FASHLUNA : JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN (original) (raw)

Uploads

Papers by FASHLUNA : JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN

Research paper thumbnail of Pola Pendidikan Akhlak Dalam Persepektif Pesantren

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

Abstrak Apabila ditilik secara sepesifik bahwa kerisis multi dimensi yang melanda Indonesia seber... more Abstrak Apabila ditilik secara sepesifik bahwa kerisis multi dimensi yang melanda Indonesia sebernanya bersumber pada menurunnya kualitas akhlak. Bila melihat kejadian-kejadian negatif yang melibatkan pelajar di Indonesia, misalnya saja tawuran antar pelajar yang tak kunjung usai, narkoba, bahkan kasus video mesum. Hal tersebut terjadi karena hilangnya nilai-nilai moralitas yang luntur akibat kurangnya kepedulian sekolah. Pesantren merupakan lembaga pendidik, tidak hanya mendidik para santri ilmu agama, melainkan juga membekalinya dengan akhlak yang menjadi karakter khas dari seorang santri. Tidak berlebihan ketika pesantren dikatakan sebagai sumber pendidikan karakter untuk menjawab persoalan bangsa. Kasus yang banyak terjadi pada siswa ialah karena kurangnya pendidikan karakter pada diri mahasiswa. Ciri khas pesantren dan sangat sulit ditiru oleh lembaga pendidikan lainnya adalah kuatnya penanaman akhlak-akhlak terpuji. Label "santri" pun secara dzahir telah identik dengan keshalehan, baik itu secara individu maupun sosial. Hal ini wajar, karena pembiasaan aplikasi akhlak terpuji telah mendarah daging dalam dunia pendidikan pondok pesantren. Kyai sebagai sentral figur di dalamnya memberikan uswah dan qudwah hasanah dalam pendidikan akhlak. Karena penanaman akhlak lebih mengena dengan perbuatan daripada penjejalan materi di dalam kelas, maka pendidikan akhlak di pondok pesantren sangat mengena di benak para santrinya. Itu pulalah ternyata yang menginspirasi Kemendiknas untuk memasukan unsur-unsur pendidikan karakter di sekolah-sekolah, yang diakui terinspirasi dari pendidikan akhlak pondok pesantren. Tujuan dari pendidikan ialah meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang (Pasal 31 ayat 3) Dalam pasal ini dijelaskan bahwa tujuan dari pendidikan di Indonesia adalah bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia pada pelajar pada realitanya seperti jauh api dari panggang. Sistem pengajaran yang diberikan sekolah terhadap siswanya sebagian besar ialah hanya berorientasi kepada kecerdasan intelektual semata (intelegensia) sedangkan penanaman nilai-nilai karakter (character education) pada diri siswa sangat kurang sekali. Dalam tulisan ini saya membahas tentang bahasan mengenai pola pendidikan di pesantren, dan juga penanaman nilai-nilai dalam menuntut ilmu Kata Kunci : Pesantren, Moral Pelajar, Pendidikan, Nilai-nilai Karakter

Research paper thumbnail of COMPARISON OF HIGH LEVEL THINKING SKILLS AND BIOLOGY LEARNING OUTCOMES OF STUDENTS WHO LEARNED USING PROBLEM- BASED LEARNING MODEL AND DISCOVERY LEARNING MODEL OF GRADE X IPA STUDENTS AT MAN 2 IN BIMA CITY

