Betawi depicted in a short stories collection of Terang Bulan Terang Terang Kali: Cerita Keliling Jakarta by S.M. Ardan. With representation theory and the sociology of literature approach, this qualitative research reveals various Islamic values in the Betawi community contained in these literary works. Based on the research, the value of Islamic teachings presented in this collection includes the identity of the Betawi people through the naming of their characters and their greetings, also their education, attitudes and profession or job being undertaken.
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2015
Fiksi transkultural muncul di Indonesia sejak masa kolonial Belanda melalui para pengarang keturu... more Fiksi transkultural muncul di Indonesia sejak masa kolonial Belanda melalui para pengarang keturunan Tionghoa generasi kedua maupun berikutnya. Tema transkultur lahir sebagai bentuk ekspresi dari kegelisahan mereka sebagai diasporan Cina di wilayah ini. Negosiasi dan resistensi terhadap budaya leluhur yang terjadi dalam proses pembentukan identitas mereka dimanifestasikan dalam bentuk karya sastra yang menampilkan pergulatan para tokoh protagonisnya dalam menyikapi permasalahan kehidupan mereka. Dalam Bunga Roos dari Tjikembang karya Kwee Tek Hoay pergulatan itu muncul pada tokoh Bian Koen, Marsiti, dan Gwat Nio dan upaya penciptaan third space tampil secara simbolik pada tokoh Gwat Nio. Sedangkan dalam Dimsum Terakhir karya Clara Ng pergulatan tersebut muncul pada tokoh ayah—Nung Atasana, dan keempat perempuan anak kembarnya (Siska, Indah, Rosi, Novera) dengan upaya penciptaan third space yang intensif pada keempat protagonis perempuan. Hasil analisis ini menguatkan argumen bahwa i...
Buletin Al-Turas, Nov 29, 2019
Penelitian ini beranjak dari permasalahan bagaimana gambaran masa revolusi fisik serta pengaruhny... more Penelitian ini beranjak dari permasalahan bagaimana gambaran masa revolusi fisik serta pengaruhnya terhadap masyarakat yang diungkapkan melalui tokoh-tokohnya dalam dua novel Indonesia yaitu Jalan tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis (1952) dan Pulang karya Toha Mohtar (1957). Untuk itu, tujuan penelitian ini mengetahui gambaran masa revolusi serta pengaruhnya terhadap tokoh dalam kedua novel tersebut. Sebagai strategi pembacaan digunakan pendekatan Sosiologi Sastra serta metode naturalistik. Dari latar waktu, tempat, sosial, dan budaya yang tampil pada kedua novel tersebut, diperoleh sejumlah informasi gambaran masa itu yang ditampilkan pengarang. Temuan dalam penelitian adalah kedua novel tersebut mengungkapkan gambaran revolusi yang berbeda. Novel Jalan Tak Ada Ujung menggambarkan masa penting dalam revolusi yang menampilkan kondisi sosial yang tidak jelas. Kondisi tersebut melahirkan tokoh yang semakin degradatif secara moral dan spiritual. Sedangkan Pulang menampilkan gambaran masa-masa tenang setelah tidak lagi terjadi konflik-konflik fisik. Namun, ketenangan tersebut menyimpan memori konflik yang mengganggu hubungan sosial dalam mengisi kemerdekaan.
Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia