Muhammad Saifullah | STIQ AN NUR YOGYAKARTA INDONESIA (original) (raw)
Papers by Muhammad Saifullah
MUSALA, 2023
Tulisan ini mengulas biografi KH. Asjhari Mu'thi, kiai dan sosok di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. ... more Tulisan ini mengulas biografi KH. Asjhari Mu'thi, kiai dan sosok di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. KH. Asjhari memiliki pengalaman yang menarik dengan Al-Quran dan konteks masyarakatnya di Tuban yang sedang mengalami industrialisasi. Terpengaruh oleh gaya mengajar Al-Quran beliau yang tegas dan ketat, di samping negosiasi dakwah Islamnya terhadap masyarakat Kerek-Tuban yang cenderung materialis, telah terbangun dalam dirinya pribadi dan sikap yang khas. Bagaimana khas tersebut muncul dan apa dampaknya pada metode belajar yang KH. Asjhari praktikkan, tulisan ini akan menjawabnya.
ABHATS: Jurnal Islam Ulil Albab, 2022
Jika sebelumnya aktivitas di dunia virtual merupakan salinan dari apa yang terjadi di dunia nyata... more Jika sebelumnya aktivitas di dunia virtual merupakan salinan dari apa yang terjadi di dunia nyata, barangkali sekarang ceritanya berbeda. Di ruang keberagamaan misalnya, orang bisa menemukan dengan mudah beberapa ritual luring yang murni lahir sebagai anak dari negosiasi antara dunia maya dan nyata. Ngaji Ihya' Virtal (NIV) dan Kopdar Ngaji Ihya' (KNI) boleh kiranya disebut sebagai bentuk nyata dari pola barusan. Artikel ini tertarik untuk melihat lebih jauh proses pergeseran yang pecah dalam tubuh NIV hingga membuahkan KNI, kekhususan masing-masing dari mereka, dan apa saja yang memungkinkan perubahan di atas hadir di Indoensia. NIV untuk kali pertama muncul sebagai kajian rutin yang dipelopori Ulil Abshar Abdalla melalui akun Facebooknya. Karena dirasa laku dan bahkan mendapatkan banyak apresiasi, beberapa bulan selepasnya, Abdalla memutuskan untuk membentangkan sayap NIV menjadi KNI. Di level NIV, seseorang hanya bisa melihat Abdalla duduk bersila di suatu ruang dengan meja di depannya berlatar televisi sembari menjelaskan kitab Ihya'. Adapun di Kopdar ia akan menemukan nuansa yang sama sekali berbeda, baik dengan bentuk daringnya atau pun model kajian Ihya' di pesantren, seperti soal hidangan, keakraban sampai konten ngaji. Darinya, saya merasa penting untuk menginvestigasi bagaimana pergeseran tersebut bisa muncul dan pada titik apa keduanya saling bernegosiasi dalam membentuk suatu praktik keberagamaan baru di dunia Islam, terlebih Pesantren-sebagai ibu kandung dari ngaji Ihya'. Walhasil, artikel berpendapat bahwa kemunculan itu berkelindan dengan beragamnya fitur yang dimiliki Facebook, ketokohan Abdalla, dan kecenderungan generasi Muslim baru melek teknologi yang secara tanpa sadar menuntut adanya negosiasi di muka.
JSIIQH, 2024
This study investigates the implementation of inclusive Qur'anic pedagogy by the Qur'an Indonesia... more This study investigates the implementation of inclusive Qur'anic pedagogy by the Qur'an Indonesia Project (QIP), with a focus on its Sign Language translation initiative and inclusive teaching methods. QIP, in collaboration with The Little Hijabi Home Schooling, has launched QuranIDprojectISYARAT, a digital-based endeavor aiming to improve access to the Qur'an and its translations, especially for individuals with disabilities. The QuranIDProjectISYARAT program, developed by QIP, targets the deaf community and provides Qur'anic education through platforms like Instagram and YouTube, utilizing audio, visuals, and Sign Language demonstrations. While QIP utilizes Arabic Sign Language for Qur'an translation, their interpretive process prioritizes understanding Qur'anic meanings over morphemes. This study delves into QIP's Qur'an translation process and inclusive teaching practices, particularly focusing on the experiences of deaf or hearing-impaired individuals. By employing a netnography approach and conducting interviews with QIP's YouTube viewers, the research investigates interactions within QIP's online platforms and gathers insights into viewers' perspectives. The findings suggest that QIP's Qur'an translation incorporates Arabic Sign Language and volunteers' interpretations or improvisations of verses, fostering comprehension and a sense of inclusion among learners in their online Qur'anic education initiatives.
