Lucky El-Hakim - Academia.edu (original) (raw)
Related Authors
Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta
Uploads
Papers by Lucky El-Hakim
Proses penafsiran terhadap teks (suci) melahirkan pemahaman baru bagi penapsirnya. Pemahaman ters... more Proses penafsiran terhadap teks (suci) melahirkan pemahaman baru bagi penapsirnya. Pemahaman tersebut didapat karena penafsir berada pada horizon yang berbeda dengan horizon dimana teks terbentuk. Horizon keduanya menentukan makna yang dimunculkannya. Pembacaan yang dilakukan dalam hal ini dengan menggunakan instrumen baru yang lebih bisa memunculkan makna baru yang lebih prograsif. Instrumen yang sering digunakan oleh pemikir Islam kontemporer adalah hermeneutika.
Hermeneutika merupakan paradigma Barat yang dipakai untuk membaca secara progresip tek-teks warisan Islam. Melalui proses pembacaan ini terjadi proses interaksi pemikran Islam dengan pemikiran Barat. Interaksi dialogis telah melibatkan sebuah proses dialektika yang intensif antara tradisi besar dan tradisi kecil dalam sejarah pemikiran Islam. Perubahan (change) terjadi ketika hermeneutika merupakan tradisi baru memiliki kekuatan dibanding tradisi lama. Akan tetapi, proses kesinambungan (continuity) dengan tradisi lama tetap berjalan meskipun telah muncul tradisi baru.
Dari proses hermeneutis ala Abu Zayd ini kemudian memunculkan pemahaman baru. Menurut Abu Zayd, penafsiran tidak hanya memunculkan makna, tapi juga harus menghasilkan signifikansi baru dari teks, yaitu pengertian teks dalam konteks sosio-kultural saat ini yang dapat ditarik dari makna historis teks itu sendiri. Untuk menghasilkan signifikansi baru dari teks ini, harus memperhitungkan dua kutub pembacaan; 1) teks Al-Qur’an dan dinamikanya dalam konteks historisnya sendiri, dan 2) horizon pembacaan saat ini dalam keseluruhan konteks historis cultural dan ideologinya. Pemahaman yang terakhir ini kemudian dijadikan landasan pembacaan-pembacaan berikutnya
Proses penafsiran terhadap teks (suci) melahirkan pemahaman baru bagi penapsirnya. Pemahaman ters... more Proses penafsiran terhadap teks (suci) melahirkan pemahaman baru bagi penapsirnya. Pemahaman tersebut didapat karena penafsir berada pada horizon yang berbeda dengan horizon dimana teks terbentuk. Horizon keduanya menentukan makna yang dimunculkannya. Pembacaan yang dilakukan dalam hal ini dengan menggunakan instrumen baru yang lebih bisa memunculkan makna baru yang lebih prograsif. Instrumen yang sering digunakan oleh pemikir Islam kontemporer adalah hermeneutika.
Hermeneutika merupakan paradigma Barat yang dipakai untuk membaca secara progresip tek-teks warisan Islam. Melalui proses pembacaan ini terjadi proses interaksi pemikran Islam dengan pemikiran Barat. Interaksi dialogis telah melibatkan sebuah proses dialektika yang intensif antara tradisi besar dan tradisi kecil dalam sejarah pemikiran Islam. Perubahan (change) terjadi ketika hermeneutika merupakan tradisi baru memiliki kekuatan dibanding tradisi lama. Akan tetapi, proses kesinambungan (continuity) dengan tradisi lama tetap berjalan meskipun telah muncul tradisi baru.
Dari proses hermeneutis ala Abu Zayd ini kemudian memunculkan pemahaman baru. Menurut Abu Zayd, penafsiran tidak hanya memunculkan makna, tapi juga harus menghasilkan signifikansi baru dari teks, yaitu pengertian teks dalam konteks sosio-kultural saat ini yang dapat ditarik dari makna historis teks itu sendiri. Untuk menghasilkan signifikansi baru dari teks ini, harus memperhitungkan dua kutub pembacaan; 1) teks Al-Qur’an dan dinamikanya dalam konteks historisnya sendiri, dan 2) horizon pembacaan saat ini dalam keseluruhan konteks historis cultural dan ideologinya. Pemahaman yang terakhir ini kemudian dijadikan landasan pembacaan-pembacaan berikutnya