Teguh Setyawan Al Kazim | Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (original) (raw)

Uploads

Papers by Teguh Setyawan Al Kazim

Research paper thumbnail of Panduan Pengolahan Data Estimasi Curah Hujan Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP

Research paper thumbnail of Analisis Karakteristik Kejadian Hujan Sangat Lebat di Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK Proses kejadian hujan lebat erat kaitannya dengan kondisi stabilitas udara, sehingga data... more ABSTRAK Proses kejadian hujan lebat erat kaitannya dengan kondisi stabilitas udara, sehingga data stabilitas udara sangat diperlukan untuk menentukan kondisi cuaca dan sebagai acuan dalam melakukan prakiraan jangka pendek (nowcasting). Kondisi stabilitas udara dapat dianalisis dari data pengamatan udara atas dengan pengamatan radiosonde. Dari data-data tersebut akan didapatkan parameter stabilitas udara sebagai acuan dalam menentukan kondisi cuaca dan pertumbuhan awan konvektif sehingga potensi hujan lebat dan badai guntur dapat diprediksi. Dari hasil kesimpulan didapatkan bahwa kondisi atmosfer di Manado selalu disertai geser angin vertikal ketika terjadi hujan sangat lebat. Daerah geser angin ini mempercepat massa udara terangkat ke atas sehingga banyak muncul awan konvektif. Profil kelembaban vertikal menunjukkan bahwa ketika periode bulan kering, kelembaban udara cukup rendah di lapisan 850 mb yaitu dibawah 70 %, kelembaban yang rendah ini mempengaruhi jenis awan yang tumbuh. Dalam tiga periode yaitu bulan kering, bulan basah, dan bulan peralihan indeks stabilitas yang bagus untuk mendeteksi potensi hujan sangat lebat adalah Lifted Index (LI) dengan kisaran nilai indeks (-4) – (-2), K-index (KI) dengan nilai indeks > 40, Showalter Index (SI) dengan kisaran nilai indeks 0 – (-3), sedangkan indeks CAPE, SWEAT dan Total-Totals masih kurang baik dalam merepresentasikan cuaca buruk.

ABSTRACT The heavy rain process closely related to the stability conditions of the air, so the air stability data are needed to determine the weather conditions and as a reference in making short-term forecasts (nowcasting). Air stability condition can be analyzed from the upper air data observations with the radiosonde observations. From these data we will get the air stability parameters as a reference in determining the weather conditions and the growth of convective clouds, so that the potential of heavy rain and thunderstorms can be predicted. From the results obtained the conclusion that the atmospheric conditions in Manado always accompanied by vertical wind shear in the event of very heavy rain. This wind shear area accelerates air mass moving upward then so many convective clouds appear. Vertical humidity profile shows that when dry month period, the air moisture is quite low at 850 mb layer that is below 70%, the low humidity affects the type of cloud. In the three-month period, dry month period, wet month period, and transitional month period show that the best stability index to detect the potential for very heavy rain is Lifted Index (LI) with the index value ranges (-4)-(-2), K-index (KI) with index values> 40, Showalter index (SI) with the index value ranges 0-(-3), while the index of CAPE, SWEAT and Total-Totals still not good in bad weather represents.

Research paper thumbnail of SENFA ANALISIS METEOROLOGIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI JAKARTA

Abstrak – Sepanjang tahun 2016 wilayah Jakarta kerap diguyur hujan mulai dari intensitas ringan h... more Abstrak – Sepanjang tahun 2016 wilayah Jakarta kerap diguyur hujan mulai dari intensitas ringan hingga sangat lebat. Bahkan hingga memasuki bulan musim kemarau, sebagian besar wilayah Jakarta masih tetap dilanda hujan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian hujan lebat di Jakarta yang terjadi pada saat periode musim kemarau pada tanggal 20 April 2016 dan 17 Juni 2016 dengan curah hujan > 50 mm/ hari. Analisis ini dilakukan dengan memanfaatkan data model WRF-ARW, reanalysis ECMWF dan data observasi permukaan. Parameter yang dianalisis antara lain adalah streamline, vortisitas, divergensi dan kelembaban udara. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis tersebut menunjukkan hujan lebat yang terjadi pada tanggal 20 April 2016 merupakan akibat dari adanya wind shear positif, vortisitas yang bernilai negatif dan divergensi yang negatif, sedangkan pada tanggal 17 Juni 2016 merupakan akibat dari adanya konvergensi, vortisitas yang bernilai negatif dan divergensi yang bernilai negatif. Secara umum model WRF-ARW dapat digunakan dalam melakukan analisis terjadinya hujan di wilayah Jakarta.
Kata Kunci : Hujan Lebat, WRF-ARW

