rossie wiedya Nusantara - Academia.edu (original) (raw)

Papers by rossie wiedya Nusantara

Research paper thumbnail of Banana Peel Adsorbent to Reduce the Concentration of Lead and Cadmium Metal Pollution in Landfill Leachate

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi/Jurnal kimia sains dan aplikasi, Mar 19, 2024

Banana peels can be a valuable adsorbent for reducing heavy metals in water. This study investiga... more Banana peels can be a valuable adsorbent for reducing heavy metals in water. This study investigated the effect of chemical activators on Nipah banana peel (Musa acuminata balbisiana) on their ability to reduce Pb and Cd metals in landfill leachate. Before the adsorption test, the banana peels were treated with a different chemical activator, including detergent, NaOH, KOH, and H3PO4. The results showed that H3PO4 adsorbs relatively high amounts of metals (Pb-75.8%, Cd-18.491%) in landfill leachate among these activators. FTIR analysis showed that banana peels treated with H3PO4 produced sharper carbonyl or carboxyl group peaks. These groups are very influential in the metal adsorption process. SEM-EDS analysis of the H3PO4-treated banana peels showed an increase in carbon and oxygen elements in the banana peels and changes in the pore surface that enhanced the adsorption process on Pb and Cd metals. From this study, banana peels activated with H3PO4 showed great potential to be developed into adsorbents to reduce heavy metal concentration. Research is being conducted to use adsorbents derived from agricultural and plantation waste as a more affordable option in the heavy metal degradation process. Adsorbents with low cost and high adsorption efficiency are needed to improve the negative impact of heavy metals on the environment and humans [8]. Adsorbents derived from agricultural and plantation wastes are economical and environmentally beneficial due to their abundant availability, renewability, and affordability. In addition, components such as lignin and cellulose, which are rich in various functional groups such as alcohols, aldehydes, ketones, and carboxylates, are also present in agricultural and plantation by-products. These components are essential in reducing heavy metal

Research paper thumbnail of Water Management Zone Mapping on Peatland in Limbung Village Sungai Raya District

Intensif, Feb 1, 2024

This study focuses on mapping peatland water management zones, which have not been mapped in prev... more This study focuses on mapping peatland water management zones, which have not been mapped in previous research. These water management zones serve as crucial reference points for the development and implementation of the National Peatland Ecosystem Protection and Management Plan. The research applied various methods, including soil survey, drilling, soil sampling, measuring groundwater level and canal, matching methods, and create a peat water management zone map. Based on research and map overlays, five water management zones were obtained, these zones include Zone I (F2.B1.K1.C2) covering 1.39 ha (11.58%), Zone II (F1.B1.K1.C2) covering 0.82 ha (6. 83%), Zone III (F2.B1.K1.C3) covering 1.93 ha (16.08%), Zone IV (F1.B1.K1.C3) covering 3.86 ha (32.17%) and Zone V (F1.B1.K2.C3) covering 4.00 ha (33.33%). These water management zones will be related to conservation activities to maintain the quality of soil and water on peatlands. Peatland restoration management activities in Zone I can be accomplished by canal blocking and maximum planting patterns, in Zone II by canal filling and maximum planting patterns, in Zone III by canal blocking and enrichment plants, in Zone IV by canal backfilling and maximum planting patterns, and in Zone V by canal backfilling and deep wells.

Research paper thumbnail of Karakteristik Sifat Fisika Tanah Pada Tiga Tipe Luapan DI Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya

Jurnal Sains Pertanian Equator, Feb 1, 2024

Sifat fisika tanah merupakan unsur lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tersedianya air, u... more Sifat fisika tanah merupakan unsur lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tersedianya air, udara tanah dan secara tidak langsung mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman (Delsiyanti, 2016). Pengelolaan lahan secara terus menerus, adanya saluran drainase, dan pengolahan tanah serta adanya perbedaan tipe luapan lahan pasang surut, mengakibatkan tanah di lahan tersebut memiliki sifat fisik yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan sifat fisika tanah dan karakterisasinya pada tiga tipe luapan di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Setiap lokasi ditentukan 6 titik pengamatan sampel tanah pada kedalaman 0-30 cm. Parameter sifat fisika tanah yaitu: fraksi tekstur, bobot isi, porositas total, kadar air kapasitas lapang (KAKL), permeabilitas diuji menggunakan anova. Apabila terdapat perbedaan parameter pada tiga tipe luapan maka dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) pada tingkat kepercayaan 95% (<5%). Hasil analisis yang didapat, yaitu fraksi pasir dan debu pada tipe luapan A berbeda nyata terhadap B dan C, serta fraksi liat pada tipe luapan A berbeda nyata terhadap B dan C. Bobot isi tanah, porositas tanah dan KAKL pada tipe luapan B berbeda nyata terhadap C dan A. Permeabilitas tanah pada tipe luapan A berbeda nyata terhadap tipe B dan tipe B berbeda nyata terhadap tipe C.

Research paper thumbnail of Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet (Havea brasiliensis) di Desa Tubang Raeng Kecamatan Jelimpo Kanbupaten Landak

Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, Jul 13, 2016

Research paper thumbnail of Strategi Penanggulangan Erosi DI Areal Penambangan Andesit Desa Peniraman Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah

GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Abstrak: Potensi kekayaan hasil tambang berupa emas, timbel, besi, mangan, seng, bauksit maupun b... more Abstrak: Potensi kekayaan hasil tambang berupa emas, timbel, besi, mangan, seng, bauksit maupun batuan tersebar di Provinsi Kalimantan Barat. Tambang batuan dan bukan logam menjadi wewenang pengelolaan sumber daya alam yang dikendalikan oleh Pemerintah daerah. Aktivitas pertambangan batu andesit di Kecamatan Sungai Pinyuh menyebabkan perubahan lingkungan yaitu terjadinya degradasi daya dukung lingkungan. Salah satu degradasi daya dukung lingkungan yang terjadi yaitu erosi. Dampak terjadinya erosi menyebabkan hilangnya bahan organik tanah, hilangnya vegetasi penutup lahan dan tebing – tebing bukit yang rawan longsor, sehingga diperlukan upaya perbaikan dan pencegahan dampak lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi penanggulangan erosi pada areal pertambangan. Adapun hasil analisis kerawanan erosi berdasarkan metode USLE diperoleh nilai erosi terberat sebesar 5.439,35 ton/ha/tahun (TPB-T-A3) hal ini disebabkan oleh tingginya nilai faktor Erodibilitas Tanah (K),...