Jurnal Filsafat dan Pemikiran Keislaman Refleksi, Jan 30, 2018
Judul buku : Filsafat Ilmu, Integrasi dan Transendensi Penulis : Musa Asy’arie Pene... more Judul buku : Filsafat Ilmu, Integrasi dan Transendensi Penulis : Musa Asy’arie Penerbit : LESFI UIN Sunan Kalijaga Tahun terbit : 2016 Halaman : 143 Pengulas : Muhammad Saifullah
SUHUF
Abstrak Di era digital, Al-Quran tidak hanya hidup di ruang nyata masyarakat Muslim, tetapi juga ... more Abstrak Di era digital, Al-Quran tidak hanya hidup di ruang nyata masyarakat Muslim, tetapi juga di ruang maya. Dalam konteks Indonesia sudah cukup berkembang. Beberapa resepsi virtual Al-Quran telah muncul dengan tampilan khusus yang relatif berbeda dengan luring. “Quran Review” adalah contoh yang mengklaim dirinya sebagai Quranic Start-Up memanfaatkan platform digital untuk mendorong dan mendekatkan Muslim milenial dengan Quran. Sejak 2019, “Quran Review” telah mencapai 319k pengikut di Instagram dan menyediakan berbagai agenda daring. Selain mempromosikan Al-Quran secara virtual dengan menafsirkan ayat-ayat, juga mengusulkan beberapa program berbayar. Meskipun para sarjana telah membahas Al-Quran dan media sosial dalam mode interpretasi dan resepsi estetis, masih sedikit yang membahas resepsi yang terkait erat dengan bisnis. Untuk berkontribusi pada studi yang ada, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi hal tersebut dan mengamati perkembangan terkini dari ...
SHAHIH: Journal of Islamicate Multidisciplinary
The article is to examine Adnin Armass criticism of Quran hermeneutics. By comparing tafsir and h... more The article is to examine Adnin Armass criticism of Quran hermeneutics. By comparing tafsir and hermeneutics of Quran, Adnin has depicted that the later was too relative for being method on Quranic interpretation. Instead, it contained the perilous entity for Muslims, particularly in their identity—knowing the genealogy was from Western culture. On the contrary, tafsir was far from the relativity, native Islamic product of history, and subsequently being the only way to touch Quran. No more appropriate way to understand Quran, Adnin Said, except tafsir. Along the histroy of Muslims, tafsir was absolutely fruitfull. Understanding the fact, thus, the article tries to evaluate the sources used by Adnin, till refused Quranic hermeneutics and embraced tafsir as something sacred with questions how far he understood them and picked them up from.   Â
Penelitian ini mencoba untuk menggali apa maksud utama dari penafsiran hikmah Jamal al-Banna. Hal... more Penelitian ini mencoba untuk menggali apa maksud utama dari penafsiran hikmah Jamal al-Banna. Hal itu berlandaskan asumsi bahwa pada konstruksi interpretasinya Jamal tampak menempatkan hikmah pada dua ranah yang berbeda. Satu diposisikan sebagai penyempurna qiyas yang berada di wilayah ushul al-fiqh dan satunya lagi sebagai sumber ketiga sistematika pengetahuan baru Islam. Sampai di sini, penulis merasa penting untuk menggali lebih dalam apa yang sebenarnya diinginkan Jamal dengan konstruksi penafsiran hikmah-nya tersebut? Dalam redaksi penafsiran hikmah-nya, Jamal tampak tidak suka memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai relasi antara interpretasi hikmah, qiyas, dan al-manz{umah al-jadidah li al-ma’rifah al-Islamiyyah, sistematika baru pengetahuan Islam (epistemologi Islam). Ia hanya menjelaskan secara umum bahwa h}ikmah adalah seperangkat peradaban, seni, budaya, bahasa, teori, dan sejenisnya dari segala ruang dan waktu. Mendapati itu, penulis tergugah untuk meminjam teori ana...
The development of Quranic exegesis turns along with the shift of society paradigm. When in the e... more The development of Quranic exegesis turns along with the shift of society paradigm. When in the early period tafsir was engaged with particular ideology and involved the justification of any sciences in modern period, so that in this contemporary which both Muslim and Qur‘an are always on, tafsir is going to grab its own new face. The research tries to look further the recent form of Qur‘anic hermeneutic when it is virtually practiced within social media through Nadirsyah Hosen‘s online tafsir. Hosen has apparently arranged his theoretical framework before interpreting Quran. That preparation means Hosen‘s sight of audience, beside reader, as fundamental point in the field of hermeneutic circle. In other level of interpretation, Hosen explicitly state that he is trying to always refer to authoritative literatures of exegesis on one hand, though the architecture of social media does not have any support, and optimize simple language adjusting his divergent audiences on other hand and...
MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadist, Syari'ah dan Tarbiyah
AbstrakTujuan dalam artikel ini adalah untuk menggambarkan maksud dari al-Qur'an sehubungan d... more AbstrakTujuan dalam artikel ini adalah untuk menggambarkan maksud dari al-Qur'an sehubungan dengan ekonomi, dimana asumsi dasar Marx, meletakkannya dalam dasar struktur masyarakat. Posisi ini akan berdampak mendalam, begitulah sikap manusia, ditentukan oleh satu hal, yakni ekonomi. Segala sesuatu tidak akan berfungsi kecuali dengan ekonomi. Kehidupan sehari-hari manusia atau superstruktur, kata Marx, ditentukan oleh apa yang disebut sebagai "struktur dasar" secara keseluruhan. Artikel ini juga ingin mempertanyakan, serta ingin menganalisis dalam lingkup pandangan dunia al-Qur’an tentang ekonomi: apakah ia berada di dasar struktur atau hanya sebagai pelengkap. Karena tujuannya pada pandangan dunia, maka artikel ini akan menggunakan semantik untuk membongkar kasusnya. Keywords: Quranic, Economy, Base Structure, and Semantics
SUHUF
Artikel ini mencoba menganalisis kritik Oemar Bakry atas terjemahan H.B. Jassin. Ada dua poin men... more Artikel ini mencoba menganalisis kritik Oemar Bakry atas terjemahan H.B. Jassin. Ada dua poin mengapa ia penting didiskusikan: upaya Bakry untuk melobi Kementerian Agama terkait terjemahan Jassin dan posisinya yang berhasil memicu polemik tidak sederhana di antara banyak pemikir Indonesia sepanjang 1978-1982. Pertama, sesuai dengan surat Bakry yang ia kirim kepada Kementerian Agama dan diletakkan di bagian paling awal bukunya, Polemik H. Oemar Bakry dengan H.B. Jassin. Di situ orang bisa mengamati bagaimana Bakry berharap pada Menteri Agama untuk melarang beredarnya terjemahan Jassin lantaran telah menodai Al-Qur'an itu sendiri. Kedua, tampak dalam respons yang muncul dari Kementerian Kesehatan dan beberapa pemikir, seperti Quraish Shihab, Mustofa Bisri, dan sebagainya yang juga ikut intens berkomentar. Artikel tergugah untuk mengulik apa maksud utama Bakry serta bagaimana kritiknya bisa sampai memicu perdebatan. Walhasil, artikel berargumen bahwa yang terjadi antara keduanya me...
Jurnal Sosiologi Agama
Muhammadiyah was frequently being similarized with who denied tradition and NU was not. Though on... more Muhammadiyah was frequently being similarized with who denied tradition and NU was not. Though one tries to coerce, it will be merely culture movement without tradition. This article desires to look further the soft contestation which is occurred between Muhammadiyah and NU’s movement within Masjid Jendral Sudirman (MJS). MJS is one of mosque in Yogyakarta whose Muhammadiyah affiliation, yet almost all activities therein use NU’s peculiarities. Boards (takmir) enliven the mosque were coming from NU since 2008 and so that it is decently plausible. I’m interesting to investigate what actually happened beyond the board’s movement in instilling NU’s particularities upon Muhammadiyah’s mosque: is it insurgency, coup d’etat, or a new mode of hybrid, and why it can be occurred. The article thus argues that the pattern of NU’s board movement in MJS is merely mass movement which emerges unconsciously as an effect of unawareness shift, borrowing Selo Soemardjan’s phrase. The shift which is en...
Riwayah : Jurnal Studi Hadis
Seiring dengan lahirnya generasi Muslim baru yang melek digital serta adanya tekstur dunia maya y... more Seiring dengan lahirnya generasi Muslim baru yang melek digital serta adanya tekstur dunia maya yang berbeda sama sekali dengan dunia nyata, rupanya itu berdampak pada pergeseran cara resepsi masyarakat Muslim Indonesia kontemporer atas Teks Sucinya. Jika sebelumnya mungkin bisa dirangkum menjadi tiga pola: eksegis, estetis, dan fungsional, maka kali ini ceritanya bisa berbeda. Artikel ini mencoba untuk menginvestigasi pergeseran di muka melalui meme-meme di media sosial, khususnya Instagram, yang memuat baik kutipan ayat Alquran atau teks hadis. Salah satunya adalah meme unggahan akun @taaruf_nikah yang menuangkan interpretasi ringkas surah al-Zumar (39): 10 dalam latar rerumputan menguning silir oleh angin, bangkai kursi di tengahnya, fon identik, dan kesinambungan warna yang menyatu. Di situ tertulis, “Yang sabar ya.” Untuk melihat meme ini sebagai semata resepsi estetis, saya kira akan ada banyak hal yang dibuang, mengetahui yang mengunggah adalah tim kreatif dari akun yang mend...