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

This study employed quasi experiment which aimed at examining high level thinking skills who lear... more This study employed quasi experiment which aimed at examining high level thinking skills who learned using problem-based learning model and discovery learning model on environmental change and waste recycling. The populations of the study were all learning groups of grade X IPA of the second semester at MAN 2 in Bima city of academic year 2017/2018. Samples were selected by employing purposive sampling technique. Data of the study were collected by using test methods in forms essays test for high level thinking skills. The results of the study reveal than (i) high level thinking skills of grade X IPA students at MAN 2 in Bima city who learned using problem-based learning model is better than the one using discovery learning, (ii) there is a difference between high level thinking skills of grade X IPA students at MAN 2 in Bima city who learned using problem-based learning model is better than the one using discovery learning. Keywords: problem-based learning model, discovery learning model, high level thinking skills. PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA YANG DIBELAJARKAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL DISCOVERY LEARNING KELAS X IPA MAN 2 KOTA BIMA Abstrak Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dibelajarkan menggunakan model problem based learning dan model discovery learning, pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rombel kelas X IPA semester genap MAN 2 Kota Bima tahun pelajaran 2017/2018. Pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes berupa tes uraian untuk tes keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X IPA MAN 2 Kota Bima yang dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning lebih baik daripada

Research paper thumbnail of ANALISIS KEMAMPUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN SISWA KELAS V SD/MI PADA PEMBELAJARAN MATERMATIKA

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang kemampuan pemecahan masal... more Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari kemampuan penalaran siswa kelas V SD/MI pada pembelajaran matematika secara mendalam berdasarkan penalaran siswa yang dilihat dari aspek kognitifnya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan permasalahan atau soal matematika. Di satu sisi pemecahan masalah matematika penting, namun di sisi lain siswa sering mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan model kualitatif deskriptif sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik analisis dokumen atau studi dokumenter. Adapun hasil analisis pada kemampuan masalah ditinjau dari kemampuan penalaran siswa kelas V SD/MI pada pembelajaran matematika adalah sudah mampu membedakan, mengurut, mengelompokkan, dan menyelesaikan suatu permasalahan atau persoalan secara logis. Namun, pada tahap ini penalaran siswa masih terbatas karena pada tahap ini kemampuan siswa mengarah ke operasional kongkrit. Dengan kata lain, siswa juga membutuhkan suatu yang nyata, fakta dan contoh yang kongkrit. Kemudian siswa juga memerlukan bimbingan maupun arahan dari guru supaya proses pembelajaran berjalan dengan optimal. Kata kunci: Analisis Kemampuan pemecahan masalah, Kemampuan Penalaran Siswa Pada Pembelajaran Matematika A. Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif dalam rangka mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritul keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 1 Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting bagi para siswa. Kenyataan itu salah satunya diperkuat oleh pendapat Marquis

Research paper thumbnail of IMPLEMENTASI KURIKULUM GANDA (KTSP DAN KURIKULUM 2013) DI MIN 5 BIMA PADA KELAS IV A

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi karena adanya ketidaksesuaian antara buku guru dan buku p... more Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi karena adanya ketidaksesuaian antara buku guru dan buku peserta didik serta penyajian materi pada buku K13 yang masih minim pada kelas IV. Maka peneliti melakukan mini riset di MIN 5 Bima untuk mengetahui sejauh mana implementasi kurikulum 2013 dan bagaimana tanggapan guru tentang ketidaksesuaian materi pada kelas IV (buku guru maupun buku peserta didik) serta minimnya penyajian materi pada buku tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik analisis dokumen atau studi dokumenter, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak tahun 2013-2014 untuk mini piloting pada kelas IV. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi ketidaksesuaian materi (buku guru dan buku peserta didik) serta penyajian materi yang masih terbatas sehingga sekolah menerapkan dua kurikulum yaitu Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 yang terdiri dari berbagai tema. Hasil penelitian ini berdampak pada bagaimana menerapkan kurikulum ganda guna menciptakan generasi yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi serta dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. A. Pendahuluan Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh peserta didik. Anggapan ini sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang. Setiap peserta didik pastinya sudah tidak asing lagi dengan apa yang disebut kurikulum atau sebuah program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan yang berisi tentang rancangan pembelajaran. Jika kembali ke masa-masa sekolah, mungkin akan dibingungkan dengan kurikulum yang berganti-ganti. Sampai sekarang ini Indonesia kerap kali melakukan pergantian kurikulum sebanyak 11 kali dan itu semua terhitung sejak