Research paper thumbnail of Karakteristik Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Gambut Bersekat Kanal DI Desa Kubu Padi Kabupaten Kubu Raya

Jurnal Sains Pertanian Equator

Upaya pemulihan lahan gambut terdegradasi yaitu dengan melakukan pembasahan kembali dengan pemban... more Upaya pemulihan lahan gambut terdegradasi yaitu dengan melakukan pembasahan kembali dengan pembangunan sekat kanal pada lokasi yang mengalami degradasi. Penyekatan kanal dapat meningkatkan daya simpan (retensi) air di lahan gambut sehingga dapat mencegah penurunan permukaan air di lahan gambut atau dalam keadaan lembab. Lokasi penelitian di Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat, yaitu Sekat Kanal 2019 (SK19), Sekat Kanal 2020 (SK20), Tanpa Sekat Kanal (TSK) dan Hutan Sekunder (HS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat kimia tanah gambut pada setiap lokasi yang bersekat kanal yang dibangun pada tahun 2019 dan 2020, tanpa sekat kanal dan hutan sekunder di Desa Kubu Padi Kecamatan Kuala Mandor B, Kabupaten Kubu Raya. Pengambilan sampel dengan kedalaman 0 – 30 cm dan pengukuran lapangan untuk kedalaman muka air tanah menggunakan piezometer. Penentuan lokasi dilakukan berdasarkan tahun pembangunan sekat kanal 2019 dan 2020 (SK19 dan SK20), tanpa sekat kanal (TSK) dan h...

Research paper thumbnail of Aplikasi sistem informasi geografi (SIG) untuk pemetaan kisaran harga tanah di sekitar kota Pontianak Selatan : laporan penelitian

Research paper thumbnail of Fluktuasi Tinggi Muka Air Tanah Gambut Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Desa Kubu Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya

Jurnal Ilmu Lingkungan (Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro), Jul 14, 2023

Penelitian ini bertujuan mengukur tinggi muka air tanah gambut di perkebunan kelapa sawit PT Ichi... more Penelitian ini bertujuan mengukur tinggi muka air tanah gambut di perkebunan kelapa sawit PT Ichiko Agro Lestari Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus-Oktober 2021. Pengukuran curah hujan, tinggi muka air tanah gambut dan tinggi muka saluran dilaksanakan selama 30 hari dimulai pada tanggal 1 September-30 September 2021. Pengukuran curah hujan menggunakan ombrometer sedangkan pengukuran tinggi muka air tanah gambut menggunakan piezometer. Pengukuran tinggi muka muka air tanah gambut dilakukan pada 3 blok dimana setiap blok dipasang 3 piezometer dengan jarak 250 m, 500 m dan 750 m dan diukur pada pagi hari dan sore hari. Pada lokasi yang sama dilakukan pengambilan sampel tanah di 9 titik pada kedalaman 0 cm-25 cm, 25 cm-50 cm, 50 cm-75 cm dan 75 cm-100 cm untuk dianalisis sifat fisika dan kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi muka air tanah gambut pada blok pertama kondisi pagi hari dengan kedalaman-40 cm dan pada sore hari-11 cm. Pada blok kedua tinggi muka air tanah gambut pada pagi hari-37cm dan pada sore hari-38 cm. Sedangkan pada blok ketiga tinggi muka air tanah gambut pada pagi hari-40 cm dan pada sore hari-53 cm.

Research paper thumbnail of EMISI CO2 TANAH AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN RAWA GAMBUT DI KALIMANTAN BARAT (Soil Emissions of CO2 Due to Land Use Change of Peat Swamp Forest at West Kalimantan)

DOAJ (DOAJ: Directory of Open Access Journals), 2015

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alih fungsi lahan gambut yang menyebabkan perubahan e... more Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alih fungsi lahan gambut yang menyebabkan perubahan emisi CO 2 tanah pada hutan rawa gambut primer (HP), hutan gambut sekunder (HS), semak belukar (SB), kebun sawit (KS), dan kebun jagung (KJ) dan menganalisis pengaruh suhu dan jeluk muka air tanah (water-table depth) terhadap emisi CO 2 tanah. Sampel dari tiap tipe lahan diambil sebanyak lima ulangan, total sampel 25. Saat pengukuran respirasi CO 2 tanah gambut dilakukan pengukuran suhu tanah dan muka air tanah. Pengukuran di lapangan dilaksanakan dua kali yaitu awal musim kemarau dan musim hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi CO 2 tanah tertinggi dan terendah pada dua waktu pengukuran tersebut adalah pada tipe lahan KJ (6,512 ton ha-1 th-1) dan SB (1,698 ton ha-1 th-1) serta pada tipe lahan KS (6,701 ton ha-1 th-1) dan SB (3,169 ton ha-1 th-1) berturut-turut. Suhu tanah gambut tertinggi dan terendah pada dua waktu pengukuran tersebut berturut-turut adalah pada tipe lahan SB (27,78 o C) dan HP (22,78 o C), dan pada tipe lahan KS (29,08 o C) dan HP (26,56 o C) serta jeluk muka air tanah gambut berturut-turut pada tipe lahan KJ (56,2 cm) dan SB (32,1 cm). Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan emisi CO 2 tanah gambut adalah suhu tanah, jeluk muka air tanah dan pengelolaan lahan yang menyebabkan perubahan sifat tanah gambut, seperti ketersediaan C-organik (jumlah dan kualitas bahan organik), pH tanah dan kematangan gambut. Kata kunci : hutan rawa gambut, muka air tanah, pengolahan lahan. perubahan penggunaan lahan, suhu tanah.

Research paper thumbnail of Perubahan Kualitas Tanah pada Sistem Pertanian Konvensional dan Organik (Desa Pisak Kecamatan Tujuhbelas Kabupaten Bengkayang)

Prosiding Seminar Nasional Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi : kampus merdeka meningkatkan kecerdasan sumberdaya manusia melalui interdispliner ilmu pengetahuan dan teknologi : Pontianak, 24 Agustus 2021, 2021

Sistem pertanian organik merupakan cara bertani dengan mengelola tanah sepenuhnya menggunakan bah... more Sistem pertanian organik merupakan cara bertani dengan mengelola tanah sepenuhnya menggunakan bahan-bahan organik. Pupuk organik yang diberikan mampu memperbaiki sifat fisika tanah, kimia tanah, dan biologi tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan kualitas tanah pertanian organik pada pengelolaan lahan sebelumnya, yakni sistem pertanian konvensional di Desa Pisak Kecamatan Tujuhbelas Kabupaten Bengkayang. Berdasarkan waktu periode perubahan lahan sistem pertanian organik sejak Mei 2019 dan Agustus 2018 serta lahan sistem pertanian konvensional sebagai kontrol menggunakan metode minimum data set. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pertanian organik dapat memperbaiki parameter tanah. Hal ini ditunjukkan lahan sistem pertanian organik sejak Mei 2019 dan Agustus 2018 mengalami kenaikan berturut-turut dari 0,43, 0,48 dan 0,53 dengan kriteria sedang. Kenaikan nilai indeks kualitas terjadi karena indikator kunci yang didapat dari Principal Component Analysis (PCA) pada l...