AL-ADABIYA: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
This essay is going to depict how Imam Nawawi’s construction upon courtesy in deal with something... more This essay is going to depict how Imam Nawawi’s construction upon courtesy in deal with something containing Qur’an verses within al-Tibya>n. Imam Nawawi had brought out particular issue in which foregoing works such al-Muhazz^ab and Niha>yat al-Mat}lab did not issue. For instance, regarding the case in 11 century Imam Shirazi did not point out anything not to touch when one is in h}adas^ (ritual impurity) except fikih, whereas a century after Imam Juwaini issued a book of h}awa>sy and ust}u>rah, and subsequently in 13 Imam Nawawi come with new additional outlook of book which muh}dis^ (one who has h}adas^) could not touch: tafsi>r and h}adis^. By borrowing Klaus Krippendor’s content analysis and a pattern of transmission-transformation, the essay interests to investigate why a shift-mentioned is able to come up, how can it be happened, and in what extent it had been transmitted. The article therefore argues that the shift within modesty of treating Qur’an verses is t...
Analisis: Jurnal Studi Keislaman
This article aims to discuss how the Qur'anic hermeneutics of Ibn Aṭaillah has the theme of will.... more This article aims to discuss how the Qur'anic hermeneutics of Ibn Aṭaillah has the theme of will. The results found that there were nineteen (19) aphorisms found. The first ten aphorisms express the lack of will for humans, while the remaining nine, on the contrary, humans have the will. It can be concluded that Ibn Aṭaillah's hermeneutics has the style of abstraction and rediscovering the pattern of the Koran, namely using the Koranic style in framing something. The most obvious is the physical contradictions between aphorisms and other aphorisms. This is not much different from not at least the verses of the Koran that appear to contradict other verses. Regarding the diction and placement used is identical. In many respects, Ibn Aṭaillah's aphorism also uses poetic diction and open text patterns (open text).
Harmoni
Nowadays, many Indonesian Moslems youth wielded social media, including instagram, not simply to ... more Nowadays, many Indonesian Moslems youth wielded social media, including instagram, not simply to express their piety or reach life goal, rather also for practical benefit just like marriage. This article focuses upon how they were stunned to gain bride or bridegroom through instagram. It tries to examine why they don’t choose merely their spouse over offline. I particularly discuss a single popular account regarding matchmaker taaruf_nikah (dating marriage) as deemed successful enough to arrange marriages amongst Indonesian Moslems. The account operationally provided service for its followers to post their picture after paying IDR100.000. Still, it opens an advertising services too and often posts pictures/videos portraying how proper Moslem is one who avoid dating and take an immediacy wedding because of god. Standing on thesis that instagram was the ultimate platform to shape public opinion, the article therefore argues that the main factor why it is triumph in taking many Indones...
MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
This article tries to explore Jamal's interpretation of ḥikmah in the Quran. Beside the disco... more This article tries to explore Jamal's interpretation of ḥikmah in the Quran. Beside the discourse of ḥikmah still being polemic, Jamal’s decision to lay ḥikmah into fundamental place upon his broad thought is an obvious factor why they were chosen herein. One could catch the later through how Jamal in his interpretation had parallelized ḥikmah with Syafii’s particular word, qiyās. Jamal criticized Syafii’s interpretation in relation to ḥikmah which state that ḥikmah was not anything except sunnah. On another hand, he also put his construction of ḥikmah into what he called as new Islamic systematic knowledge, al-mandhumah al-jadidah li ma’rifat al-Islamiyyah. He regretted fiqh which had made many Moslems being oppressed either in thought or physic and subsequently proposed ḥikmah as the change of fiqh as the third source of new Islamic systematic knowledge. In time, there are two critical points concerning Jamal’s interpretation and the oppressed, those are Jamal’s status as a la...
Salah satu sifat mulia ilmu pengetahuan adalah posisinya sebagai solusi atau setidaknya respon at... more Salah satu sifat mulia ilmu pengetahuan adalah posisinya sebagai solusi atau setidaknya respon atas permasalahan yang berkembang tepat saat ilmu tersebut lahir. Tidak jarang, demi tujuan tersebut, ilmu tertentu direduksi hingga mudah dipahami dan menyapa persoalan ketika itu. Dan saat itu dirasa tidak lagi mumpuni untuk menjawab persoalan yang ada, itu akan dipermak sedemikian rupa sampai bisa meresponnya kembali. Begitulah kiranya kesejarahan ilmu bernafas dan secara bersamaan di situlah letak kemuliaannya. Sampai di sini, melihat Usul al-Tafsir Ibnu Taimiyah ini, yang notabene sebagai salah satu disiplin keilmuan dalam Studi Islam, sudahkah kita memuliakannya? Sudahkah kita menempatkannya di tempat yang layak untuk sesuatu disebut sebagai ilmu? Atau justru malah menempatkannya di ruang yang hampa ruang dan waktu hingga tidak bisa disentuh sama sekali?
