Hendri Gunawan | Gajah Mada University (original) (raw)

Papers by Hendri Gunawan

Research paper thumbnail of Kisah Dua Tanah Perdikan: Perubahan Status Wilayah Bebas Pajak DI Kerajaan Mataram Islam Abad VIII Dan Kerajaan Siam Abad XX

Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya

Perdikan land or tax-free land in Indonesia and Thailand is used for religious purposes. This stu... more Perdikan land or tax-free land in Indonesia and Thailand is used for religious purposes. This study aims to determine the change in tax-exempt status in Indonesia and Thailand, especially in the Islamic Mataram Kingdom and Siam Kingdom. This research used historical methods consisting of topic selection, source collection, source criticism, interpretation, and writing. The result shows the existence of tax-free areas in Indonesia and Thailand has been going on for a long time. However, tax-free land in Indonesia was revoked after independence because it was considered injustice. Differently, tax-free land in Thailand still exists but no longer receives forced labor support from the king, replaced with wage labor because of the money economy influence that Chinese trader brought and for the abolition of slavery. In conclusion, tax-free lands in these two countries have different fates due to social and economic changes.

Research paper thumbnail of Sebuah (Ingatan) Yang Terabaikan: Perjuangan Semesta (Permesta) 19571961 DI Sulawesi Utara

Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora, 2018

Ingatan mengenai peristiwa Permesta yang terjadi di wilayah Indonesia Timur di bawah kepemimpinan... more Ingatan mengenai peristiwa Permesta yang terjadi di wilayah Indonesia Timur di bawah kepemimpinan Ventje Sumual masih terekam jelas di benak para bekas pejuangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bentuk memori kolektif yang mampu mempersatukan dan mendorong perjuangan orang-orang Indonesia Timur dalam wadah Permesta guna mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan di daerahnya. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dari pengumpulan sumber (heuristik), melakukan kritik sumber, menginterpretasinya, dan yang terakhir menuliskan hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memori kolektif mengenai beban penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda, serta kuatnya persatuan antara rakyat dan tentara yang bahu-membahu mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan peran dwitunggal Soekarno-Hatta dalam mempersatukan seluruh elemen masyarakat, menjadi ingatan yang mendorong Permesta memberikan perlawanan terhadap ketidakadilan pemerintah pusat Jakarta.

Research paper thumbnail of Kisah Dua Tanah Perdikan: Perubahan Status Wilayah Bebas Pajak DI Kerajaan Mataram Islam Abad VIII Dan Kerajaan Siam Abad XX

Handep, Dec 28, 2022

Perdikan land or tax-free land in Indonesia and Thailand is used for religious purposes. This stu... more Perdikan land or tax-free land in Indonesia and Thailand is used for religious purposes. This study aims to determine the change in tax-exempt status in Indonesia and Thailand, especially in the Islamic Mataram Kingdom and Siam Kingdom. This research used historical methods consisting of topic selection, source collection, source criticism, interpretation, and writing. The result shows the existence of tax-free areas in Indonesia and Thailand has been going on for a long time. However, tax-free land in Indonesia was revoked after independence because it was considered injustice. Differently, tax-free land in Thailand still exists but no longer receives forced labor support from the king, replaced with wage labor because of the money economy influence that Chinese trader brought and for the abolition of slavery. In conclusion, tax-free lands in these two countries have different fates due to social and economic changes.

Research paper thumbnail of Keruntuhan Birokrasi Tradisional DI Kasunanan Surakarta

Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya, 2019

Kasunanan Surakarta merupakan salah satu kerajaan semi-otonom yang diberi hak oleh Belanda untuk ... more Kasunanan Surakarta merupakan salah satu kerajaan semi-otonom yang diberi hak oleh Belanda untuk mengatur birokrasinya sendiri. Birokrasinya adalah birokrasi tradisional. Kekuasaan pemerintah kolonial yang kian menguat, terutama selepas Perang Jawa, menjadikan birokrasi itu berkedudukan di bawah birokrasi kolonial. Ketika Indonesia merdeka, birokrasi tradisional di Kasunanan hancur dan digantikan oleh birokrasi modern. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses keruntuhan birokrasi tradisional di Kasunanan Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dari pengumpulan sumber (heuristik), melakukan kritik sumber, interpretasi sumber, dan yang terakhir menuliskan hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keruntuhan birokrasi tradisional di Kasunanan Surakarta disebabkan oleh tuntutan yang disuarakan kalangan anti-swapraja yang menganggap kerajaan sebagai kaki tangan Belanda dan ketidakpedulian Sunan terhadap gerakan revolusi yang sedang menggema. Keruntuh...

Research paper thumbnail of Resiprositas, Pasar, Dan Patronase: Sketsa Pola Interaksi Pelaku Usaha DI Kepulauan Nusa Utara (1970-2010)

Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya, 2020

Tulisan ini bertujuan menggambarkan sebuah proses silang budaya yang membentuk, tidak hanya sebua... more Tulisan ini bertujuan menggambarkan sebuah proses silang budaya yang membentuk, tidak hanya sebuah jejaring sosial tetapi membentuk pengalaman kebersamaan di antara warga etnis pendukung kebudayaan yang berbeda. Lokasi penelitian ini difokuskan pada daerah Kabupaten Sitaro atau Siau-Tagulandang-Biaro. Data kualitatif yang dikumpulkan berupa dokumen di kantor pemerintah Kabupaten di Ondong, juga dilakukan pengamatan di pasar Ondong untuk melihat pola resiprositas dan sekaligus sistem pasar. Wawancara dipusatkan pada informan pangkal di Kota Ulu dan di pasar Ondong. Sebagai bahan perbandingan, dilakukan wawancara secara mendalam dengan dua pengusaha di Tagulandang, pengusaha yang mewakili kelompok peralihan dari pola resiprositas ke patronase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap “anak dagang” yang ada, sebagian besar pernah bekerja sebagai pembantu di rumah, kemudian di toko “Induk Semang”-nyapada masa muda mereka. Sehingga, dapat diketahui bahwa mereka pernah memperoleh pen...

Research paper thumbnail of Sebuah (Ingatan) yang Terabaikan: Perjuangan Semesta (Permesta) 1957-1961 di Sulawesi Utara

Pangadereng Journal, 2018

The memory of the Permesta incident that occured in the East Indonesia under Ventje Sumual's lead... more The memory of the Permesta incident that occured in the East Indonesia under Ventje Sumual's leadership is still clearly recorded in the minds of the fighters. This research aims to reveal the form of collective struggle of the East Indonesian people in the Permesta forum in order to alleviate poverty and underdevelopment in their regions. This study uses a historical method that started from heuristics source collection, source criticism, interpretation, and writing the results. The results showed that the collective memory of people’s suffering burden due to Dutch colonialism, and the strong unity between the people and the army that work together to defend Indonesian independence, and the role of Duumvirate of Soekarno-Hatta in uniting all elements of society, to be a memory that encouraged Permesta to provide resistence toward the injustice of centre government of Jakarta.

Keywords: Permesta, Ventje Sumual, collective memory.

Research paper thumbnail of Berdarah Tionghoa, Berjiwa Minahasa: Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa Tondano Periode 1890-an-1960-an

Jnana Budaya Journal, 2018

This paper discusses about the historical setting of the Chinese community in Tondano Town, bette... more This paper discusses about the historical setting of the Chinese community in Tondano Town, better known as “China-Tondano” and identifies the factors that make this community continue to exist and the extent of their role in economic and social life as a result of interaction with Tondano local people. The research method is the historical method which consists of heuristics, criticism, interpretation and historiography. The Tionghoa community that has arrived in Tondano since the late nineteenth century has successfully established a harmonious social interaction in the form of marriages with local people. Even, they are able to fuse with the local people. The social interaction in its development facilitate them in developing the economic activities that is the main purpose of their arrival to the Minahasa Land.