Research paper thumbnail of Kajian Cadangan Karbon Pada Tiga Penggunaan Lahan Gambut DI Desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan Kabupaten Mempawah

ABSTRAK Lahan gambut menyimpan karbon dalam ... more ABSTRAK Lahan gambut menyimpan karbon dalam jumlah besar, terutama dalam tanah gambutnya. Alih fungsi hutan rawa gambut menjadi lahan pertanian telah menyebabkan kerusakan lahan. Pengukuran jumlah cadangan karbon tersimpan khususnya di lahan gambut perlu diukur sebagai upaya untuk mengetahui besarnya cadangan karbon pada saat tertentu dan perubahannya apabila terjadi kegiatan baik manambah atau mengurangi besar cadangan tersebut. Cadangan karbon terdapat dalam lima penyimpanan karbon yaitu biomassa atas permukaan (above ground), biomassa bawah permukaan (below ground), vegetasi mati (nekromass), serasah (litter), dan tanah gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran cadangan karbon pada biomassa atas tanah (above ground), biomassa bawah permukaan (below ground), serasah (litter), dan tanah gambut, pada penggunaan lahan kelapa sawit, lahan jagung, dan hutan sekunder. Lokasi penelitian terletak di Desa Wajok Hilir...

Research paper thumbnail of UJI ISOLAT MIKORIZA DAN PUPUK SP-36 TERHADAP SERAPAN FOSFAT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays) DI TANAH GAMBUT

ABSTRAKTanah Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik seperti sisa – si... more ABSTRAKTanah Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik seperti sisa – sisa jaringan tumbuhan dan hewan dan dijenuhi air yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Tanah gambut memiliki tingkat kesuburan rendah karena kandungan unsur haranya rendah. Jagung merupakan salah satu tanaman yang strategis dan bernilai ekonomi serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Kurang optimalnya pertumbuhan tanaman jagung juga diakibatkan unsur hara yang sulit tersedia seperti fosfor yang bergerak lambat di dalam tanah, sehingga kurangnya kemampuan tanaman menyerap nutrisi P dari dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis interaksi antara isolat mikoriza dan pupuk SP-36 dalam penyerapan P tanaman jagung pada tanah gambut, menganalisis pengaruh pemberian isolat mikoriza dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan serapan P tanaman jagung di tanah gambut, dan menentukan dosis kombinasi isolat mikoriza dan Pupuk Sp-36 untuk pertumbuhan serapan P tana...

Research paper thumbnail of Study of Phosphate Solubilizing Fungi in Peat Soil in Several Types of Land Use of Siantan Hilir Village Pontianak City

The use of peat land for agriculture is growing rapidly. However, in this utilization various pro... more The use of peat land for agriculture is growing rapidly. However, in this utilization various problems were encountered, one of which was the strength of phosphate nutrients. One alternative to overcome the low availability of phosphate is to use a phosphate solvent fungus. This study aims to determine the population and type of phosphate solubilizing fungus and the population differences in several peatland uses (oil palm, pineapple, mustard, aloe, papaya and secondary forest) and to know the ability of fungi to dissolve phosphate nutrients. The methods used in this study are preparation, selection and observation of the location of the study, determination of sampling points, soil sampling (microbiology specific soil samples, sample samples and disturbed soil samples), preparation and sterilization of equipment and media in the laboratory, calculation and isolation fungus phosphate solubilizing colonies. The results showed that the highest population of phosphate solubilizing fung...

Research paper thumbnail of Thermal Distribution Analysis Of Heating System For Optimization Of Co2 Gas Sensor Detection

Soil takes a big role as a source of excess CO2 gas emissions mainly peat soils that contain a lo... more Soil takes a big role as a source of excess CO2 gas emissions mainly peat soils that contain a lot of organic matter. One of the factors that influence is soil temperature. The research aims to analyze the temperature distribution at the surface of the soil to optimize the detection of CO2 gas sensors. The method using peat soil placed in the chamber, the heater was placed on it, and a number of thermometer-digitals are placed at several points on its surface in the x-y axis by distance from the heater is 5cm, 10cm, and 15cm. The temperature distribution at 5cm, the temperature alteration toward time is 0.0020oC/s, at 10cm is 0.0004oC/s, and at 15cm is 0.0001oC/s. Based on it, the optimal distance used in the design of 5cm and 10cm distance. This result can be used as supporting data for a portable CO2 concentration gauge for soil.

Research paper thumbnail of Analysis of Soil Specific Gravity on Peat Soil in Longan Plantations in West Kalimantan Region

Mathematics, Science and Computer Science Education International Seminar (MSCEIS 2019), 2020

Research paper thumbnail of Sifat Kimia Tanah Ultisols Pada Areal Untuk Replanting Kelapa Sawit Dan Hutan Sekunder DI Desa Amboyo Inti Kecamatan Ngabang

Tanah Ultisols dikenal sebagai tanah yang kurang subur tetapi pemanfaatannya dalam bidang pertani... more Tanah Ultisols dikenal sebagai tanah yang kurang subur tetapi pemanfaatannya dalam bidang pertanian sangat luas, khususnya pada bidang perkebunan kelapa sawit. Periode budidaya kelapa sawit di Desa Amboyo Inti telah berumur 33 tahun sehingga perlu dilakukan replanting. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan sifat kimia tanah Ultisols pada areal untuk replanting kelapa sawit dengan hutan sekunder. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Amboyo Inti Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Analisis sifat kimia dan fisika tanah dilakukan di lapangan, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, serta Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai April 2020. Titik pengamatan menggunakan sistem diagonal pada luasan 2 hektar untuk setiap penggunaan lahannya. Sampel tanah diambil secara utuh dan komposit pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm untuk masing-masing penggunaan lahan. Parameter sifat kimia tan...

