Qonita Chasanah - Academia.edu (original) (raw)
Uploads
Papers by Qonita Chasanah
formulasi gel tabir surya ekstrak kult buah pepaya
Biji kakao memiliki kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 12-18% (berat kering) pada biji ya... more Biji kakao memiliki kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 12-18% (berat kering) pada biji yang tidak difermentasi. Sekitar 60% dari total fenolik pada biji kakao mentah adalah monomer flavanol (epikatekin dan katekin) dan oligomer prosianidin (dimer hingga dekamer) yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Kapasitas antioksidan pada biji kakao lebih tinggi bila dibandingkan dengan anggur, teh hijau, dan teh hitam. Komponen senyawa dalam kakao tersebut dilaporkan berpotensi sebagai antioksidan bagi tubuh, dimana kandungan flavonoid dari kakao dapat menghambat oksidasi LDL dan mengurangi agregasi tromboti secara in vitro melalui penangkapan terhadap radikal bebas. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas reaktif. Manusia membutuhkan antioksidan tambahan, baik alami maupun sintetis. Rehman et al. menyatakan bahwa, antioksidan sintetis bersifat toksik dan memiliki efek karsinogen yang mengakibatkan pembengkakan liver dan mempengaruhi aktifitas enzim liver, sehingga mengkonsumsi sumber antioksidan alami memiliki banyak keuntungan sekaligus lebih aman dibandingkan dengan mengkonsumsi antioksidan sintetis. Produk kakao pada umumnya yang beredar seperti dark chocolate, milk chocolate berasal dari biji kakao yang telah difermentasi. Fermentasi dari biji kakao segar, meskipun dilakukan untuk memperoleh aroma khas kakao, ternyata cenderung mengurangi jumlah kandungan senyawa polifenol tersebut dapat terjadi baik secara oksidasi enzimatis dan nonenzimatis selama proses pabrikasi. Oleh karena itu, produk kakao yang beredar memiliki kadar polifenol yang cukup rendah. Salah satu cara untuk memperoleh kadar polifenol yang tinggi dari kakao yaitu dengan melakukan ekstraksi dari biji kakao yang tidak difermentasi kemudian dibuat menjadi berbagai bentuk sediaan, tetapi ekstrak polifenol memiliki kekurangan yaitu rasa yang sangat sepat dan pahit, sehingga penggunaannya pada makanan atau dalam pengobatan oral kurang diterima dari segi rasa oleh konsumen. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka perlu dibuat suatu sediaan dari ektrak biji kakao dalam hal ini dipilih sediaan tablet hisap. Tablet hisap (lozenges) adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis dan melarut dalam mulut. Pemanfaatan ekstrak biji kakao menjadi tablet hisap akan membantu konsumen dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat yang menginginkan produk serba praktis, mudah, serta mempunyai efek kesehatan bagi tubuh. Rumusan Masalah
Biji kakao memiliki kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 12-18% (berat kering) pada biji ya... more Biji kakao memiliki kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 12-18% (berat kering) pada biji yang tidak difermentasi. Sekitar 60% dari total fenolik pada biji kakao mentah adalah monomer flavanol (epikatekin dan katekin) dan oligomer prosianidin (dimer hingga dekamer) yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Kapasitas antioksidan pada biji kakao lebih tinggi bila dibandingkan dengan anggur, teh hijau, dan teh hitam. Komponen senyawa dalam kakao tersebut dilaporkan berpotensi sebagai antioksidan bagi tubuh, dimana kandungan flavonoid dari kakao dapat menghambat oksidasi LDL dan mengurangi agregasi tromboti secara in vitro melalui penangkapan terhadap radikal bebas. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas reaktif. Manusia membutuhkan antioksidan tambahan, baik alami maupun sintetis. Rehman et al. menyatakan bahwa, antioksidan sintetis bersifat toksik dan memiliki efek karsinogen yang mengakibatkan pembengkakan liver dan mempengaruhi aktifitas enzim liver, sehingga mengkonsumsi sumber antioksidan alami memiliki banyak keuntungan sekaligus lebih aman dibandingkan dengan mengkonsumsi antioksidan sintetis. Produk kakao pada umumnya yang beredar seperti dark chocolate, milk chocolate berasal dari biji kakao yang telah difermentasi. Fermentasi dari biji kakao segar, meskipun dilakukan untuk memperoleh aroma khas kakao, ternyata cenderung mengurangi jumlah kandungan senyawa polifenol tersebut dapat terjadi baik secara oksidasi enzimatis dan nonenzimatis selama proses pabrikasi. Oleh karena itu, produk kakao yang beredar memiliki kadar polifenol yang cukup rendah. Salah satu cara untuk memperoleh kadar polifenol yang tinggi dari kakao yaitu dengan melakukan ekstraksi dari biji kakao yang tidak difermentasi kemudian dibuat menjadi berbagai bentuk sediaan, tetapi ekstrak polifenol memiliki kekurangan yaitu rasa yang sangat sepat dan pahit, sehingga penggunaannya pada makanan atau dalam pengobatan oral kurang diterima dari segi rasa oleh konsumen. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka perlu dibuat suatu sediaan dari ektrak biji kakao dalam hal ini dipilih sediaan tablet hisap. Tablet hisap (lozenges) adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis dan melarut dalam mulut. Pemanfaatan ekstrak biji kakao menjadi tablet hisap akan membantu konsumen dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat yang menginginkan produk serba praktis, mudah, serta mempunyai efek kesehatan bagi tubuh.
Kulit merupakan bagian terluar tubuh yang mudah terpapar lingkungan yang prooksidatif seperti sin... more Kulit merupakan bagian terluar tubuh yang mudah terpapar lingkungan yang prooksidatif seperti sinar matahari. Paparan sinar UV menjadi perhatian khusus karena dapat berinteraksi dengan sel kulit dan menyebabkan berbagai efek kerusakan seperti terjadinya pembakaran pada kulit, penuaan dini, atau kerusakan kulit lainnya termasuk kanker. Oleh karena itu, diperlukan sediaan tabir surya yang dapat melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari. Tabir surya (Sunscreen) merupakan bahan kosmetik yang secara fisik atau kimia memberikan perlindungan terhadap efek perubahan dari sinar matahari terutama radiasi ultraviolet. Tabir surya fisik misalnya titanium dioksida, seng oksida yang dapat memantulkan sinar. Tabir surya fisik dapat menahan UV A maupun UV B. Satu diantara tabir surya alami adalah senyawa fenolik yang terdapat dalam tumbuhan dan berfungsi melindungi jaringan tanaman terhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari. Senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A maupun UV B sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit. Efektivitas sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan harga SPF (Sun Protected Factor) yang menggambarkan kemampuan produk tabir surya dalam melindungi kulit dari eritema. Tumbuhan Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman lokal yang secara empiris digunakan untuk menanggulangi ruam kulit dan kulit terbakar. Ketersediaan tanaman papaya di Indonesia cukup melimpah khususnya di Lampung, telah banyak petani yang membudidayakan tanaman ini. Berbagai bahan tanaman alam dapat digunakan sebagai sumber tabir surya seperti buah, daun, biji bunga, batang dan rimpang. Penelitian Tabir surya dari ekstrak buah papaya telah dilakukan oleh Sanchin dkk (2013), oleh karena itu perlu adanya penelitian pada bagian tanaman papaya lain. Penggunaan kulit buah sangat jarang digunakan karena kulit dianggap sebagai limbah, meskipun kulit papaya ini mempunyai kegunaan yang sangat tinggi. Pada penelitian Santos dkk, (2014) analisis kandungan senyawa fenolik dan Vitamin C kulit papaya lebih tinggi