Keywords: Tionghoa Community, Tondano Town, China Tondano, social interaction.

Research paper thumbnail of Keruntuhan Birokrasi Tradisional di Kasunanan Surakarta

Handep Journal, 2019

Kasunanan Surakarta was one of the semi-autonomous kingdoms that had the right of the Dutch to re... more Kasunanan Surakarta was one of the semi-autonomous kingdoms that had the right of the Dutch to regulate its own bureaucracy. Its bureaucracy was traditional bureaucracy. The authority of the colonial government grew stronger, especially after the Java War, which put the bureaucracy under the colonial bureaucracy. When Indonesia gained independence, the traditional bureaucracy in Kasunanan was destroyed and replaced by a modern bureaucracy. This study aimed to explain the process of the collapse of traditional bureaucracy in Kasunanan Surakarta. This study used a historical method by conducting the source collection (heuristics), source criticism and source interpretation, and finally writing the results. The results showed that the collapse of the traditional bureaucracy in Kasunanan Surakarta was caused by the demands of anti self-governing community who regarded the kingdom as the Dutch accomplice and Sunan's indifference to the ongoing revolutionary movement. The collapse coincided with the omission of special status from Surakarta region. After collapsed, the Republic of Indonesia formed a modern bureaucracy in Surakarta area which placed under the province of Central Java.

Research paper thumbnail of DARI " TRADISI " KE " ATRAKSI BUDAYA "

Warga komunitas Tionghoa di Manado atau sehari-hari dikenal dengan sebutan " Cina-Manado " adalah... more Warga komunitas Tionghoa di Manado atau sehari-hari dikenal dengan sebutan " Cina-Manado " adalah salah satu kelompok komunitas yang hidup bersama dengan warga kelompok komunitas etnis lainnya semenjak Manado tumbuh-kembang menjadi salah satu bandar di masa VOC. Lokasi pemukimannya pun ditentukan oleh Penguasa VOC, bertetangga dengan lokasi " benteng " , di pusat kota dan pelabuhan. Sebagian besar warga komunitas Tionghoa adalah keturunan-campuran, hasil perkawinan antara para pendatang dari daratan Tiongkok maupun daerah lainnya di Nusantara, dengan warga penduduk setempat khususnya Minahasa. Sebagai warga perantau baik semasa pemerintahan Hindia Belanda maupun setelah kemerdekaan, warga komunitas Tionghoa-Manado menjalankan " tradisi " dan budaya yang diwarisi turun-temurun, terutama yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan. Kehadiran sejumlah klenteng sejak dua abad lalu menjadi salah satu pusat peribadatan, dan pada masa ketika keberadaan Konghucu di Indonesia belum diakui sebagai agama resmi, klenteng-klenteng yang ada menjadi pusat pelaksanaan " tradisi leluhur ". Semenjak Presiden Abdurrahman Wahid mengakui keberadaan Konghucu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, peranan klenteng sebagai pusat peribadatan semakin jelas. Keberadaan " budaya Tionghoa " pun mengemuka. Upacara-upacara ritual keagamaan yang dilaksanakan semakin meriah dan tidak hanya sebatas halaman klenteng. Jika pada masa Orde Baru, setiap pelaksanaan upacara ritual keagamaan memerlukan ijin dari pemerintah, hal yang terjadi setelah era reformasi adalah pemerintah menjadikan setiap upacara ritual sebagai " atraksi budaya " yang diagendakan serta tercantum dalam berbagai leaflet promosi daya tarik wisata.

