fahan hanum - Academia.edu (original) (raw)

Papers by fahan hanum

Research paper thumbnail of HISTORIOGRAFI ISLAM INDONESIA

Historiografi historical explanation) merupakan langkah terakhir dalam metodologi penelitian seja... more Historiografi historical explanation) merupakan langkah terakhir dalam metodologi penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berawal dari pertanyaan, bagaimana para sejarawan merekonstruksi sejarah melalui bukti dan sumber sejarah sehingga menjadi tulisan sejarah, dari situlah historiografi melakukan tugasnya. Dalam paper ini saya akan membahas sedikit tentang kajian historiografi terhadap beberapa sejarawan (sejarawan Indonesia maupun serawan asing) dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja ruang lingkup kajian sejarah Islam Indonesia sejak abad ke-14 sampai abad ke-19 yang menjadi perhatian para sejarawan? 2. Sumber-sumber apa saja yang digunakan oleh para sejarawan untuk merekonstruksi sejarah Islam Indonesia mulai abad ke-14 sampai abad ke-19 ? 3. Apa teori-teori yang digunakan dan/atau teori-teori yang dihasilkan oleh para sejarawan tersebut? B. Ruang Lingkup Kajian Sejarah Islam Indonesia Sejak abad XIV sampai abad XIX Secara umum ruang lingkup kajian sejarah Islam Indonesia sejak abad XIV sampai abad XIX yang menjadi perhatian para sejarawan antara lain political history, social history dan intelectual history. Beberapa sejarawan yang menulis sejarah politik adalah M. C. Ricklefs dan A.C Milner. Penulisan sejarah sosial muncul sebagai gejala baru sejak sebelum perang dunia II. Di Perancis aliran penulisan sejarah annales yang dipelopori oleh Lucien Febvre dan Marc Bloch menjadi modal bagi generasi baru penulis sejarah sosial 1 [1], di antaranya Denys Lombard dan Anthony Reid. Sedangkan intelectual history ditulis oleh Azyumardi Azra yang di dalam bukunya ia berhasil merumuskan jaringan intelektual muslim antara ulama Timur tengah dengan Nusantara. Merle Calvin Ricklefs, seorang sejarawan Belanda, dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern lebih cenderung meng-cover buku sejarahnya kepada political history. Dalam buku ini Ricklefs merekronstruksi sejarah Indonesia sejak awal kedatangan Islam, masa kerajaan-kerajaan 1[1]Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1994), 33. Islam termasuk transisi dari kerajaan hindu Jawa (Majapahit) ke kerajaan Islam (Demak), masa kolonial Belanda, kebangkitan nasional, masa pendudukan Jepang sampai Indonesia merdeka, masa orde lama, orde baru dan reformasi. A. C. Milner yang juga menulis tentang sejarah politik, membahas tentang martabat raja Melayu yang tidak berubah setelah kedatangan Islam yaitu sangat tingginya posisi raja sehingga semua hal berada di tangan raja. Kedatangan Islam dan penyebaran Islam di Nusantara tidak banyak mengubah esensi etintas politik dalam kerajaan. 2 [2] Raja pada masa pra Islam rupanya telah menjadi fokus kehidupan politik dan spiritual yang digambarkan sebagai seorang bodhisatwa, yaitu budhis yang sukarela meninggalkan nirwana untuk tinggal menetap di dunia dan membantu pembebasan spiritual umat manusia. 3 [3] Dalam hal nilai penting kerohaniannya penguasa-penguasa di Nusantara ini memiliki banyak kesamaan, sebagaimana di Pasai raja disebut sebagai "dewa Apollo", di Minangkabau raja disebut emanasi Tuhan dan di Jawa raja disebut sebagai "wisnu". 4 [4] Dalam masalah hukum, kedatangan Islam juga tidak banyak merubah sistem hukum kerajaan. Raja-raja nusantara lebih cenderung memakai hukum adat daripada hukum Islam. Menurut Milner, dua hal yang menarik minat raja-raja Melayu terhadap Islam tentang kepemimpinan adalah yaitu tradisi Kerajaan Persia (suatu tradisi yang telah diasimilasikan ke dalam Islam abad pertengahan) dalam hal pemakaian gelar-gelar untuk legitimasi dan pandangan mistik tentang insan kamil atau manusia sempurna. 5 [5] Sejarawan Perancis abad 20, Denys Lombard, dalam disertasinya Le Carrefour Javanais yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul "Nusa Jawa Silang Budaya" melakukan pendekatan yang berbeda dengan sejarah konvensional dalam merekonstruksi sejarah Indonesia khususnya Jawa bahwa di luar aspek politik, banyak perkembangan sosio-kultural yang dapat 2[2]Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaani (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 78. 3[3] A.