MUSALA, 2023
Tulisan ini mengulas biografi KH. Asjhari Mu'thi, kiai dan sosok di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. ... more Tulisan ini mengulas biografi KH. Asjhari Mu'thi, kiai dan sosok di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. KH. Asjhari memiliki pengalaman yang menarik dengan Al-Quran dan konteks masyarakatnya di Tuban yang sedang mengalami industrialisasi. Terpengaruh oleh gaya mengajar Al-Quran beliau yang tegas dan ketat, di samping negosiasi dakwah Islamnya terhadap masyarakat Kerek-Tuban yang cenderung materialis, telah terbangun dalam dirinya pribadi dan sikap yang khas. Bagaimana khas tersebut muncul dan apa dampaknya pada metode belajar yang KH. Asjhari praktikkan, tulisan ini akan menjawabnya.
ABHATS: Jurnal Islam Ulil Albab, 2022
Jika sebelumnya aktivitas di dunia virtual merupakan salinan dari apa yang terjadi di dunia nyata... more Jika sebelumnya aktivitas di dunia virtual merupakan salinan dari apa yang terjadi di dunia nyata, barangkali sekarang ceritanya berbeda. Di ruang keberagamaan misalnya, orang bisa menemukan dengan mudah beberapa ritual luring yang murni lahir sebagai anak dari negosiasi antara dunia maya dan nyata. Ngaji Ihya' Virtal (NIV) dan Kopdar Ngaji Ihya' (KNI) boleh kiranya disebut sebagai bentuk nyata dari pola barusan. Artikel ini tertarik untuk melihat lebih jauh proses pergeseran yang pecah dalam tubuh NIV hingga membuahkan KNI, kekhususan masing-masing dari mereka, dan apa saja yang memungkinkan perubahan di atas hadir di Indoensia. NIV untuk kali pertama muncul sebagai kajian rutin yang dipelopori Ulil Abshar Abdalla melalui akun Facebooknya. Karena dirasa laku dan bahkan mendapatkan banyak apresiasi, beberapa bulan selepasnya, Abdalla memutuskan untuk membentangkan sayap NIV menjadi KNI. Di level NIV, seseorang hanya bisa melihat Abdalla duduk bersila di suatu ruang dengan meja di depannya berlatar televisi sembari menjelaskan kitab Ihya'. Adapun di Kopdar ia akan menemukan nuansa yang sama sekali berbeda, baik dengan bentuk daringnya atau pun model kajian Ihya' di pesantren, seperti soal hidangan, keakraban sampai konten ngaji. Darinya, saya merasa penting untuk menginvestigasi bagaimana pergeseran tersebut bisa muncul dan pada titik apa keduanya saling bernegosiasi dalam membentuk suatu praktik keberagamaan baru di dunia Islam, terlebih Pesantren-sebagai ibu kandung dari ngaji Ihya'. Walhasil, artikel berpendapat bahwa kemunculan itu berkelindan dengan beragamnya fitur yang dimiliki Facebook, ketokohan Abdalla, dan kecenderungan generasi Muslim baru melek teknologi yang secara tanpa sadar menuntut adanya negosiasi di muka.
JSIIQH, 2024
This study investigates the implementation of inclusive Qur'anic pedagogy by the Qur'an Indonesia... more This study investigates the implementation of inclusive Qur'anic pedagogy by the Qur'an Indonesia Project (QIP), with a focus on its Sign Language translation initiative and inclusive teaching methods. QIP, in collaboration with The Little Hijabi Home Schooling, has launched QuranIDprojectISYARAT, a digital-based endeavor aiming to improve access to the Qur'an and its translations, especially for individuals with disabilities. The QuranIDProjectISYARAT program, developed by QIP, targets the deaf community and provides Qur'anic education through platforms like Instagram and YouTube, utilizing audio, visuals, and Sign Language demonstrations. While QIP utilizes Arabic Sign Language for Qur'an translation, their interpretive process prioritizes understanding Qur'anic meanings over morphemes. This study delves into QIP's Qur'an translation process and inclusive teaching practices, particularly focusing on the experiences of deaf or hearing-impaired individuals. By employing a netnography approach and conducting interviews with QIP's YouTube viewers, the research investigates interactions within QIP's online platforms and gathers insights into viewers' perspectives. The findings suggest that QIP's Qur'an translation incorporates Arabic Sign Language and volunteers' interpretations or improvisations of verses, fostering comprehension and a sense of inclusion among learners in their online Qur'anic education initiatives.