Research paper thumbnail of Karakterisasi Tekstur Tanah Gambut di Lahan Lidah Buaya Di Kalimantan Barat

Seminar Nasional Fisika, 2019

Research paper thumbnail of KARAKTERISTIK FISIK LAHAN AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN RAWA GAMBUT(Physical characteristic of peat land use change of peat swamp forest)

TOP lndonesia, Mar 1, 2013

The aim of this study is to investigate physical characteristic of peatlands and peat soils at fi... more The aim of this study is to investigate physical characteristic of peatlands and peat soils at five land use types (primary peat swam forest-HP, secondary peat forest-HS, sbrub-SB, oil palro-KS, cornfield-KJ), such as ground water table, depth of peat soi l, thickness of peat composition, depth of organic material(humus), bulk density-BD, porosity and soil water content as effect of land use change. This study was conductend at peatland in Rasau Jaya- West Kalimantan Province. Result of the study show that at HP and HS have deeper ground water table, deeper depth of peat soils, soil maturity level varies with thinner depth of peat composition, organic material on forest floor than at KS and KJ. Result of phsical properties of peat soils show that at KJ have higher BD, KS have higher prosity and KS and KJ have shallower soil water content than at HP or HS. The differences is caused the contruction of drainage canals causing an excessive loss of water, prior to reclamation activities may result in the drop of depth of ground water table. This will generally to followed by an increase in tbe rate of peat decomposition and changes in the physical properties of peat.

Research paper thumbnail of An Application of Geographically Weighted Regression for Assessing Water Polution in Pontianak, Indonesia

CAUCHY, 2022

Geographically weighted regression (GWR) is an exploratory analytical tool that creates a set of ... more Geographically weighted regression (GWR) is an exploratory analytical tool that creates a set of location-specific parameter estimates. The estimates can be analysed and represented on a map to provide information on spatial relationships between the dependent and the independent variables. A problem that is faced by the GWR users is how best to map these parameter estimates. This paper introduces a simple mapping technique that plots local t-values of the parameters on one map. This study employed GWR to evaluate chemical parameters of water in Pontianak City. The chemical oxygen demand (COD) was used as the dependent variable as an indicator of water polution. Factors used for assessing water pollution were pH (X1), iron (X2), fluoride (X3), water hardness (X4), nitrate (X5), nitrite (X6), detergents (X7) and dissolved oxygen, DO, (X8). Samples were taken from 42 locations. Chemical properties were measured in the laboratory. The parameters of the GWR model from each site were est...

Research paper thumbnail of Kajian Kualitas Tanah pada Lahan Gambut Terbakar di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat

Kebakaran lahan gambut menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah gam... more Kebakaran lahan gambut menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah gambut sehingga secara otomatis mempengaruhi kualitas tanah yang dinyatakan dengan Indeks Kualitas Tanah (IKT). Tujuan penelitian ini adalah menentukan indeks kualitas tanah dan faktor penentunya pada lahan gambut terbakar (GT) dan tidak terbakar (GTT). Penelitian dilakukan di Kelurahan Bansir Darat Kecamatan Pontianak Tenggara Kota Pontianak pada GTT dan GT. Tahapan penelitian meliputi pengambilan sampel tanah pada masing-masing lahan, pengamatan dan pengukuran kedalaman gambut, ketebalan lapisan gambut dan kematangan gambut serta perhitungan jumlah cacing. Analisis sifat fisika tanah meliputi bobot isi, kadar air kapasitas lapang, porositas total; sifat kimia tanah terdiri dari reaksi tanah (pH), karbon organik (C-organik), Nitrogen total (Ntotal), rasio CN, posfor tersedia (P-tersedia), natrium, kalium, kalsium dan magnesium dapat dipertukarkan (Na-dd, K-dd, Ca-dd dan Mg-dd), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), kadar abu; dan jumlah cacing tanah untuk sifat biologi tanah. Hasil penelitian menunjukkan GT dengan kematangan saprik memiliki kedalaman gambut lebih dangkal dibandingkan GTT dengan kematangan hemik. Kadar air dan porositas pada GT juga lebih rendah dibandingkan GTT. Kation basa GT lebih tinggi dibandingkan GTT meskipun kriteria keduanya sangat rendah. Parameter penentu kualitas tanah yaitu C-organik, CN rasio, Ntotal, P-tersedia, kalsium, natrium, kalium, kejenuhan basa, bobot isi, kadar air dan porositas. Kedua lahan memiliki kriteria IKT rendah namun GT memiliki nilai yang lebih tinggi (0,34) daripada GTT (0,27). Meskipun nilai IKT pada GT lebih tinggi, banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari pembakaran lahan gambut. Karena itu pemerintah melarang pembakaran lahan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang pelarangan pembakaran hutan dan lahan gambut. Kata kunci: Indeks kualitas tanah, kualitas tanah, lahan gambut terbakar, lahan gambut tidak terbakar ABSTRACT Peatland fires cause changes in the physical, chemical and biological characteristics of the peat soil. It automatically affects the quality of the soil as stated by the Soil Quality Index (IKT). The purpose of this study was to determine the soil quality index and its determinants in burnt (GT) and unburnt (GTT) peatlands. The research was conducted in Bansir Darat Village, Southeast Pontianak District, Pontianak City on GT and GTT. The research stages included taking soil samples from each land, observing and measuring the depth of the peat, the thickness of the peat layer, the maturity of the peat and counting the number of worms as well. Analysis of soil physical characteristics including bulk density, moisture content of field capacity, total porosity; soil chemistry consists of C-organic, total nitrogen (N-total), CN ratio, available phosphorus (P-available), exchangeable sodium (Nadd), potassium (K-dd), calcium-dd (Ca-dd)dan magnesium (Mg-dd), cation exchange capacity (CEC), base saturation (KB), content of ash; and the number of earth worms for soil biology property. The results showed that the physical characteristics of peat on GT had a shallower peat depth with sapric compared to GTT with hemic. The water content and porosity on GT are lower than GTT as well. The base cation of GT is higher than GTT even though the criteria for both are very low. The determinants of soil quality were C-organic, CN ratio, N-total, P-available, calcium, sodium, potassium, base saturation, content weight, moisture content and porosity. The Soil Quality Index of both lands have low criteria but GT has a higher value (0.34) than GTT (0.27). Even though the IKT value in GT is higher, there are many negative impacts caused by burning peatlands. Therefore, the government forbids burning of land by issuing policies to prohibit the burning of forests and peatlands.