Drafts by Qonita Chasanah
formulasi gel tabir surya ekstrak kult buah pepaya
Biji kakao memiliki kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 12-18% (berat kering) pada biji ya... more Biji kakao memiliki kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 12-18% (berat kering) pada biji yang tidak difermentasi. Sekitar 60% dari total fenolik pada biji kakao mentah adalah monomer flavanol (epikatekin dan katekin) dan oligomer prosianidin (dimer hingga dekamer) yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Kapasitas antioksidan pada biji kakao lebih tinggi bila dibandingkan dengan anggur, teh hijau, dan teh hitam. Komponen senyawa dalam kakao tersebut dilaporkan berpotensi sebagai antioksidan bagi tubuh, dimana kandungan flavonoid dari kakao dapat menghambat oksidasi LDL dan mengurangi agregasi tromboti secara in vitro melalui penangkapan terhadap radikal bebas. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas reaktif. Manusia membutuhkan antioksidan tambahan, baik alami maupun sintetis. Rehman et al. menyatakan bahwa, antioksidan sintetis bersifat toksik dan memiliki efek karsinogen yang mengakibatkan pembengkakan liver dan mempengaruhi aktifitas enzim liver, sehingga mengkonsumsi sumber antioksidan alami memiliki banyak keuntungan sekaligus lebih aman dibandingkan dengan mengkonsumsi antioksidan sintetis. Produk kakao pada umumnya yang beredar seperti dark chocolate, milk chocolate berasal dari biji kakao yang telah difermentasi. Fermentasi dari biji kakao segar, meskipun dilakukan untuk memperoleh aroma khas kakao, ternyata cenderung mengurangi jumlah kandungan senyawa polifenol tersebut dapat terjadi baik secara oksidasi enzimatis dan nonenzimatis selama proses pabrikasi. Oleh karena itu, produk kakao yang beredar memiliki kadar polifenol yang cukup rendah. Salah satu cara untuk memperoleh kadar polifenol yang tinggi dari kakao yaitu dengan melakukan ekstraksi dari biji kakao yang tidak difermentasi kemudian dibuat menjadi berbagai bentuk sediaan, tetapi ekstrak polifenol memiliki kekurangan yaitu rasa yang sangat sepat dan pahit, sehingga penggunaannya pada makanan atau dalam pengobatan oral kurang diterima dari segi rasa oleh konsumen. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka perlu dibuat suatu sediaan dari ektrak biji kakao dalam hal ini dipilih sediaan tablet hisap. Tablet hisap (lozenges) adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis dan melarut dalam mulut. Pemanfaatan ekstrak biji kakao menjadi tablet hisap akan membantu konsumen dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat yang menginginkan produk serba praktis, mudah, serta mempunyai efek kesehatan bagi tubuh. Rumusan Masalah
Biji kakao memiliki kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 12-18% (berat kering) pada biji ya... more Biji kakao memiliki kandungan fenolik yang tinggi yaitu antara 12-18% (berat kering) pada biji yang tidak difermentasi. Sekitar 60% dari total fenolik pada biji kakao mentah adalah monomer flavanol (epikatekin dan katekin) dan oligomer prosianidin (dimer hingga dekamer) yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Kapasitas antioksidan pada biji kakao lebih tinggi bila dibandingkan dengan anggur, teh hijau, dan teh hitam. Komponen senyawa dalam kakao tersebut dilaporkan berpotensi sebagai antioksidan bagi tubuh, dimana kandungan flavonoid dari kakao dapat menghambat oksidasi LDL dan mengurangi agregasi tromboti secara in vitro melalui penangkapan terhadap radikal bebas. Antioksidan didefinisikan sebagai senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas reaktif. Manusia membutuhkan antioksidan tambahan, baik alami maupun sintetis. Rehman et al. menyatakan bahwa, antioksidan sintetis bersifat toksik dan memiliki efek karsinogen yang mengakibatkan pembengkakan