Research paper thumbnail of KONSEP DASAR IPA BERBASIS STEM PJBL PADA KETERCAPAIAN DOMAIN AFEKTIF MAHASISWA PGMI STIT SUNAN GIRI BIMA

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

This study aims to describe the effect of learning the basic concepts of science-based STEM in th... more This study aims to describe the effect of learning the basic concepts of science-based STEM in the affective domain on student achievement of PGMI. STEM-based education is a new education concept. STEM is not only have meaning as strengthening educational praxis in fields of STEM separately, but rather to develop an educational approach to the problems solving in daily life, and also about attitude, motivation, responsibility for the task, collaboration, etc. Affective Domain is an important domain that should be raised because they relate to the experiences of learners in the learning environment. Method of this study uses a qualitative approach with classroom action research (CAR). The results of the study in the first cycle resulted the scores for each stage was 80% in average with students' lowest score of 60 and 45. In the second cycle score increases become very good about 90% with students' highest score was 85 and the lowest score was 75. Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang pengaruh pembelajaran konsep dasar IPA berbasis STEM pada ketercapaian afektif domain pada mahasiswa PGMI. Pendidikan berbasis STEM merupakan konsep pendidikan terbaru .Pendidikan STEM tidak bermakna hanya penguatan praksis pendidikan dalam bidang-bidang STEM secara terpisah, melainkan mengembangkan pendekatan pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari, dan juga tentang sikap, motivasi, tanggung jawab terhadap tugas, bekerjasama, dll. Domain Afektif merupakan domain yang penting yang harus dimunculkan karena berhubungan dengan pengalaman-pengalaman peserta didik di lingkungan belajarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian pada siklus I menghasilkan skore dari tiap tahap dengan rata-rata 80% mahasiswa mendapat skor 60 dan terendah 45. Pada siklus II hasil skor meningkat dengan taraf sangat baik yaitu rata-rata 90% mahasiswa mendapat skor 85 dan terendah 75.

Research paper thumbnail of Pola Pendidikan Akhlak Dalam Persepektif Pesantren

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

Abstrak Apabila ditilik secara sepesifik bahwa kerisis multi dimensi yang melanda Indonesia seber... more Abstrak Apabila ditilik secara sepesifik bahwa kerisis multi dimensi yang melanda Indonesia sebernanya bersumber pada menurunnya kualitas akhlak. Bila melihat kejadian-kejadian negatif yang melibatkan pelajar di Indonesia, misalnya saja tawuran antar pelajar yang tak kunjung usai, narkoba, bahkan kasus video mesum. Hal tersebut terjadi karena hilangnya nilai-nilai moralitas yang luntur akibat kurangnya kepedulian sekolah. Pesantren merupakan lembaga pendidik, tidak hanya mendidik para santri ilmu agama, melainkan juga membekalinya dengan akhlak yang menjadi karakter khas dari seorang santri. Tidak berlebihan ketika pesantren dikatakan sebagai sumber pendidikan karakter untuk menjawab persoalan bangsa. Kasus yang banyak terjadi pada siswa ialah karena kurangnya pendidikan karakter pada diri mahasiswa. Ciri khas pesantren dan sangat sulit ditiru oleh lembaga pendidikan lainnya adalah kuatnya penanaman akhlak-akhlak terpuji. Label "santri" pun secara dzahir telah identik dengan keshalehan, baik itu secara individu maupun sosial. Hal ini wajar, karena pembiasaan aplikasi akhlak terpuji telah mendarah daging dalam dunia pendidikan pondok pesantren. Kyai sebagai sentral figur di dalamnya memberikan uswah dan qudwah hasanah dalam pendidikan akhlak. Karena penanaman akhlak lebih mengena dengan perbuatan daripada penjejalan materi di dalam kelas, maka pendidikan akhlak di pondok pesantren sangat mengena di benak para santrinya. Itu pulalah ternyata yang menginspirasi Kemendiknas untuk memasukan unsur-unsur pendidikan karakter di sekolah-sekolah, yang diakui terinspirasi dari pendidikan akhlak pondok pesantren. Tujuan dari pendidikan ialah meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang (Pasal 31 ayat 3) Dalam pasal ini dijelaskan bahwa tujuan dari pendidikan di Indonesia adalah bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia pada pelajar pada realitanya seperti jauh api dari panggang. Sistem pengajaran yang diberikan sekolah terhadap siswanya sebagian besar ialah hanya berorientasi kepada kecerdasan intelektual semata (intelegensia) sedangkan penanaman nilai-nilai karakter (character education) pada diri siswa sangat kurang sekali. Dalam tulisan ini saya membahas tentang bahasan mengenai pola pendidikan di pesantren, dan juga penanaman nilai-nilai dalam menuntut ilmu Kata Kunci : Pesantren, Moral Pelajar, Pendidikan, Nilai-nilai Karakter