Research paper thumbnail of KOMUNITAS " TIONGHOA-GORONTALO " : Satu Negeri–Dua Generasi–Dua Wajah

Abstrak Kajian tentang komunitas Tionghoa di Indonesia akhir-akhir ini mendapat perhatian, baik d... more Abstrak Kajian tentang komunitas Tionghoa di Indonesia akhir-akhir ini mendapat perhatian, baik dari kalangan peneliti asing maupun peneliti anak negeri. Jika pada awalnya perhatian masih terpusat pada keberadaan komunitas Tionghoa di pulau Jawa dan Sumatera, kini makin meluas ke daerah lainnya di Nusantara. Meskipun masih sebatas kajian awal yang penulis lakukan terhadap keberadaan komunitas Tionghoa di Sulawesi Utara dan Gorontalo, temuan sementara menunjukkan bahwa keberadaan komunitas Tionghoa di kedua daerah ini memperlihatkan adanya ciri ―budaya tempatan‖ atau penanda geografis untuk mengidentifikasi keberadaan mereka, seperti halnya sebutan ―Tionghoa-Manado‖, ―Tionghoa-Sangir‖, ―Tionghoa-Gorontalo‖, dan sebagainya. Hal serupa juga ditemukan dalam mengidentifikasi keberadaan mereka di wilayah-wilayah lainnya di Nusantara. Setiap kelompok komunitas yang teridentifikasi atas dasar ―budaya tempatan‖ ini memperlihatkan ―wajah komunitas‖ yang berbeda dan dapat dipilah antara yang satu dengan yang lainnya. Periodikal, dalam satuan ―budaya tempatan‖ ini masih dapat diklasifikasikan, terutama dalam hal penguasaan bahasa. Generasi awal merupakan penutur bahasa Mandarin (dalam berbagai dialek seturut asal mereka) sekaligus penutur bahasa setempat (lokal) yang fasih, sementara generasi kini, selain tidak menguasai lagi bahasa Mandarin, juga sebagian besar tidak menguasai bahasa setempat, selain sebagai penutur bahasa Indonesia atau juga bahasa Melayu Manado. Faktor ini juga berpengaruh baik dalam komunikasi antar warga dan terlebih dalam pola jaringan yang tercipta antara kelompok komunitas ini dengan warga kelompok komunitas setempat. Tulisan ini akan memaparkan fenomena keberadaan komunitas ―Tionghoa-Gorontalo‖ di Provinsi Gorontalo, lokasi penelitian yang sedang penulis dalami.

Research paper thumbnail of Kisah Dua Tanah Perdikan: Perubahan Status Wilayah Bebas Pajak DI Kerajaan Mataram Islam Abad VIII Dan Kerajaan Siam Abad XX

Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya

Perdikan land or tax-free land in Indonesia and Thailand is used for religious purposes. This stu... more Perdikan land or tax-free land in Indonesia and Thailand is used for religious purposes. This study aims to determine the change in tax-exempt status in Indonesia and Thailand, especially in the Islamic Mataram Kingdom and Siam Kingdom. This research used historical methods consisting of topic selection, source collection, source criticism, interpretation, and writing. The result shows the existence of tax-free areas in Indonesia and Thailand has been going on for a long time. However, tax-free land in Indonesia was revoked after independence because it was considered injustice. Differently, tax-free land in Thailand still exists but no longer receives forced labor support from the king, replaced with wage labor because of the money economy influence that Chinese trader brought and for the abolition of slavery. In conclusion, tax-free lands in these two countries have different fates due to social and economic changes.

Research paper thumbnail of Sebuah (Ingatan) Yang Terabaikan: Perjuangan Semesta (Permesta) 19571961 DI Sulawesi Utara

Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora, 2018

Ingatan mengenai peristiwa Permesta yang terjadi di wilayah Indonesia Timur di bawah kepemimpinan... more Ingatan mengenai peristiwa Permesta yang terjadi di wilayah Indonesia Timur di bawah kepemimpinan Ventje Sumual masih terekam jelas di benak para bekas pejuangnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bentuk memori kolektif yang mampu mempersatukan dan mendorong perjuangan orang-orang Indonesia Timur dalam wadah Permesta guna mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan di daerahnya. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dari pengumpulan sumber (heuristik), melakukan kritik sumber, menginterpretasinya, dan yang terakhir menuliskan hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memori kolektif mengenai beban penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda, serta kuatnya persatuan antara rakyat dan tentara yang bahu-membahu mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan peran dwitunggal Soekarno-Hatta dalam mempersatukan seluruh elemen masyarakat, menjadi ingatan yang mendorong Permesta memberikan perlawanan terhadap ketidakadilan pemerintah pusat Jakarta.