liver dan mempengaruhi aktifitas enzim liver, sehingga mengkonsumsi sumber antioksidan alami memiliki banyak keuntungan sekaligus lebih aman dibandingkan dengan mengkonsumsi antioksidan sintetis. Produk kakao pada umumnya yang beredar seperti dark chocolate, milk chocolate berasal dari biji kakao yang telah difermentasi. Fermentasi dari biji kakao segar, meskipun dilakukan untuk memperoleh aroma khas kakao, ternyata cenderung mengurangi jumlah kandungan senyawa polifenol tersebut dapat terjadi baik secara oksidasi enzimatis dan nonenzimatis selama proses pabrikasi. Oleh karena itu, produk kakao yang beredar memiliki kadar polifenol yang cukup rendah. Salah satu cara untuk memperoleh kadar polifenol yang tinggi dari kakao yaitu dengan melakukan ekstraksi dari biji kakao yang tidak difermentasi kemudian dibuat menjadi berbagai bentuk sediaan, tetapi ekstrak polifenol memiliki kekurangan yaitu rasa yang sangat sepat dan pahit, sehingga penggunaannya pada makanan atau dalam pengobatan oral kurang diterima dari segi rasa oleh konsumen. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, maka perlu dibuat suatu sediaan dari ektrak biji kakao dalam hal ini dipilih sediaan tablet hisap. Tablet hisap (lozenges) adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis dan melarut dalam mulut. Pemanfaatan ekstrak biji kakao menjadi tablet hisap akan membantu konsumen dalam hal pemenuhan kebutuhan masyarakat yang menginginkan produk serba praktis, mudah, serta mempunyai efek kesehatan bagi tubuh.
Kulit merupakan bagian terluar tubuh yang mudah terpapar lingkungan yang prooksidatif seperti sin... more Kulit merupakan bagian terluar tubuh yang mudah terpapar lingkungan yang prooksidatif seperti sinar matahari. Paparan sinar UV menjadi perhatian khusus karena dapat berinteraksi dengan sel kulit dan menyebabkan berbagai efek kerusakan seperti terjadinya pembakaran pada kulit, penuaan dini, atau kerusakan kulit lainnya termasuk kanker. Oleh karena itu, diperlukan sediaan tabir surya yang dapat melindungi kulit dari bahaya radiasi sinar matahari. Tabir surya (Sunscreen) merupakan bahan kosmetik yang secara fisik atau kimia memberikan perlindungan terhadap efek perubahan dari sinar matahari terutama radiasi ultraviolet. Tabir surya fisik misalnya titanium dioksida, seng oksida yang dapat memantulkan sinar. Tabir surya fisik dapat menahan UV A maupun UV B. Satu diantara tabir surya alami adalah senyawa fenolik yang terdapat dalam tumbuhan dan berfungsi melindungi jaringan tanaman terhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari. Senyawa fenolik khususnya golongan flavonoid mempunyai potensi sebagai tabir surya karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV A maupun UV B sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit. Efektivitas sediaan tabir surya didasarkan pada penentuan harga SPF (Sun Protected Factor) yang menggambarkan kemampuan produk tabir surya dalam melindungi kulit dari eritema. Tumbuhan Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman lokal yang secara empiris digunakan untuk menanggulangi ruam kulit dan kulit terbakar. Ketersediaan tanaman papaya di Indonesia cukup melimpah khususnya di Lampung, telah banyak petani yang membudidayakan tanaman ini. Berbagai bahan tanaman alam dapat digunakan sebagai sumber tabir surya seperti buah, daun, biji bunga, batang dan rimpang. Penelitian Tabir surya dari ekstrak buah papaya telah dilakukan oleh Sanchin dkk (2013), oleh karena itu perlu adanya penelitian pada bagian tanaman papaya lain. Penggunaan kulit buah sangat jarang digunakan karena kulit dianggap sebagai limbah, meskipun kulit papaya ini mempunyai kegunaan yang sangat tinggi. Pada penelitian Santos dkk, (2014) analisis kandungan senyawa fenolik dan Vitamin C kulit papaya lebih tinggi