Jurnal Filsafat dan Pemikiran Keislaman Refleksi, Jan 30, 2018
Judul buku : Filsafat Ilmu, Integrasi dan Transendensi Penulis : Musa Asy’arie Pene... more Judul buku : Filsafat Ilmu, Integrasi dan Transendensi Penulis : Musa Asy’arie Penerbit : LESFI UIN Sunan Kalijaga Tahun terbit : 2016 Halaman : 143 Pengulas : Muhammad Saifullah
SUHUF
Abstrak Di era digital, Al-Quran tidak hanya hidup di ruang nyata masyarakat Muslim, tetapi juga ... more Abstrak Di era digital, Al-Quran tidak hanya hidup di ruang nyata masyarakat Muslim, tetapi juga di ruang maya. Dalam konteks Indonesia sudah cukup berkembang. Beberapa resepsi virtual Al-Quran telah muncul dengan tampilan khusus yang relatif berbeda dengan luring. “Quran Review” adalah contoh yang mengklaim dirinya sebagai Quranic Start-Up memanfaatkan platform digital untuk mendorong dan mendekatkan Muslim milenial dengan Quran. Sejak 2019, “Quran Review” telah mencapai 319k pengikut di Instagram dan menyediakan berbagai agenda daring. Selain mempromosikan Al-Quran secara virtual dengan menafsirkan ayat-ayat, juga mengusulkan beberapa program berbayar. Meskipun para sarjana telah membahas Al-Quran dan media sosial dalam mode interpretasi dan resepsi estetis, masih sedikit yang membahas resepsi yang terkait erat dengan bisnis. Untuk berkontribusi pada studi yang ada, artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi hal tersebut dan mengamati perkembangan terkini dari ...
SHAHIH: Journal of Islamicate Multidisciplinary
The article is to examine Adnin Armass criticism of Quran hermeneutics. By comparing tafsir and h... more The article is to examine Adnin Armass criticism of Quran hermeneutics. By comparing tafsir and hermeneutics of Quran, Adnin has depicted that the later was too relative for being method on Quranic interpretation. Instead, it contained the perilous entity for Muslims, particularly in their identity—knowing the genealogy was from Western culture. On the contrary, tafsir was far from the relativity, native Islamic product of history, and subsequently being the only way to touch Quran. No more appropriate way to understand Quran, Adnin Said, except tafsir. Along the histroy of Muslims, tafsir was absolutely fruitfull. Understanding the fact, thus, the article tries to evaluate the sources used by Adnin, till refused Quranic hermeneutics and embraced tafsir as something sacred with questions how far he understood them and picked them up from.   Â
Penelitian ini mencoba untuk menggali apa maksud utama dari penafsiran hikmah Jamal al-Banna. Hal... more Penelitian ini mencoba untuk menggali apa maksud utama dari penafsiran hikmah Jamal al-Banna. Hal itu berlandaskan asumsi bahwa pada konstruksi interpretasinya Jamal tampak menempatkan hikmah pada dua ranah yang berbeda. Satu diposisikan sebagai penyempurna qiyas yang berada di wilayah ushul al-fiqh dan satunya lagi sebagai sumber ketiga sistematika pengetahuan baru Islam. Sampai di sini, penulis merasa penting untuk menggali lebih dalam apa yang sebenarnya diinginkan Jamal dengan konstruksi penafsiran hikmah-nya tersebut? Dalam redaksi penafsiran hikmah-nya, Jamal tampak tidak suka memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai relasi antara interpretasi hikmah, qiyas, dan al-manz{umah al-jadidah li al-ma’rifah al-Islamiyyah, sistematika baru pengetahuan Islam (epistemologi Islam). Ia hanya menjelaskan secara umum bahwa h}ikmah adalah seperangkat peradaban, seni, budaya, bahasa, teori, dan sejenisnya dari segala ruang dan waktu. Mendapati itu, penulis tergugah untuk meminjam teori ana...
The development of Quranic exegesis turns along with the shift of society paradigm. When in the e... more The development of Quranic exegesis turns along with the shift of society paradigm. When in the early period tafsir was engaged with particular ideology and involved the justification of any sciences in modern period, so that in this contemporary which both Muslim and Qur‘an are always on, tafsir is going to grab its own new face. The research tries to look further the recent form of Qur‘anic hermeneutic when it is virtually practiced within social media through Nadirsyah Hosen‘s online tafsir. Hosen has apparently arranged his theoretical framework before interpreting Quran. That preparation means Hosen‘s sight of audience, beside reader, as fundamental point in the field of hermeneutic circle. In other level of interpretation, Hosen explicitly state that he is trying to always refer to authoritative literatures of exegesis on one hand, though the architecture of social media does not have any support, and optimize simple language adjusting his divergent audiences on other hand and...
MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadist, Syari'ah dan Tarbiyah
AbstrakTujuan dalam artikel ini adalah untuk menggambarkan maksud dari al-Qur'an sehubungan d... more AbstrakTujuan dalam artikel ini adalah untuk menggambarkan maksud dari al-Qur'an sehubungan dengan ekonomi, dimana asumsi dasar Marx, meletakkannya dalam dasar struktur masyarakat. Posisi ini akan berdampak mendalam, begitulah sikap manusia, ditentukan oleh satu hal, yakni ekonomi. Segala sesuatu tidak akan berfungsi kecuali dengan ekonomi. Kehidupan sehari-hari manusia atau superstruktur, kata Marx, ditentukan oleh apa yang disebut sebagai "struktur dasar" secara keseluruhan. Artikel ini juga ingin mempertanyakan, serta ingin menganalisis dalam lingkup pandangan dunia al-Qur’an tentang ekonomi: apakah ia berada di dasar struktur atau hanya sebagai pelengkap. Karena tujuannya pada pandangan dunia, maka artikel ini akan menggunakan semantik untuk membongkar kasusnya. Keywords: Quranic, Economy, Base Structure, and Semantics
SUHUF
Artikel ini mencoba menganalisis kritik Oemar Bakry atas terjemahan H.B. Jassin. Ada dua poin men... more Artikel ini mencoba menganalisis kritik Oemar Bakry atas terjemahan H.B. Jassin. Ada dua poin mengapa ia penting didiskusikan: upaya Bakry untuk melobi Kementerian Agama terkait terjemahan Jassin dan posisinya yang berhasil memicu polemik tidak sederhana di antara banyak pemikir Indonesia sepanjang 1978-1982. Pertama, sesuai dengan surat Bakry yang ia kirim kepada Kementerian Agama dan diletakkan di bagian paling awal bukunya, Polemik H. Oemar Bakry dengan H.B. Jassin. Di situ orang bisa mengamati bagaimana Bakry berharap pada Menteri Agama untuk melarang beredarnya terjemahan Jassin lantaran telah menodai Al-Qur'an itu sendiri. Kedua, tampak dalam respons yang muncul dari Kementerian Kesehatan dan beberapa pemikir, seperti Quraish Shihab, Mustofa Bisri, dan sebagainya yang juga ikut intens berkomentar. Artikel tergugah untuk mengulik apa maksud utama Bakry serta bagaimana kritiknya bisa sampai memicu perdebatan. Walhasil, artikel berargumen bahwa yang terjadi antara keduanya me...
Jurnal Sosiologi Agama
Muhammadiyah was frequently being similarized with who denied tradition and NU was not. Though on... more Muhammadiyah was frequently being similarized with who denied tradition and NU was not. Though one tries to coerce, it will be merely culture movement without tradition. This article desires to look further the soft contestation which is occurred between Muhammadiyah and NU’s movement within Masjid Jendral Sudirman (MJS). MJS is one of mosque in Yogyakarta whose Muhammadiyah affiliation, yet almost all activities therein use NU’s peculiarities. Boards (takmir) enliven the mosque were coming from NU since 2008 and so that it is decently plausible. I’m interesting to investigate what actually happened beyond the board’s movement in instilling NU’s particularities upon Muhammadiyah’s mosque: is it insurgency, coup d’etat, or a new mode of hybrid, and why it can be occurred. The article thus argues that the pattern of NU’s board movement in MJS is merely mass movement which emerges unconsciously as an effect of unawareness shift, borrowing Selo Soemardjan’s phrase. The shift which is en...
Riwayah : Jurnal Studi Hadis
Seiring dengan lahirnya generasi Muslim baru yang melek digital serta adanya tekstur dunia maya y... more Seiring dengan lahirnya generasi Muslim baru yang melek digital serta adanya tekstur dunia maya yang berbeda sama sekali dengan dunia nyata, rupanya itu berdampak pada pergeseran cara resepsi masyarakat Muslim Indonesia kontemporer atas Teks Sucinya. Jika sebelumnya mungkin bisa dirangkum menjadi tiga pola: eksegis, estetis, dan fungsional, maka kali ini ceritanya bisa berbeda. Artikel ini mencoba untuk menginvestigasi pergeseran di muka melalui meme-meme di media sosial, khususnya Instagram, yang memuat baik kutipan ayat Alquran atau teks hadis. Salah satunya adalah meme unggahan akun @taaruf_nikah yang menuangkan interpretasi ringkas surah al-Zumar (39): 10 dalam latar rerumputan menguning silir oleh angin, bangkai kursi di tengahnya, fon identik, dan kesinambungan warna yang menyatu. Di situ tertulis, “Yang sabar ya.” Untuk melihat meme ini sebagai semata resepsi estetis, saya kira akan ada banyak hal yang dibuang, mengetahui yang mengunggah adalah tim kreatif dari akun yang mend...