Research paper thumbnail of HISTORIOGRAFI ISLAM INDONESIA

Historiografi historical explanation) merupakan langkah terakhir dalam metodologi penelitian seja... more Historiografi historical explanation) merupakan langkah terakhir dalam metodologi penelitian sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Berawal dari pertanyaan, bagaimana para sejarawan merekonstruksi sejarah melalui bukti dan sumber sejarah sehingga menjadi tulisan sejarah, dari situlah historiografi melakukan tugasnya. Dalam paper ini saya akan membahas sedikit tentang kajian historiografi terhadap beberapa sejarawan (sejarawan Indonesia maupun serawan asing) dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja ruang lingkup kajian sejarah Islam Indonesia sejak abad ke-14 sampai abad ke-19 yang menjadi perhatian para sejarawan? 2. Sumber-sumber apa saja yang digunakan oleh para sejarawan untuk merekonstruksi sejarah Islam Indonesia mulai abad ke-14 sampai abad ke-19 ? 3. Apa teori-teori yang digunakan dan/atau teori-teori yang dihasilkan oleh para sejarawan tersebut? B. Ruang Lingkup Kajian Sejarah Islam Indonesia Sejak abad XIV sampai abad XIX Secara umum ruang lingkup kajian sejarah Islam Indonesia sejak abad XIV sampai abad XIX yang menjadi perhatian para sejarawan antara lain political history, social history dan intelectual history. Beberapa sejarawan yang menulis sejarah politik adalah M. C. Ricklefs dan A.C Milner. Penulisan sejarah sosial muncul sebagai gejala baru sejak sebelum perang dunia II. Di Perancis aliran penulisan sejarah annales yang dipelopori oleh Lucien Febvre dan Marc Bloch menjadi modal bagi generasi baru penulis sejarah sosial 1 [1], di antaranya Denys Lombard dan Anthony Reid. Sedangkan intelectual history ditulis oleh Azyumardi Azra yang di dalam bukunya ia berhasil merumuskan jaringan intelektual muslim antara ulama Timur tengah dengan Nusantara. Merle Calvin Ricklefs, seorang sejarawan Belanda, dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern lebih cenderung meng-cover buku sejarahnya kepada political history. Dalam buku ini Ricklefs merekronstruksi sejarah Indonesia sejak awal kedatangan Islam, masa kerajaan-kerajaan 1[1]Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1994), 33. Islam termasuk transisi dari kerajaan hindu Jawa (Majapahit) ke kerajaan Islam (Demak), masa kolonial Belanda, kebangkitan nasional, masa pendudukan Jepang sampai Indonesia merdeka, masa orde lama, orde baru dan reformasi. A. C. Milner yang juga menulis tentang sejarah politik, membahas tentang martabat raja Melayu yang tidak berubah setelah kedatangan Islam yaitu sangat tingginya posisi raja sehingga semua hal berada di tangan raja. Kedatangan Islam dan penyebaran Islam di Nusantara tidak banyak mengubah esensi etintas politik dalam kerajaan. 2 [2] Raja pada masa pra Islam rupanya telah menjadi fokus kehidupan politik dan spiritual yang digambarkan sebagai seorang bodhisatwa, yaitu budhis yang sukarela meninggalkan nirwana untuk tinggal menetap di dunia dan membantu pembebasan spiritual umat manusia. 3 [3] Dalam hal nilai penting kerohaniannya penguasa-penguasa di Nusantara ini memiliki banyak kesamaan, sebagaimana di Pasai raja disebut sebagai "dewa Apollo", di Minangkabau raja disebut emanasi Tuhan dan di Jawa raja disebut sebagai "wisnu". 4 [4] Dalam masalah hukum, kedatangan Islam juga tidak banyak merubah sistem hukum kerajaan. Raja-raja nusantara lebih cenderung memakai hukum adat daripada hukum Islam. Menurut Milner, dua hal yang menarik minat raja-raja Melayu terhadap Islam tentang kepemimpinan adalah yaitu tradisi Kerajaan Persia (suatu tradisi yang telah diasimilasikan ke dalam Islam abad pertengahan) dalam hal pemakaian gelar-gelar untuk legitimasi dan pandangan mistik tentang insan kamil atau manusia sempurna. 5 [5] Sejarawan Perancis abad 20, Denys Lombard, dalam disertasinya Le Carrefour Javanais yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia dengan judul "Nusa Jawa Silang Budaya" melakukan pendekatan yang berbeda dengan sejarah konvensional dalam merekonstruksi sejarah Indonesia khususnya Jawa bahwa di luar aspek politik, banyak perkembangan sosio-kultural yang dapat 2[2]Azyumardi Azra, Renaisans Islam Asia Tenggara: Sejarah Wacana dan Kekuasaani (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 78. 3[3] A.