Muzdalifah Sahib - Academia.edu (original) (raw)

Uploads

Papers by Muzdalifah Sahib

Text in English and ArabicBibliography: leaves 373-390The importance of this research on the life... more Text in English and ArabicBibliography: leaves 373-390The importance of this research on the life of Shaykh Yūsuf‟s life and legacy is eviden t from the depth of the reports on "Shaykh Yūsuf al-Maqassarī’s literary contribution with a special attention to his Maṭālib al-Sālikῑn [The Quests of the Spiritual Seekers].” We contend that without a comprehensive knowledge of it, some of the subtleties and nuances of the Shaykh as well as his treatises will remain concealed from us. I utilised the comprehensive religious historical and philological approaches following the methodology of Sultan, Nabilah Lubis, and Suleman Essop Dangor to complement al-Maqassarī‟s history, his literary contribution in general and to gain the essence of his Maṭālib al-Sālikῑn through commentaries. I also used hermeneutic‟s theory for interpreting some of the texts. Shaykh Yūsuf (1626-1699) is considered a national hero of Indonesia and South Africa. His movements from Gowa South Sulawesi to other countries including the Middle East were motivated by his wish to deepen his understanding of Islamic mysticism. This was supported by his local teachers and the needs of Gowa Kingdom for a qualified Islamic scholar to convert its animistic society into real and fervent Muslims. This responsibility fostered in him a sense of bravery and adventure, and he ended up wandering around the world in search of knowledge. In their purpose to rule the East Indian countries and remove his influence over his fellow citizens, the Dutch banished Shaykh Yūsuf initially to Ceylon and then to Cape of Good Hope, South Africa (1684-1699). He left behind a large body of literary contributions, many of them still preserved at UB Leiden and the National Library of Jakarta. His Maṭālib al-Sālikῑn holds a special place among his literary contributions. It discusses three important issues that are illustrated with parables which should be understood by spiritual seekers; namely tawḥῑd, ma‘rifa, and „ibāda {Divine Knowledge, Divine Recognition and Worship]. They constitute a tree with leaves, branches, and fruit. Its practitioners are directed to the Oneness of God and to none other. These teachings have become a foundation of his reformist ideas and a basis to build his Islamic community in South Africa and finally to be implemented in his own ṣūfī order, Ṭarīqat al-Yūsufiyya/Khalwatiyyat al-Yūsufiyya.Religious Studies and ArabicD. Litt. et Phil. (Islamic Studies

Yapma, 2005

The research aims to reveal, describe, and analyze the development of the Tampuruang Dance in Sab... more The research aims to reveal, describe, and analyze the development of the Tampuruang Dance in Sabirullah Matador dance studio, Kanagarian Pasir Talang Timur, Solok Selatan Regency.This research is a qualitative research usinga descriptive analysis method. The object of this research is Tampuruang Dance in Nagari Pasir Talang Timur, Sungai Pagu Subdistrict, South Solok Regency. The type of data was primary and secondary data. The main instrument was the research itself. The data collection techniques were conducted through literature study, observation, interviews, and documentation. The data collected were analyzed by using interpretation techniques so that the truth can be obtained.The results show that the Tampuruang Dance Tradition had developed into creativeTampuraung Dance.This development can be seen from the motion management, dancers, floor patterns, accompaniment music, make-up and clothing, as well as time and venue. In its motion, there is a development of 4 motives. Inthe floor pattern, there is development of 17 floor patterns. In costumes, the colors and accessories used are also developed.In the musical instrument, there aresomeadditions of musical instruments: Bansi, talempong, andjimbe. Thus, the process of Tampuruang Dance development in NagariPasirTalang is supported because there is a desire from the Sabirullah Matador studio to maintainTampuruang Dance by turning it into an attractiveTampuruang dance creationso that it can be used by the community. In addition, it can be a place for youths to learn maintaining cultural heritage so that it becomes a local village identity.