Research paper thumbnail of Kisah Dua Tanah Perdikan: Perubahan Status Wilayah Bebas Pajak DI Kerajaan Mataram Islam Abad VIII Dan Kerajaan Siam Abad XX

Handep, Dec 28, 2022

Perdikan land or tax-free land in Indonesia and Thailand is used for religious purposes. This stu... more Perdikan land or tax-free land in Indonesia and Thailand is used for religious purposes. This study aims to determine the change in tax-exempt status in Indonesia and Thailand, especially in the Islamic Mataram Kingdom and Siam Kingdom. This research used historical methods consisting of topic selection, source collection, source criticism, interpretation, and writing. The result shows the existence of tax-free areas in Indonesia and Thailand has been going on for a long time. However, tax-free land in Indonesia was revoked after independence because it was considered injustice. Differently, tax-free land in Thailand still exists but no longer receives forced labor support from the king, replaced with wage labor because of the money economy influence that Chinese trader brought and for the abolition of slavery. In conclusion, tax-free lands in these two countries have different fates due to social and economic changes.

Research paper thumbnail of Keruntuhan Birokrasi Tradisional DI Kasunanan Surakarta

Handep: Jurnal Sejarah dan Budaya, 2019

Kasunanan Surakarta merupakan salah satu kerajaan semi-otonom yang diberi hak oleh Belanda untuk ... more Kasunanan Surakarta merupakan salah satu kerajaan semi-otonom yang diberi hak oleh Belanda untuk mengatur birokrasinya sendiri. Birokrasinya adalah birokrasi tradisional. Kekuasaan pemerintah kolonial yang kian menguat, terutama selepas Perang Jawa, menjadikan birokrasi itu berkedudukan di bawah birokrasi kolonial. Ketika Indonesia merdeka, birokrasi tradisional di Kasunanan hancur dan digantikan oleh birokrasi modern. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses keruntuhan birokrasi tradisional di Kasunanan Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dari pengumpulan sumber (heuristik), melakukan kritik sumber, interpretasi sumber, dan yang terakhir menuliskan hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keruntuhan birokrasi tradisional di Kasunanan Surakarta disebabkan oleh tuntutan yang disuarakan kalangan anti-swapraja yang menganggap kerajaan sebagai kaki tangan Belanda dan ketidakpedulian Sunan terhadap gerakan revolusi yang sedang menggema. Keruntuh...

Research paper thumbnail of Resiprositas, Pasar, Dan Patronase: Sketsa Pola Interaksi Pelaku Usaha DI Kepulauan Nusa Utara (1970-2010)

Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya, 2020

Tulisan ini bertujuan menggambarkan sebuah proses silang budaya yang membentuk, tidak hanya sebua... more Tulisan ini bertujuan menggambarkan sebuah proses silang budaya yang membentuk, tidak hanya sebuah jejaring sosial tetapi membentuk pengalaman kebersamaan di antara warga etnis pendukung kebudayaan yang berbeda. Lokasi penelitian ini difokuskan pada daerah Kabupaten Sitaro atau Siau-Tagulandang-Biaro. Data kualitatif yang dikumpulkan berupa dokumen di kantor pemerintah Kabupaten di Ondong, juga dilakukan pengamatan di pasar Ondong untuk melihat pola resiprositas dan sekaligus sistem pasar. Wawancara dipusatkan pada informan pangkal di Kota Ulu dan di pasar Ondong. Sebagai bahan perbandingan, dilakukan wawancara secara mendalam dengan dua pengusaha di Tagulandang, pengusaha yang mewakili kelompok peralihan dari pola resiprositas ke patronase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setiap “anak dagang” yang ada, sebagian besar pernah bekerja sebagai pembantu di rumah, kemudian di toko “Induk Semang”-nyapada masa muda mereka. Sehingga, dapat diketahui bahwa mereka pernah memperoleh pen...