Research paper thumbnail of Banana Peel Adsorbent to Reduce the Concentration of Lead and Cadmium Metal Pollution in Landfill Leachate

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi/Jurnal kimia sains dan aplikasi, Mar 19, 2024

Banana peels can be a valuable adsorbent for reducing heavy metals in water. This study investiga... more Banana peels can be a valuable adsorbent for reducing heavy metals in water. This study investigated the effect of chemical activators on Nipah banana peel (Musa acuminata balbisiana) on their ability to reduce Pb and Cd metals in landfill leachate. Before the adsorption test, the banana peels were treated with a different chemical activator, including detergent, NaOH, KOH, and H3PO4. The results showed that H3PO4 adsorbs relatively high amounts of metals (Pb-75.8%, Cd-18.491%) in landfill leachate among these activators. FTIR analysis showed that banana peels treated with H3PO4 produced sharper carbonyl or carboxyl group peaks. These groups are very influential in the metal adsorption process. SEM-EDS analysis of the H3PO4-treated banana peels showed an increase in carbon and oxygen elements in the banana peels and changes in the pore surface that enhanced the adsorption process on Pb and Cd metals. From this study, banana peels activated with H3PO4 showed great potential to be developed into adsorbents to reduce heavy metal concentration. Research is being conducted to use adsorbents derived from agricultural and plantation waste as a more affordable option in the heavy metal degradation process. Adsorbents with low cost and high adsorption efficiency are needed to improve the negative impact of heavy metals on the environment and humans [8]. Adsorbents derived from agricultural and plantation wastes are economical and environmentally beneficial due to their abundant availability, renewability, and affordability. In addition, components such as lignin and cellulose, which are rich in various functional groups such as alcohols, aldehydes, ketones, and carboxylates, are also present in agricultural and plantation by-products. These components are essential in reducing heavy metal

Research paper thumbnail of Water Management Zone Mapping on Peatland in Limbung Village Sungai Raya District

Intensif, Feb 1, 2024

This study focuses on mapping peatland water management zones, which have not been mapped in prev... more This study focuses on mapping peatland water management zones, which have not been mapped in previous research. These water management zones serve as crucial reference points for the development and implementation of the National Peatland Ecosystem Protection and Management Plan. The research applied various methods, including soil survey, drilling, soil sampling, measuring groundwater level and canal, matching methods, and create a peat water management zone map. Based on research and map overlays, five water management zones were obtained, these zones include Zone I (F2.B1.K1.C2) covering 1.39 ha (11.58%), Zone II (F1.B1.K1.C2) covering 0.82 ha (6. 83%), Zone III (F2.B1.K1.C3) covering 1.93 ha (16.08%), Zone IV (F1.B1.K1.C3) covering 3.86 ha (32.17%) and Zone V (F1.B1.K2.C3) covering 4.00 ha (33.33%). These water management zones will be related to conservation activities to maintain the quality of soil and water on peatlands. Peatland restoration management activities in Zone I can be accomplished by canal blocking and maximum planting patterns, in Zone II by canal filling and maximum planting patterns, in Zone III by canal blocking and enrichment plants, in Zone IV by canal backfilling and maximum planting patterns, and in Zone V by canal backfilling and deep wells.

Research paper thumbnail of Karakteristik Sifat Fisika Tanah Pada Tiga Tipe Luapan DI Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya

Jurnal Sains Pertanian Equator, Feb 1, 2024

Sifat fisika tanah merupakan unsur lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tersedianya air, u... more Sifat fisika tanah merupakan unsur lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tersedianya air, udara tanah dan secara tidak langsung mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman (Delsiyanti, 2016). Pengelolaan lahan secara terus menerus, adanya saluran drainase, dan pengolahan tanah serta adanya perbedaan tipe luapan lahan pasang surut, mengakibatkan tanah di lahan tersebut memiliki sifat fisik yang berbeda-beda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan sifat fisika tanah dan karakterisasinya pada tiga tipe luapan di Desa Kuala Dua Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya. Setiap lokasi ditentukan 6 titik pengamatan sampel tanah pada kedalaman 0-30 cm. Parameter sifat fisika tanah yaitu: fraksi tekstur, bobot isi, porositas total, kadar air kapasitas lapang (KAKL), permeabilitas diuji menggunakan anova. Apabila terdapat perbedaan parameter pada tiga tipe luapan maka dilanjutkan dengan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) pada tingkat kepercayaan 95% (<5%). Hasil analisis yang didapat, yaitu fraksi pasir dan debu pada tipe luapan A berbeda nyata terhadap B dan C, serta fraksi liat pada tipe luapan A berbeda nyata terhadap B dan C. Bobot isi tanah, porositas tanah dan KAKL pada tipe luapan B berbeda nyata terhadap C dan A. Permeabilitas tanah pada tipe luapan A berbeda nyata terhadap tipe B dan tipe B berbeda nyata terhadap tipe C.

Research paper thumbnail of Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Karet (Havea brasiliensis) di Desa Tubang Raeng Kecamatan Jelimpo Kanbupaten Landak

Jurnal Sains Mahasiswa Pertanian, Jul 13, 2016

Research paper thumbnail of Strategi Penanggulangan Erosi DI Areal Penambangan Andesit Desa Peniraman Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah

GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Abstrak: Potensi kekayaan hasil tambang berupa emas, timbel, besi, mangan, seng, bauksit maupun b... more Abstrak: Potensi kekayaan hasil tambang berupa emas, timbel, besi, mangan, seng, bauksit maupun batuan tersebar di Provinsi Kalimantan Barat. Tambang batuan dan bukan logam menjadi wewenang pengelolaan sumber daya alam yang dikendalikan oleh Pemerintah daerah. Aktivitas pertambangan batu andesit di Kecamatan Sungai Pinyuh menyebabkan perubahan lingkungan yaitu terjadinya degradasi daya dukung lingkungan. Salah satu degradasi daya dukung lingkungan yang terjadi yaitu erosi. Dampak terjadinya erosi menyebabkan hilangnya bahan organik tanah, hilangnya vegetasi penutup lahan dan tebing – tebing bukit yang rawan longsor, sehingga diperlukan upaya perbaikan dan pencegahan dampak lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi penanggulangan erosi pada areal pertambangan. Adapun hasil analisis kerawanan erosi berdasarkan metode USLE diperoleh nilai erosi terberat sebesar 5.439,35 ton/ha/tahun (TPB-T-A3) hal ini disebabkan oleh tingginya nilai faktor Erodibilitas Tanah (K),...