Tulisan ini berkaitan dengan bahasa dan dakwah yang bertujuan untuk mengetahui apa dan bagaimana ... more Tulisan ini berkaitan dengan bahasa dan dakwah yang bertujuan untuk mengetahui apa dan bagaimana fungsi dan pengaruh bahasa sebagai alat komunikasi terhadap kesuksesan dakwah Islam. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif untuk menggambarkan tentang apa yang dimaksud di atas, karena bahasa dan dakwah saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena bahasa merupakan anugerah Ilahi yang di gunakan manusia untuk berinteraksi dalam kehidupannya termasuk berdakwah. Tulisan ini menunjukkan bahwa: (l) Baik bahasa verbal maupun non verbal mempunyai fungsi yang sangat penting dalam dakwah Islam. Bahasa verbal berfungsi sebagai wahana pengenal, wahana interaksi sosial dalam kegiatan dakwah bi al-lisan dan bi al-qalam serta bi al-hal. Sedangkan bahasa non verbal berfungsi sebagai wahana pengenal, wahana interaksi sosial, sebagai pengganti dan pelengkap yang memperjelas bahasa verbal dalam kegiatan dakwah bi al-hal dan dakwah lewat lukisan. (2) Kesuksesan sebuah da...

Tulisan ini membahas tentang penggunaan bahasa non verbal dalam ekspresi bahasa dan budaya, khusu... more Tulisan ini membahas tentang penggunaan bahasa non verbal dalam ekspresi bahasa dan budaya, khususnya budaya Barat dalam hal ini b udaya Inggris dan Islam yang bertujuan agar dapat mengetahui perbedaan yang terjadi di antara penutur atau pelaku bahasa. Tulisan ini menyimpulkan adanya kesamaan antara keduanya, minimal budaya Islam dapat menerima beberapa budaya luar sebagai sebuah ungkapan sopan seperti salam, kontak pandang selama bicara , memberikan perhatian terhadap apa yang disampaikan lawan bicara. Namun di sisi lain, perbedaan juga tidak dapat dihindari, ketika terjadi interaksi sosial antara pemberi dan penerima, di mana dalam Islam baik pemberi dan penerima sebaiknya menggunakan tangan kanan bukan tangan kiri, sementara budaya Barat keduanya sama saja. Demikian pula terjadinya komunikasi, terutama persoalan jarak antara kedua pasang manusia yang sedang bercinta, bersentuhan dan segala sesuatu yang menjurus kepada sensitifitas seksual. Dalam kaitan ini, Islam memiliki aturan ...

Abstract; Sheikh Yusuf al-Maqassary (1626-1699), adalah seorang penulis produktif yang telah menu... more Abstract; Sheikh Yusuf al-Maqassary (1626-1699), adalah seorang penulis produktif yang telah menulis risalah lebih dari 38, sebagai pedoman bagi masyarakat muslim khususnya bagi para pengikutnya. Meskipun Sheikh Yusuf berpegang teguh pada transendensi Allah, ia percaya bahwa Allah meliputi segala sesuatu (al-ahathah) dan ada di mana-mana (al-maiyyah) atas ciptaan-Nya. Namun, dia sangat berhati-hati untuk tidak mengikat dirinya dengan doktrin panteisme dengan mengatakan, meskipun Allah muncul sendiri dalam ciptaan-Nya, itu tidak berarti bahwa ciptaan-Nya adalah Allah sendiri, semua ciptaan hanyalah makhluk alegoris atau metaforis (al -maujud al-majazi), bukan wujud yang sebenarnya (al-maujud haqiqi). Jadi, menurut Syekh Yusuf, kata Tuhan dalam ciptaan-Nya tidak berarti kehadiran Allah sendiri dalam diri mereka, tetapi sifat ilmunya-Nyalah meliputi hamba-Nya, dan keadaannya yang bersama dengan hamba-Nya, bukan keadaan hamba bersama-sama dengan Allah, karena itu tidak mungkin, kecuali ...