Research paper thumbnail of COMPARISON OF HIGH LEVEL THINKING SKILLS AND BIOLOGY LEARNING OUTCOMES OF STUDENTS WHO LEARNED USING PROBLEM- BASED LEARNING MODEL AND DISCOVERY LEARNING MODEL OF GRADE X IPA STUDENTS AT MAN 2 IN BIMA CITY

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

This study employed quasi experiment which aimed at examining high level thinking skills who lear... more This study employed quasi experiment which aimed at examining high level thinking skills who learned using problem-based learning model and discovery learning model on environmental change and waste recycling. The populations of the study were all learning groups of grade X IPA of the second semester at MAN 2 in Bima city of academic year 2017/2018. Samples were selected by employing purposive sampling technique. Data of the study were collected by using test methods in forms essays test for high level thinking skills. The results of the study reveal than (i) high level thinking skills of grade X IPA students at MAN 2 in Bima city who learned using problem-based learning model is better than the one using discovery learning, (ii) there is a difference between high level thinking skills of grade X IPA students at MAN 2 in Bima city who learned using problem-based learning model is better than the one using discovery learning. Keywords: problem-based learning model, discovery learning model, high level thinking skills. PERBANDINGAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA YANG DIBELAJARKAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL DISCOVERY LEARNING KELAS X IPA MAN 2 KOTA BIMA Abstrak Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dibelajarkan menggunakan model problem based learning dan model discovery learning, pada materi perubahan lingkungan dan daur ulang limbah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rombel kelas X IPA semester genap MAN 2 Kota Bima tahun pelajaran 2017/2018. Pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes berupa tes uraian untuk tes keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (i) Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X IPA MAN 2 Kota Bima yang dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning lebih baik daripada

Research paper thumbnail of ANALISIS KEMAMPUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN SISWA KELAS V SD/MI PADA PEMBELAJARAN MATERMATIKA

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang kemampuan pemecahan masal... more Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari kemampuan penalaran siswa kelas V SD/MI pada pembelajaran matematika secara mendalam berdasarkan penalaran siswa yang dilihat dari aspek kognitifnya. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan permasalahan atau soal matematika. Di satu sisi pemecahan masalah matematika penting, namun di sisi lain siswa sering mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan model kualitatif deskriptif sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik analisis dokumen atau studi dokumenter. Adapun hasil analisis pada kemampuan masalah ditinjau dari kemampuan penalaran siswa kelas V SD/MI pada pembelajaran matematika adalah sudah mampu membedakan, mengurut, mengelompokkan, dan menyelesaikan suatu permasalahan atau persoalan secara logis. Namun, pada tahap ini penalaran siswa masih terbatas karena pada tahap ini kemampuan siswa mengarah ke operasional kongkrit. Dengan kata lain, siswa juga membutuhkan suatu yang nyata, fakta dan contoh yang kongkrit. Kemudian siswa juga memerlukan bimbingan maupun arahan dari guru supaya proses pembelajaran berjalan dengan optimal. Kata kunci: Analisis Kemampuan pemecahan masalah, Kemampuan Penalaran Siswa Pada Pembelajaran Matematika A. Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif dalam rangka mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritul keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 1 Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting bagi para siswa. Kenyataan itu salah satunya diperkuat oleh pendapat Marquis