AL-ADABIYA: Jurnal Kebudayaan dan Keagamaan
This essay is going to depict how Imam Nawawi’s construction upon courtesy in deal with something... more This essay is going to depict how Imam Nawawi’s construction upon courtesy in deal with something containing Qur’an verses within al-Tibya>n. Imam Nawawi had brought out particular issue in which foregoing works such al-Muhazz^ab and Niha>yat al-Mat}lab did not issue. For instance, regarding the case in 11 century Imam Shirazi did not point out anything not to touch when one is in h}adas^ (ritual impurity) except fikih, whereas a century after Imam Juwaini issued a book of h}awa>sy and ust}u>rah, and subsequently in 13 Imam Nawawi come with new additional outlook of book which muh}dis^ (one who has h}adas^) could not touch: tafsi>r and h}adis^. By borrowing Klaus Krippendor’s content analysis and a pattern of transmission-transformation, the essay interests to investigate why a shift-mentioned is able to come up, how can it be happened, and in what extent it had been transmitted. The article therefore argues that the shift within modesty of treating Qur’an verses is t...
Analisis: Jurnal Studi Keislaman
This article aims to discuss how the Qur'anic hermeneutics of Ibn Aṭaillah has the theme of will.... more This article aims to discuss how the Qur'anic hermeneutics of Ibn Aṭaillah has the theme of will. The results found that there were nineteen (19) aphorisms found. The first ten aphorisms express the lack of will for humans, while the remaining nine, on the contrary, humans have the will. It can be concluded that Ibn Aṭaillah's hermeneutics has the style of abstraction and rediscovering the pattern of the Koran, namely using the Koranic style in framing something. The most obvious is the physical contradictions between aphorisms and other aphorisms. This is not much different from not at least the verses of the Koran that appear to contradict other verses. Regarding the diction and placement used is identical. In many respects, Ibn Aṭaillah's aphorism also uses poetic diction and open text patterns (open text).
Harmoni
Nowadays, many Indonesian Moslems youth wielded social media, including instagram, not simply to ... more Nowadays, many Indonesian Moslems youth wielded social media, including instagram, not simply to express their piety or reach life goal, rather also for practical benefit just like marriage. This article focuses upon how they were stunned to gain bride or bridegroom through instagram. It tries to examine why they don’t choose merely their spouse over offline. I particularly discuss a single popular account regarding matchmaker taaruf_nikah (dating marriage) as deemed successful enough to arrange marriages amongst Indonesian Moslems. The account operationally provided service for its followers to post their picture after paying IDR100.000. Still, it opens an advertising services too and often posts pictures/videos portraying how proper Moslem is one who avoid dating and take an immediacy wedding because of god. Standing on thesis that instagram was the ultimate platform to shape public opinion, the article therefore argues that the main factor why it is triumph in taking many Indones...
MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
This article tries to explore Jamal's interpretation of ḥikmah in the Quran. Beside the disco... more This article tries to explore Jamal's interpretation of ḥikmah in the Quran. Beside the discourse of ḥikmah still being polemic, Jamal’s decision to lay ḥikmah into fundamental place upon his broad thought is an obvious factor why they were chosen herein. One could catch the later through how Jamal in his interpretation had parallelized ḥikmah with Syafii’s particular word, qiyās. Jamal criticized Syafii’s interpretation in relation to ḥikmah which state that ḥikmah was not anything except sunnah. On another hand, he also put his construction of ḥikmah into what he called as new Islamic systematic knowledge, al-mandhumah al-jadidah li ma’rifat al-Islamiyyah. He regretted fiqh which had made many Moslems being oppressed either in thought or physic and subsequently proposed ḥikmah as the change of fiqh as the third source of new Islamic systematic knowledge. In time, there are two critical points concerning Jamal’s interpretation and the oppressed, those are Jamal’s status as a la...
Salah satu sifat mulia ilmu pengetahuan adalah posisinya sebagai solusi atau setidaknya respon at... more Salah satu sifat mulia ilmu pengetahuan adalah posisinya sebagai solusi atau setidaknya respon atas permasalahan yang berkembang tepat saat ilmu tersebut lahir. Tidak jarang, demi tujuan tersebut, ilmu tertentu direduksi hingga mudah dipahami dan menyapa persoalan ketika itu. Dan saat itu dirasa tidak lagi mumpuni untuk menjawab persoalan yang ada, itu akan dipermak sedemikian rupa sampai bisa meresponnya kembali. Begitulah kiranya kesejarahan ilmu bernafas dan secara bersamaan di situlah letak kemuliaannya. Sampai di sini, melihat Usul al-Tafsir Ibnu Taimiyah ini, yang notabene sebagai salah satu disiplin keilmuan dalam Studi Islam, sudahkah kita memuliakannya? Sudahkah kita menempatkannya di tempat yang layak untuk sesuatu disebut sebagai ilmu? Atau justru malah menempatkannya di ruang yang hampa ruang dan waktu hingga tidak bisa disentuh sama sekali?