Research paper thumbnail of Karakteristik Sifat Kimia Tanah Pada Lahan Gambut Bersekat Kanal DI Desa Kubu Padi Kabupaten Kubu Raya

Jurnal Sains Pertanian Equator

Upaya pemulihan lahan gambut terdegradasi yaitu dengan melakukan pembasahan kembali dengan pemban... more Upaya pemulihan lahan gambut terdegradasi yaitu dengan melakukan pembasahan kembali dengan pembangunan sekat kanal pada lokasi yang mengalami degradasi. Penyekatan kanal dapat meningkatkan daya simpan (retensi) air di lahan gambut sehingga dapat mencegah penurunan permukaan air di lahan gambut atau dalam keadaan lembab. Lokasi penelitian di Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat, yaitu Sekat Kanal 2019 (SK19), Sekat Kanal 2020 (SK20), Tanpa Sekat Kanal (TSK) dan Hutan Sekunder (HS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat kimia tanah gambut pada setiap lokasi yang bersekat kanal yang dibangun pada tahun 2019 dan 2020, tanpa sekat kanal dan hutan sekunder di Desa Kubu Padi Kecamatan Kuala Mandor B, Kabupaten Kubu Raya. Pengambilan sampel dengan kedalaman 0 – 30 cm dan pengukuran lapangan untuk kedalaman muka air tanah menggunakan piezometer. Penentuan lokasi dilakukan berdasarkan tahun pembangunan sekat kanal 2019 dan 2020 (SK19 dan SK20), tanpa sekat kanal (TSK) dan h...

Research paper thumbnail of Aplikasi sistem informasi geografi (SIG) untuk pemetaan kisaran harga tanah di sekitar kota Pontianak Selatan : laporan penelitian

Research paper thumbnail of Fluktuasi Tinggi Muka Air Tanah Gambut Di Lahan Perkebunan Kelapa Sawit Desa Kubu Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya

Jurnal Ilmu Lingkungan (Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro), Jul 14, 2023

Penelitian ini bertujuan mengukur tinggi muka air tanah gambut di perkebunan kelapa sawit PT Ichi... more Penelitian ini bertujuan mengukur tinggi muka air tanah gambut di perkebunan kelapa sawit PT Ichiko Agro Lestari Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus-Oktober 2021. Pengukuran curah hujan, tinggi muka air tanah gambut dan tinggi muka saluran dilaksanakan selama 30 hari dimulai pada tanggal 1 September-30 September 2021. Pengukuran curah hujan menggunakan ombrometer sedangkan pengukuran tinggi muka air tanah gambut menggunakan piezometer. Pengukuran tinggi muka muka air tanah gambut dilakukan pada 3 blok dimana setiap blok dipasang 3 piezometer dengan jarak 250 m, 500 m dan 750 m dan diukur pada pagi hari dan sore hari. Pada lokasi yang sama dilakukan pengambilan sampel tanah di 9 titik pada kedalaman 0 cm-25 cm, 25 cm-50 cm, 50 cm-75 cm dan 75 cm-100 cm untuk dianalisis sifat fisika dan kimia tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi muka air tanah gambut pada blok pertama kondisi pagi hari dengan kedalaman-40 cm dan pada sore hari-11 cm. Pada blok kedua tinggi muka air tanah gambut pada pagi hari-37cm dan pada sore hari-38 cm. Sedangkan pada blok ketiga tinggi muka air tanah gambut pada pagi hari-40 cm dan pada sore hari-53 cm.

Research paper thumbnail of EMISI CO2 TANAH AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN RAWA GAMBUT DI KALIMANTAN BARAT (Soil Emissions of CO2 Due to Land Use Change of Peat Swamp Forest at West Kalimantan)

DOAJ (DOAJ: Directory of Open Access Journals), 2015

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alih fungsi lahan gambut yang menyebabkan perubahan e... more Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alih fungsi lahan gambut yang menyebabkan perubahan emisi CO 2 tanah pada hutan rawa gambut primer (HP), hutan gambut sekunder (HS), semak belukar (SB), kebun sawit (KS), dan kebun jagung (KJ) dan menganalisis pengaruh suhu dan jeluk muka air tanah (water-table depth) terhadap emisi CO 2 tanah. Sampel dari tiap tipe lahan diambil sebanyak lima ulangan, total sampel 25. Saat pengukuran respirasi CO 2 tanah gambut dilakukan pengukuran suhu tanah dan muka air tanah. Pengukuran di lapangan dilaksanakan dua kali yaitu awal musim kemarau dan musim hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa emisi CO 2 tanah tertinggi dan terendah pada dua waktu pengukuran tersebut adalah pada tipe lahan KJ (6,512 ton ha-1 th-1) dan SB (1,698 ton ha-1 th-1) serta pada tipe lahan KS (6,701 ton ha-1 th-1) dan SB (3,169 ton ha-1 th-1) berturut-turut. Suhu tanah gambut tertinggi dan terendah pada dua waktu pengukuran tersebut berturut-turut adalah pada tipe lahan SB (27,78 o C) dan HP (22,78 o C), dan pada tipe lahan KS (29,08 o C) dan HP (26,56 o C) serta jeluk muka air tanah gambut berturut-turut pada tipe lahan KJ (56,2 cm) dan SB (32,1 cm). Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan emisi CO 2 tanah gambut adalah suhu tanah, jeluk muka air tanah dan pengelolaan lahan yang menyebabkan perubahan sifat tanah gambut, seperti ketersediaan C-organik (jumlah dan kualitas bahan organik), pH tanah dan kematangan gambut. Kata kunci : hutan rawa gambut, muka air tanah, pengolahan lahan. perubahan penggunaan lahan, suhu tanah.

Research paper thumbnail of Perubahan Kualitas Tanah pada Sistem Pertanian Konvensional dan Organik (Desa Pisak Kecamatan Tujuhbelas Kabupaten Bengkayang)

Prosiding Seminar Nasional Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi : kampus merdeka meningkatkan kecerdasan sumberdaya manusia melalui interdispliner ilmu pengetahuan dan teknologi : Pontianak, 24 Agustus 2021, 2021

Sistem pertanian organik merupakan cara bertani dengan mengelola tanah sepenuhnya menggunakan bah... more Sistem pertanian organik merupakan cara bertani dengan mengelola tanah sepenuhnya menggunakan bahan-bahan organik. Pupuk organik yang diberikan mampu memperbaiki sifat fisika tanah, kimia tanah, dan biologi tanah. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan kualitas tanah pertanian organik pada pengelolaan lahan sebelumnya, yakni sistem pertanian konvensional di Desa Pisak Kecamatan Tujuhbelas Kabupaten Bengkayang. Berdasarkan waktu periode perubahan lahan sistem pertanian organik sejak Mei 2019 dan Agustus 2018 serta lahan sistem pertanian konvensional sebagai kontrol menggunakan metode minimum data set. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pertanian organik dapat memperbaiki parameter tanah. Hal ini ditunjukkan lahan sistem pertanian organik sejak Mei 2019 dan Agustus 2018 mengalami kenaikan berturut-turut dari 0,43, 0,48 dan 0,53 dengan kriteria sedang. Kenaikan nilai indeks kualitas terjadi karena indikator kunci yang didapat dari Principal Component Analysis (PCA) pada l...