Research paper thumbnail of Sebuah (Ingatan) yang Terabaikan: Perjuangan Semesta (Permesta) 1957-1961 di Sulawesi Utara

Pangadereng Journal, 2018

The memory of the Permesta incident that occured in the East Indonesia under Ventje Sumual's lead... more The memory of the Permesta incident that occured in the East Indonesia under Ventje Sumual's leadership is still clearly recorded in the minds of the fighters. This research aims to reveal the form of collective struggle of the East Indonesian people in the Permesta forum in order to alleviate poverty and underdevelopment in their regions. This study uses a historical method that started from heuristics source collection, source criticism, interpretation, and writing the results. The results showed that the collective memory of people’s suffering burden due to Dutch colonialism, and the strong unity between the people and the army that work together to defend Indonesian independence, and the role of Duumvirate of Soekarno-Hatta in uniting all elements of society, to be a memory that encouraged Permesta to provide resistence toward the injustice of centre government of Jakarta.

Keywords: Permesta, Ventje Sumual, collective memory.

Research paper thumbnail of Berdarah Tionghoa, Berjiwa Minahasa: Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa Tondano Periode 1890-an-1960-an

Jnana Budaya Journal, 2018

This paper discusses about the historical setting of the Chinese community in Tondano Town, bette... more This paper discusses about the historical setting of the Chinese community in Tondano Town, better known as “China-Tondano” and identifies the factors that make this community continue to exist and the extent of their role in economic and social life as a result of interaction with Tondano local people. The research method is the historical method which consists of heuristics, criticism, interpretation and historiography. The Tionghoa community that has arrived in Tondano since the late nineteenth century has successfully established a harmonious social interaction in the form of marriages with local people. Even, they are able to fuse with the local people. The social interaction in its development facilitate them in developing the economic activities that is the main purpose of their arrival to the Minahasa Land.

Keywords: Tionghoa Community, Tondano Town, China Tondano, social interaction.

Research paper thumbnail of Keruntuhan Birokrasi Tradisional di Kasunanan Surakarta

Handep Journal, 2019

Kasunanan Surakarta was one of the semi-autonomous kingdoms that had the right of the Dutch to re... more Kasunanan Surakarta was one of the semi-autonomous kingdoms that had the right of the Dutch to regulate its own bureaucracy. Its bureaucracy was traditional bureaucracy. The authority of the colonial government grew stronger, especially after the Java War, which put the bureaucracy under the colonial bureaucracy. When Indonesia gained independence, the traditional bureaucracy in Kasunanan was destroyed and replaced by a modern bureaucracy. This study aimed to explain the process of the collapse of traditional bureaucracy in Kasunanan Surakarta. This study used a historical method by conducting the source collection (heuristics), source criticism and source interpretation, and finally writing the results. The results showed that the collapse of the traditional bureaucracy in Kasunanan Surakarta was caused by the demands of anti self-governing community who regarded the kingdom as the Dutch accomplice and Sunan's indifference to the ongoing revolutionary movement. The collapse coincided with the omission of special status from Surakarta region. After collapsed, the Republic of Indonesia formed a modern bureaucracy in Surakarta area which placed under the province of Central Java.

Research paper thumbnail of DARI " TRADISI " KE " ATRAKSI BUDAYA "

