Moh Bakir - Academia.edu (original) (raw)
Papers by Moh Bakir
El-Furqania: jurnal ushuludin dan ilmu-ilmu keislaman, Apr 19, 2023
Kaca (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin, 2019
Selama ini, oleh sebagian para ahli, hakikat dan syariat ditempatkan pada posisi yang paradoks da... more Selama ini, oleh sebagian para ahli, hakikat dan syariat ditempatkan pada posisi yang paradoks dan dinilai sebagai dua dimensi yang saling berjahuan. Padahal syari’at dan hakikat bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad. Oleh karena itu, keduanya memiliki relasi yang kuat. Artikel ini hendak mengelaborasi gagasan Imam al-Ghazali seputar relasi syari’at dan hakikat itu. Hasil penelitian membuktikan bahwa barang siapa yang menyatakan bahwa hakikat itu menyelisihi syari‘at maka ia dianggap kafir, karena sesungguhnya syari‘at merupakan aspek zahir dan hakikat merupakan aspek batin. Bahwa aspek zahir dan aspek batin jika untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak bisa dipisahkan dan harus berdampingan, dan harus saling mengisi antara keduanya. Syari‘at datang dengan pembebanan pada makhluk, sedangkan hakikat merupakan keterangan pengertian al-aqq (kenyataan). Syari‘at itu terkait dengan ibadah, hakikat dipersaksikan. Syari‘at merupakan penegak atau penopang segala perintah, semen...
Kaca (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin, 2019
Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui hakikat epistemologi tasawuf dan dimensi-dimensinya. Hasil... more Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui hakikat epistemologi tasawuf dan dimensi-dimensinya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Epistimologi tasawuf adalah studi kursus tentang keterkaitan antara syariah dan hakikat, pengalaman spiritual dengan wahyu. Sumber pengetahuan dan kemampuan potensi-potensi intelektual yang mempersepsikan objek pengetahuan. Epistemologi tasawuf mengakomodasikan pandangan empirisme terhadap realitas eksternal, mengingat status eksistensialnya sebagai data indrawi. Dalam hal ini adalah mengakui wahyu sebagai lingkup pengetahuan yang mencakup keduanya. Berkenaan dengan epistemologi tasawuf, paling tidak ada tiga dimensi, yaitu,dimensi esoterik, adalah dimensi batin manusia yang berada di hati (qalb),dimensi eksoterik,yaitu kepercayaan kepada huruf, teks, atau dogma yang bersifat formalistik, dan dimensi neo-esoterik,yaitu konsep bangunan keilmuan yang dituntut untuk lebih humanistik, empirik dan funsional (penghayatan terhadap ajaran Islam, bukan pada Tuhan).
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin, 2021
Hasil penilitian ini membuktikan bahwa tanggung jawab sosial merupakan suatu konsep tentang kewaj... more Hasil penilitian ini membuktikan bahwa tanggung jawab sosial merupakan suatu konsep tentang kewajiban dan hak partisipasi setiap manusia untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakat dan memberikan respon terhadap problematika sosial. Respon tersebut tergantung dari tingkat kesadaran masing-masing. Semakin tinggi tingkat kesadarannya maka semakin cepat respon yang diberikan, sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadarannya makan semakin lambat memberikan respon. Selain itu, penelitian membuktikan bahwa term al-islâh merupakan suatu istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan pada tugas-tugas sosial yang meliputi beberapa aspek, yaitu: menjaga lingkungan, memelihara perdamaian, mengayomi anak yatim, dan mendamaikan konflik keluarga serta lainnya. Kemudian, term islah pada dasarnya berkisar pada anjuran kepada manusia untuk melakukan atau berbuat baik dan menjahui perbuatan jelek baik dalam tataran individu, sosial, dan lingkungan alam. Islâh menyiratkan makna akan tanggung jawa...