Research paper thumbnail of Kajian Cadangan Karbon Pada Tiga Penggunaan Lahan Gambut DI Desa Wajok Hilir Kecamatan Siantan Kabupaten Mempawah

ABSTRAK Lahan gambut menyimpan karbon dalam ... more ABSTRAK Lahan gambut menyimpan karbon dalam jumlah besar, terutama dalam tanah gambutnya. Alih fungsi hutan rawa gambut menjadi lahan pertanian telah menyebabkan kerusakan lahan. Pengukuran jumlah cadangan karbon tersimpan khususnya di lahan gambut perlu diukur sebagai upaya untuk mengetahui besarnya cadangan karbon pada saat tertentu dan perubahannya apabila terjadi kegiatan baik manambah atau mengurangi besar cadangan tersebut. Cadangan karbon terdapat dalam lima penyimpanan karbon yaitu biomassa atas permukaan (above ground), biomassa bawah permukaan (below ground), vegetasi mati (nekromass), serasah (litter), dan tanah gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran cadangan karbon pada biomassa atas tanah (above ground), biomassa bawah permukaan (below ground), serasah (litter), dan tanah gambut, pada penggunaan lahan kelapa sawit, lahan jagung, dan hutan sekunder. Lokasi penelitian terletak di Desa Wajok Hilir...

Research paper thumbnail of UJI ISOLAT MIKORIZA DAN PUPUK SP-36 TERHADAP SERAPAN FOSFAT PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays) DI TANAH GAMBUT

ABSTRAKTanah Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik seperti sisa – si... more ABSTRAKTanah Gambut merupakan tanah yang terbentuk dari akumulasi bahan organik seperti sisa – sisa jaringan tumbuhan dan hewan dan dijenuhi air yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Tanah gambut memiliki tingkat kesuburan rendah karena kandungan unsur haranya rendah. Jagung merupakan salah satu tanaman yang strategis dan bernilai ekonomi serta mempunyai peluang untuk dikembangkan. Kurang optimalnya pertumbuhan tanaman jagung juga diakibatkan unsur hara yang sulit tersedia seperti fosfor yang bergerak lambat di dalam tanah, sehingga kurangnya kemampuan tanaman menyerap nutrisi P dari dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis interaksi antara isolat mikoriza dan pupuk SP-36 dalam penyerapan P tanaman jagung pada tanah gambut, menganalisis pengaruh pemberian isolat mikoriza dan pupuk SP-36 terhadap pertumbuhan serapan P tanaman jagung di tanah gambut, dan menentukan dosis kombinasi isolat mikoriza dan Pupuk Sp-36 untuk pertumbuhan serapan P tana...

Research paper thumbnail of Study of Phosphate Solubilizing Fungi in Peat Soil in Several Types of Land Use of Siantan Hilir Village Pontianak City

The use of peat land for agriculture is growing rapidly. However, in this utilization various pro... more The use of peat land for agriculture is growing rapidly. However, in this utilization various problems were encountered, one of which was the strength of phosphate nutrients. One alternative to overcome the low availability of phosphate is to use a phosphate solvent fungus. This study aims to determine the population and type of phosphate solubilizing fungus and the population differences in several peatland uses (oil palm, pineapple, mustard, aloe, papaya and secondary forest) and to know the ability of fungi to dissolve phosphate nutrients. The methods used in this study are preparation, selection and observation of the location of the study, determination of sampling points, soil sampling (microbiology specific soil samples, sample samples and disturbed soil samples), preparation and sterilization of equipment and media in the laboratory, calculation and isolation fungus phosphate solubilizing colonies. The results showed that the highest population of phosphate solubilizing fung...

Research paper thumbnail of Thermal Distribution Analysis Of Heating System For Optimization Of Co2 Gas Sensor Detection

Soil takes a big role as a source of excess CO2 gas emissions mainly peat soils that contain a lo... more Soil takes a big role as a source of excess CO2 gas emissions mainly peat soils that contain a lot of organic matter. One of the factors that influence is soil temperature. The research aims to analyze the temperature distribution at the surface of the soil to optimize the detection of CO2 gas sensors. The method using peat soil placed in the chamber, the heater was placed on it, and a number of thermometer-digitals are placed at several points on its surface in the x-y axis by distance from the heater is 5cm, 10cm, and 15cm. The temperature distribution at 5cm, the temperature alteration toward time is 0.0020oC/s, at 10cm is 0.0004oC/s, and at 15cm is 0.0001oC/s. Based on it, the optimal distance used in the design of 5cm and 10cm distance. This result can be used as supporting data for a portable CO2 concentration gauge for soil.

Research paper thumbnail of Analysis of Soil Specific Gravity on Peat Soil in Longan Plantations in West Kalimantan Region

Mathematics, Science and Computer Science Education International Seminar (MSCEIS 2019), 2020

Research paper thumbnail of Sifat Kimia Tanah Ultisols Pada Areal Untuk Replanting Kelapa Sawit Dan Hutan Sekunder DI Desa Amboyo Inti Kecamatan Ngabang

Tanah Ultisols dikenal sebagai tanah yang kurang subur tetapi pemanfaatannya dalam bidang pertani... more Tanah Ultisols dikenal sebagai tanah yang kurang subur tetapi pemanfaatannya dalam bidang pertanian sangat luas, khususnya pada bidang perkebunan kelapa sawit. Periode budidaya kelapa sawit di Desa Amboyo Inti telah berumur 33 tahun sehingga perlu dilakukan replanting. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan sifat kimia tanah Ultisols pada areal untuk replanting kelapa sawit dengan hutan sekunder. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Amboyo Inti Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Analisis sifat kimia dan fisika tanah dilakukan di lapangan, Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, serta Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Waktu penelitian berlangsung dari bulan Januari sampai April 2020. Titik pengamatan menggunakan sistem diagonal pada luasan 2 hektar untuk setiap penggunaan lahannya. Sampel tanah diambil secara utuh dan komposit pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm untuk masing-masing penggunaan lahan. Parameter sifat kimia tan...