Text in English and ArabicBibliography: leaves 373-390The importance of this research on the life... more Text in English and ArabicBibliography: leaves 373-390The importance of this research on the life of Shaykh Yūsuf‟s life and legacy is eviden t from the depth of the reports on "Shaykh Yūsuf al-Maqassarī’s literary contribution with a special attention to his Maṭālib al-Sālikῑn [The Quests of the Spiritual Seekers].” We contend that without a comprehensive knowledge of it, some of the subtleties and nuances of the Shaykh as well as his treatises will remain concealed from us. I utilised the comprehensive religious historical and philological approaches following the methodology of Sultan, Nabilah Lubis, and Suleman Essop Dangor to complement al-Maqassarī‟s history, his literary contribution in general and to gain the essence of his Maṭālib al-Sālikῑn through commentaries. I also used hermeneutic‟s theory for interpreting some of the texts. Shaykh Yūsuf (1626-1699) is considered a national hero of Indonesia and South Africa. His movements from Gowa South Sulawesi to other countries including the Middle East were motivated by his wish to deepen his understanding of Islamic mysticism. This was supported by his local teachers and the needs of Gowa Kingdom for a qualified Islamic scholar to convert its animistic society into real and fervent Muslims. This responsibility fostered in him a sense of bravery and adventure, and he ended up wandering around the world in search of knowledge. In their purpose to rule the East Indian countries and remove his influence over his fellow citizens, the Dutch banished Shaykh Yūsuf initially to Ceylon and then to Cape of Good Hope, South Africa (1684-1699). He left behind a large body of literary contributions, many of them still preserved at UB Leiden and the National Library of Jakarta. His Maṭālib al-Sālikῑn holds a special place among his literary contributions. It discusses three important issues that are illustrated with parables which should be understood by spiritual seekers; namely tawḥῑd, ma‘rifa, and „ibāda {Divine Knowledge, Divine Recognition and Worship]. They constitute a tree with leaves, branches, and fruit. Its practitioners are directed to the Oneness of God and to none other. These teachings have become a foundation of his reformist ideas and a basis to build his Islamic community in South Africa and finally to be implemented in his own ṣūfī order, Ṭarīqat al-Yūsufiyya/Khalwatiyyat al-Yūsufiyya.Religious Studies and ArabicD. Litt. et Phil. (Islamic Studies

Yapma, 2005

The research aims to reveal, describe, and analyze the development of the Tampuruang Dance in Sab... more The research aims to reveal, describe, and analyze the development of the Tampuruang Dance in Sabirullah Matador dance studio, Kanagarian Pasir Talang Timur, Solok Selatan Regency.This research is a qualitative research usinga descriptive analysis method. The object of this research is Tampuruang Dance in Nagari Pasir Talang Timur, Sungai Pagu Subdistrict, South Solok Regency. The type of data was primary and secondary data. The main instrument was the research itself. The data collection techniques were conducted through literature study, observation, interviews, and documentation. The data collected were analyzed by using interpretation techniques so that the truth can be obtained.The results show that the Tampuruang Dance Tradition had developed into creativeTampuraung Dance.This development can be seen from the motion management, dancers, floor patterns, accompaniment music, make-up and clothing, as well as time and venue. In its motion, there is a development of 4 motives. Inthe floor pattern, there is development of 17 floor patterns. In costumes, the colors and accessories used are also developed.In the musical instrument, there aresomeadditions of musical instruments: Bansi, talempong, andjimbe. Thus, the process of Tampuruang Dance development in NagariPasirTalang is supported because there is a desire from the Sabirullah Matador studio to maintainTampuruang Dance by turning it into an attractiveTampuruang dance creationso that it can be used by the community. In addition, it can be a place for youths to learn maintaining cultural heritage so that it becomes a local village identity.