Warga komunitas Tionghoa di Manado atau sehari-hari dikenal dengan sebutan " Cina-Manado " adalah... more Warga komunitas Tionghoa di Manado atau sehari-hari dikenal dengan sebutan " Cina-Manado " adalah salah satu kelompok komunitas yang hidup bersama dengan warga kelompok komunitas etnis lainnya semenjak Manado tumbuh-kembang menjadi salah satu bandar di masa VOC. Lokasi pemukimannya pun ditentukan oleh Penguasa VOC, bertetangga dengan lokasi " benteng " , di pusat kota dan pelabuhan. Sebagian besar warga komunitas Tionghoa adalah keturunan-campuran, hasil perkawinan antara para pendatang dari daratan Tiongkok maupun daerah lainnya di Nusantara, dengan warga penduduk setempat khususnya Minahasa. Sebagai warga perantau baik semasa pemerintahan Hindia Belanda maupun setelah kemerdekaan, warga komunitas Tionghoa-Manado menjalankan " tradisi " dan budaya yang diwarisi turun-temurun, terutama yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan. Kehadiran sejumlah klenteng sejak dua abad lalu menjadi salah satu pusat peribadatan, dan pada masa ketika keberadaan Konghucu di Indonesia belum diakui sebagai agama resmi, klenteng-klenteng yang ada menjadi pusat pelaksanaan " tradisi leluhur ". Semenjak Presiden Abdurrahman Wahid mengakui keberadaan Konghucu sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, peranan klenteng sebagai pusat peribadatan semakin jelas. Keberadaan " budaya Tionghoa " pun mengemuka. Upacara-upacara ritual keagamaan yang dilaksanakan semakin meriah dan tidak hanya sebatas halaman klenteng. Jika pada masa Orde Baru, setiap pelaksanaan upacara ritual keagamaan memerlukan ijin dari pemerintah, hal yang terjadi setelah era reformasi adalah pemerintah menjadikan setiap upacara ritual sebagai " atraksi budaya " yang diagendakan serta tercantum dalam berbagai leaflet promosi daya tarik wisata.

Research paper thumbnail of KOMUNITAS " TIONGHOA-GORONTALO " : Satu Negeri–Dua Generasi–Dua Wajah

Abstrak Kajian tentang komunitas Tionghoa di Indonesia akhir-akhir ini mendapat perhatian, baik d... more Abstrak Kajian tentang komunitas Tionghoa di Indonesia akhir-akhir ini mendapat perhatian, baik dari kalangan peneliti asing maupun peneliti anak negeri. Jika pada awalnya perhatian masih terpusat pada keberadaan komunitas Tionghoa di pulau Jawa dan Sumatera, kini makin meluas ke daerah lainnya di Nusantara. Meskipun masih sebatas kajian awal yang penulis lakukan terhadap keberadaan komunitas Tionghoa di Sulawesi Utara dan Gorontalo, temuan sementara menunjukkan bahwa keberadaan komunitas Tionghoa di kedua daerah ini memperlihatkan adanya ciri ―budaya tempatan‖ atau penanda geografis untuk mengidentifikasi keberadaan mereka, seperti halnya sebutan ―Tionghoa-Manado‖, ―Tionghoa-Sangir‖, ―Tionghoa-Gorontalo‖, dan sebagainya. Hal serupa juga ditemukan dalam mengidentifikasi keberadaan mereka di wilayah-wilayah lainnya di Nusantara. Setiap kelompok komunitas yang teridentifikasi atas dasar ―budaya tempatan‖ ini memperlihatkan ―wajah komunitas‖ yang berbeda dan dapat dipilah antara yang satu dengan yang lainnya. Periodikal, dalam satuan ―budaya tempatan‖ ini masih dapat diklasifikasikan, terutama dalam hal penguasaan bahasa. Generasi awal merupakan penutur bahasa Mandarin (dalam berbagai dialek seturut asal mereka) sekaligus penutur bahasa setempat (lokal) yang fasih, sementara generasi kini, selain tidak menguasai lagi bahasa Mandarin, juga sebagian besar tidak menguasai bahasa setempat, selain sebagai penutur bahasa Indonesia atau juga bahasa Melayu Manado. Faktor ini juga berpengaruh baik dalam komunikasi antar warga dan terlebih dalam pola jaringan yang tercipta antara kelompok komunitas ini dengan warga kelompok komunitas setempat. Tulisan ini akan memaparkan fenomena keberadaan komunitas ―Tionghoa-Gorontalo‖ di Provinsi Gorontalo, lokasi penelitian yang sedang penulis dalami.