El-Furqania: jurnal ushuludin dan ilmu-ilmu keislaman, Apr 19, 2023
Kaca (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin, 2019
Selama ini, oleh sebagian para ahli, hakikat dan syariat ditempatkan pada posisi yang paradoks da... more Selama ini, oleh sebagian para ahli, hakikat dan syariat ditempatkan pada posisi yang paradoks dan dinilai sebagai dua dimensi yang saling berjahuan. Padahal syari’at dan hakikat bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad. Oleh karena itu, keduanya memiliki relasi yang kuat. Artikel ini hendak mengelaborasi gagasan Imam al-Ghazali seputar relasi syari’at dan hakikat itu. Hasil penelitian membuktikan bahwa barang siapa yang menyatakan bahwa hakikat itu menyelisihi syari‘at maka ia dianggap kafir, karena sesungguhnya syari‘at merupakan aspek zahir dan hakikat merupakan aspek batin. Bahwa aspek zahir dan aspek batin jika untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak bisa dipisahkan dan harus berdampingan, dan harus saling mengisi antara keduanya. Syari‘at datang dengan pembebanan pada makhluk, sedangkan hakikat merupakan keterangan pengertian al-aqq (kenyataan). Syari‘at itu terkait dengan ibadah, hakikat dipersaksikan. Syari‘at merupakan penegak atau penopang segala perintah, semen...
Kaca (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin, 2019
Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui hakikat epistemologi tasawuf dan dimensi-dimensinya. Hasil... more Tulisan ini bermaksud untuk mengetahui hakikat epistemologi tasawuf dan dimensi-dimensinya. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Epistimologi tasawuf adalah studi kursus tentang keterkaitan antara syariah dan hakikat, pengalaman spiritual dengan wahyu. Sumber pengetahuan dan kemampuan potensi-potensi intelektual yang mempersepsikan objek pengetahuan. Epistemologi tasawuf mengakomodasikan pandangan empirisme terhadap realitas eksternal, mengingat status eksistensialnya sebagai data indrawi. Dalam hal ini adalah mengakui wahyu sebagai lingkup pengetahuan yang mencakup keduanya. Berkenaan dengan epistemologi tasawuf, paling tidak ada tiga dimensi, yaitu,dimensi esoterik, adalah dimensi batin manusia yang berada di hati (qalb),dimensi eksoterik,yaitu kepercayaan kepada huruf, teks, atau dogma yang bersifat formalistik, dan dimensi neo-esoterik,yaitu konsep bangunan keilmuan yang dituntut untuk lebih humanistik, empirik dan funsional (penghayatan terhadap ajaran Islam, bukan pada Tuhan).
KACA (Karunia Cahaya Allah): Jurnal Dialogis Ilmu Ushuluddin, 2021
Hasil penilitian ini membuktikan bahwa tanggung jawab sosial merupakan suatu konsep tentang kewaj... more Hasil penilitian ini membuktikan bahwa tanggung jawab sosial merupakan suatu konsep tentang kewajiban dan hak partisipasi setiap manusia untuk memberikan sumbangsih kepada masyarakat dan memberikan respon terhadap problematika sosial. Respon tersebut tergantung dari tingkat kesadaran masing-masing. Semakin tinggi tingkat kesadarannya maka semakin cepat respon yang diberikan, sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadarannya makan semakin lambat memberikan respon. Selain itu, penelitian membuktikan bahwa term al-islâh merupakan suatu istilah yang digunakan al-Qur’an untuk menunjukkan pada tugas-tugas sosial yang meliputi beberapa aspek, yaitu: menjaga lingkungan, memelihara perdamaian, mengayomi anak yatim, dan mendamaikan konflik keluarga serta lainnya. Kemudian, term islah pada dasarnya berkisar pada anjuran kepada manusia untuk melakukan atau berbuat baik dan menjahui perbuatan jelek baik dalam tataran individu, sosial, dan lingkungan alam. Islâh menyiratkan makna akan tanggung jawa...