Tulisan ini berkaitan dengan bahasa dan dakwah yang bertujuan untuk mengetahui apa dan bagaimana ... more Tulisan ini berkaitan dengan bahasa dan dakwah yang bertujuan untuk mengetahui apa dan bagaimana fungsi dan pengaruh bahasa sebagai alat komunikasi terhadap kesuksesan dakwah Islam. Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif untuk menggambarkan tentang apa yang dimaksud di atas, karena bahasa dan dakwah saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena bahasa merupakan anugerah Ilahi yang di gunakan manusia untuk berinteraksi dalam kehidupannya termasuk berdakwah. Tulisan ini menunjukkan bahwa: (l) Baik bahasa verbal maupun non verbal mempunyai fungsi yang sangat penting dalam dakwah Islam. Bahasa verbal berfungsi sebagai wahana pengenal, wahana interaksi sosial dalam kegiatan dakwah bi al-lisan dan bi al-qalam serta bi al-hal. Sedangkan bahasa non verbal berfungsi sebagai wahana pengenal, wahana interaksi sosial, sebagai pengganti dan pelengkap yang memperjelas bahasa verbal dalam kegiatan dakwah bi al-hal dan dakwah lewat lukisan. (2) Kesuksesan sebuah da...

Tulisan ini membahas tentang penggunaan bahasa non verbal dalam ekspresi bahasa dan budaya, khusu... more Tulisan ini membahas tentang penggunaan bahasa non verbal dalam ekspresi bahasa dan budaya, khususnya budaya Barat dalam hal ini b udaya Inggris dan Islam yang bertujuan agar dapat mengetahui perbedaan yang terjadi di antara penutur atau pelaku bahasa. Tulisan ini menyimpulkan adanya kesamaan antara keduanya, minimal budaya Islam dapat menerima beberapa budaya luar sebagai sebuah ungkapan sopan seperti salam, kontak pandang selama bicara , memberikan perhatian terhadap apa yang disampaikan lawan bicara. Namun di sisi lain, perbedaan juga tidak dapat dihindari, ketika terjadi interaksi sosial antara pemberi dan penerima, di mana dalam Islam baik pemberi dan penerima sebaiknya menggunakan tangan kanan bukan tangan kiri, sementara budaya Barat keduanya sama saja. Demikian pula terjadinya komunikasi, terutama persoalan jarak antara kedua pasang manusia yang sedang bercinta, bersentuhan dan segala sesuatu yang menjurus kepada sensitifitas seksual. Dalam kaitan ini, Islam memiliki aturan ...

Abstract; Sheikh Yusuf al-Maqassary (1626-1699), adalah seorang penulis produktif yang telah menu... more Abstract; Sheikh Yusuf al-Maqassary (1626-1699), adalah seorang penulis produktif yang telah menulis risalah lebih dari 38, sebagai pedoman bagi masyarakat muslim khususnya bagi para pengikutnya. Meskipun Sheikh Yusuf berpegang teguh pada transendensi Allah, ia percaya bahwa Allah meliputi segala sesuatu (al-ahathah) dan ada di mana-mana (al-maiyyah) atas ciptaan-Nya. Namun, dia sangat berhati-hati untuk tidak mengikat dirinya dengan doktrin panteisme dengan mengatakan, meskipun Allah muncul sendiri dalam ciptaan-Nya, itu tidak berarti bahwa ciptaan-Nya adalah Allah sendiri, semua ciptaan hanyalah makhluk alegoris atau metaforis (al -maujud al-majazi), bukan wujud yang sebenarnya (al-maujud haqiqi). Jadi, menurut Syekh Yusuf, kata Tuhan dalam ciptaan-Nya tidak berarti kehadiran Allah sendiri dalam diri mereka, tetapi sifat ilmunya-Nyalah meliputi hamba-Nya, dan keadaannya yang bersama dengan hamba-Nya, bukan keadaan hamba bersama-sama dengan Allah, karena itu tidak mungkin, kecuali ...