Research paper thumbnail of IMPLEMENTASI KURIKULUM GANDA (KTSP DAN KURIKULUM 2013) DI MIN 5 BIMA PADA KELAS IV A

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi karena adanya ketidaksesuaian antara buku guru dan buku p... more Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi karena adanya ketidaksesuaian antara buku guru dan buku peserta didik serta penyajian materi pada buku K13 yang masih minim pada kelas IV. Maka peneliti melakukan mini riset di MIN 5 Bima untuk mengetahui sejauh mana implementasi kurikulum 2013 dan bagaimana tanggapan guru tentang ketidaksesuaian materi pada kelas IV (buku guru maupun buku peserta didik) serta minimnya penyajian materi pada buku tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik analisis dokumen atau studi dokumenter, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak tahun 2013-2014 untuk mini piloting pada kelas IV. Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi ketidaksesuaian materi (buku guru dan buku peserta didik) serta penyajian materi yang masih terbatas sehingga sekolah menerapkan dua kurikulum yaitu Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 yang terdiri dari berbagai tema. Hasil penelitian ini berdampak pada bagaimana menerapkan kurikulum ganda guna menciptakan generasi yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi serta dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional. A. Pendahuluan Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh peserta didik. Anggapan ini sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, dalam lingkungan atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang. Setiap peserta didik pastinya sudah tidak asing lagi dengan apa yang disebut kurikulum atau sebuah program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan yang berisi tentang rancangan pembelajaran. Jika kembali ke masa-masa sekolah, mungkin akan dibingungkan dengan kurikulum yang berganti-ganti. Sampai sekarang ini Indonesia kerap kali melakukan pergantian kurikulum sebanyak 11 kali dan itu semua terhitung sejak

Research paper thumbnail of KONSEP DASAR IPA BERBASIS STEM PJBL PADA KETERCAPAIAN DOMAIN AFEKTIF MAHASISWA PGMI STIT SUNAN GIRI BIMA

FASHLUNA: JURNAL PENDIDIKAN DASAR DAN KEGURUAN, 2020

This study aims to describe the effect of learning the basic concepts of science-based STEM in th... more This study aims to describe the effect of learning the basic concepts of science-based STEM in the affective domain on student achievement of PGMI. STEM-based education is a new education concept. STEM is not only have meaning as strengthening educational praxis in fields of STEM separately, but rather to develop an educational approach to the problems solving in daily life, and also about attitude, motivation, responsibility for the task, collaboration, etc. Affective Domain is an important domain that should be raised because they relate to the experiences of learners in the learning environment. Method of this study uses a qualitative approach with classroom action research (CAR). The results of the study in the first cycle resulted the scores for each stage was 80% in average with students' lowest score of 60 and 45. In the second cycle score increases become very good about 90% with students' highest score was 85 and the lowest score was 75. Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang pengaruh pembelajaran konsep dasar IPA berbasis STEM pada ketercapaian afektif domain pada mahasiswa PGMI. Pendidikan berbasis STEM merupakan konsep pendidikan terbaru .Pendidikan STEM tidak bermakna hanya penguatan praksis pendidikan dalam bidang-bidang STEM secara terpisah, melainkan mengembangkan pendekatan pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari, dan juga tentang sikap, motivasi, tanggung jawab terhadap tugas, bekerjasama, dll. Domain Afektif merupakan domain yang penting yang harus dimunculkan karena berhubungan dengan pengalaman-pengalaman peserta didik di lingkungan belajarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian pada siklus I menghasilkan skore dari tiap tahap dengan rata-rata 80% mahasiswa mendapat skor 60 dan terendah 45. Pada siklus II hasil skor meningkat dengan taraf sangat baik yaitu rata-rata 90% mahasiswa mendapat skor 85 dan terendah 75.