Research paper thumbnail of Karakterisasi Tekstur Tanah Gambut di Lahan Lidah Buaya Di Kalimantan Barat

Seminar Nasional Fisika, 2019

Research paper thumbnail of KARAKTERISTIK FISIK LAHAN AKIBAT ALIH FUNGSI LAHAN HUTAN RAWA GAMBUT(Physical characteristic of peat land use change of peat swamp forest)

TOP lndonesia, Mar 1, 2013

The aim of this study is to investigate physical characteristic of peatlands and peat soils at fi... more The aim of this study is to investigate physical characteristic of peatlands and peat soils at five land use types (primary peat swam forest-HP, secondary peat forest-HS, sbrub-SB, oil palro-KS, cornfield-KJ), such as ground water table, depth of peat soi l, thickness of peat composition, depth of organic material(humus), bulk density-BD, porosity and soil water content as effect of land use change. This study was conductend at peatland in Rasau Jaya- West Kalimantan Province. Result of the study show that at HP and HS have deeper ground water table, deeper depth of peat soils, soil maturity level varies with thinner depth of peat composition, organic material on forest floor than at KS and KJ. Result of phsical properties of peat soils show that at KJ have higher BD, KS have higher prosity and KS and KJ have shallower soil water content than at HP or HS. The differences is caused the contruction of drainage canals causing an excessive loss of water, prior to reclamation activities may result in the drop of depth of ground water table. This will generally to followed by an increase in tbe rate of peat decomposition and changes in the physical properties of peat.

Research paper thumbnail of An Application of Geographically Weighted Regression for Assessing Water Polution in Pontianak, Indonesia

CAUCHY, 2022

Geographically weighted regression (GWR) is an exploratory analytical tool that creates a set of ... more Geographically weighted regression (GWR) is an exploratory analytical tool that creates a set of location-specific parameter estimates. The estimates can be analysed and represented on a map to provide information on spatial relationships between the dependent and the independent variables. A problem that is faced by the GWR users is how best to map these parameter estimates. This paper introduces a simple mapping technique that plots local t-values of the parameters on one map. This study employed GWR to evaluate chemical parameters of water in Pontianak City. The chemical oxygen demand (COD) was used as the dependent variable as an indicator of water polution. Factors used for assessing water pollution were pH (X1), iron (X2), fluoride (X3), water hardness (X4), nitrate (X5), nitrite (X6), detergents (X7) and dissolved oxygen, DO, (X8). Samples were taken from 42 locations. Chemical properties were measured in the laboratory. The parameters of the GWR model from each site were est...

Research paper thumbnail of Kajian Kualitas Tanah pada Lahan Gambut Terbakar di Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat

Kebakaran lahan gambut menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah gam... more Kebakaran lahan gambut menyebabkan terjadinya perubahan sifat fisika, kimia dan biologi tanah gambut sehingga secara otomatis mempengaruhi kualitas tanah yang dinyatakan dengan Indeks Kualitas Tanah (IKT). Tujuan penelitian ini adalah menentukan indeks kualitas tanah dan faktor penentunya pada lahan gambut terbakar (GT) dan tidak terbakar (GTT). Penelitian dilakukan di Kelurahan Bansir Darat Kecamatan Pontianak Tenggara Kota Pontianak pada GTT dan GT. Tahapan penelitian meliputi pengambilan sampel tanah pada masing-masing lahan, pengamatan dan pengukuran kedalaman gambut, ketebalan lapisan gambut dan kematangan gambut serta perhitungan jumlah cacing. Analisis sifat fisika tanah meliputi bobot isi, kadar air kapasitas lapang, porositas total; sifat kimia tanah terdiri dari reaksi tanah (pH), karbon organik (C-organik), Nitrogen total (Ntotal), rasio CN, posfor tersedia (P-tersedia), natrium, kalium, kalsium dan magnesium dapat dipertukarkan (Na-dd, K-dd, Ca-dd dan Mg-dd), kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), kadar abu; dan jumlah cacing tanah untuk sifat biologi tanah. Hasil penelitian menunjukkan GT dengan kematangan saprik memiliki kedalaman gambut lebih dangkal dibandingkan GTT dengan kematangan hemik. Kadar air dan porositas pada GT juga lebih rendah dibandingkan GTT. Kation basa GT lebih tinggi dibandingkan GTT meskipun kriteria keduanya sangat rendah. Parameter penentu kualitas tanah yaitu C-organik, CN rasio, Ntotal, P-tersedia, kalsium, natrium, kalium, kejenuhan basa, bobot isi, kadar air dan porositas. Kedua lahan memiliki kriteria IKT rendah namun GT memiliki nilai yang lebih tinggi (0,34) daripada GTT (0,27). Meskipun nilai IKT pada GT lebih tinggi, banyak dampak negatif yang ditimbulkan dari pembakaran lahan gambut. Karena itu pemerintah melarang pembakaran lahan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang pelarangan pembakaran hutan dan lahan gambut. Kata kunci: Indeks kualitas tanah, kualitas tanah, lahan gambut terbakar, lahan gambut tidak terbakar ABSTRACT Peatland fires cause changes in the physical, chemical and biological characteristics of the peat soil. It automatically affects the quality of the soil as stated by the Soil Quality Index (IKT). The purpose of this study was to determine the soil quality index and its determinants in burnt (GT) and unburnt (GTT) peatlands. The research was conducted in Bansir Darat Village, Southeast Pontianak District, Pontianak City on GT and GTT. The research stages included taking soil samples from each land, observing and measuring the depth of the peat, the thickness of the peat layer, the maturity of the peat and counting the number of worms as well. Analysis of soil physical characteristics including bulk density, moisture content of field capacity, total porosity; soil chemistry consists of C-organic, total nitrogen (N-total), CN ratio, available phosphorus (P-available), exchangeable sodium (Nadd), potassium (K-dd), calcium-dd (Ca-dd)dan magnesium (Mg-dd), cation exchange capacity (CEC), base saturation (KB), content of ash; and the number of earth worms for soil biology property. The results showed that the physical characteristics of peat on GT had a shallower peat depth with sapric compared to GTT with hemic. The water content and porosity on GT are lower than GTT as well. The base cation of GT is higher than GTT even though the criteria for both are very low. The determinants of soil quality were C-organic, CN ratio, N-total, P-available, calcium, sodium, potassium, base saturation, content weight, moisture content and porosity. The Soil Quality Index of both lands have low criteria but GT has a higher value (0.34) than GTT (0.27). Even though the IKT value in GT is higher, there are many negative impacts caused by burning peatlands. Therefore, the government forbids burning of land by issuing policies to prohibit the burning of forests and peatlands.