Research paper thumbnail of Panduan Pengolahan Data Estimasi Curah Hujan Global Satellite Mapping of Precipitation (GSMaP

Research paper thumbnail of Analisis Karakteristik Kejadian Hujan Sangat Lebat di Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK Proses kejadian hujan lebat erat kaitannya dengan kondisi stabilitas udara, sehingga data... more ABSTRAK Proses kejadian hujan lebat erat kaitannya dengan kondisi stabilitas udara, sehingga data stabilitas udara sangat diperlukan untuk menentukan kondisi cuaca dan sebagai acuan dalam melakukan prakiraan jangka pendek (nowcasting). Kondisi stabilitas udara dapat dianalisis dari data pengamatan udara atas dengan pengamatan radiosonde. Dari data-data tersebut akan didapatkan parameter stabilitas udara sebagai acuan dalam menentukan kondisi cuaca dan pertumbuhan awan konvektif sehingga potensi hujan lebat dan badai guntur dapat diprediksi. Dari hasil kesimpulan didapatkan bahwa kondisi atmosfer di Manado selalu disertai geser angin vertikal ketika terjadi hujan sangat lebat. Daerah geser angin ini mempercepat massa udara terangkat ke atas sehingga banyak muncul awan konvektif. Profil kelembaban vertikal menunjukkan bahwa ketika periode bulan kering, kelembaban udara cukup rendah di lapisan 850 mb yaitu dibawah 70 %, kelembaban yang rendah ini mempengaruhi jenis awan yang tumbuh. Dalam tiga periode yaitu bulan kering, bulan basah, dan bulan peralihan indeks stabilitas yang bagus untuk mendeteksi potensi hujan sangat lebat adalah Lifted Index (LI) dengan kisaran nilai indeks (-4) – (-2), K-index (KI) dengan nilai indeks > 40, Showalter Index (SI) dengan kisaran nilai indeks 0 – (-3), sedangkan indeks CAPE, SWEAT dan Total-Totals masih kurang baik dalam merepresentasikan cuaca buruk.

ABSTRACT The heavy rain process closely related to the stability conditions of the air, so the air stability data are needed to determine the weather conditions and as a reference in making short-term forecasts (nowcasting). Air stability condition can be analyzed from the upper air data observations with the radiosonde observations. From these data we will get the air stability parameters as a reference in determining the weather conditions and the growth of convective clouds, so that the potential of heavy rain and thunderstorms can be predicted. From the results obtained the conclusion that the atmospheric conditions in Manado always accompanied by vertical wind shear in the event of very heavy rain. This wind shear area accelerates air mass moving upward then so many convective clouds appear. Vertical humidity profile shows that when dry month period, the air moisture is quite low at 850 mb layer that is below 70%, the low humidity affects the type of cloud. In the three-month period, dry month period, wet month period, and transitional month period show that the best stability index to detect the potential for very heavy rain is Lifted Index (LI) with the index value ranges (-4)-(-2), K-index (KI) with index values> 40, Showalter index (SI) with the index value ranges 0-(-3), while the index of CAPE, SWEAT and Total-Totals still not good in bad weather represents.

Research paper thumbnail of SENFA ANALISIS METEOROLOGIS KEJADIAN HUJAN LEBAT DI JAKARTA

Abstrak – Sepanjang tahun 2016 wilayah Jakarta kerap diguyur hujan mulai dari intensitas ringan h... more Abstrak – Sepanjang tahun 2016 wilayah Jakarta kerap diguyur hujan mulai dari intensitas ringan hingga sangat lebat. Bahkan hingga memasuki bulan musim kemarau, sebagian besar wilayah Jakarta masih tetap dilanda hujan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian hujan lebat di Jakarta yang terjadi pada saat periode musim kemarau pada tanggal 20 April 2016 dan 17 Juni 2016 dengan curah hujan > 50 mm/ hari. Analisis ini dilakukan dengan memanfaatkan data model WRF-ARW, reanalysis ECMWF dan data observasi permukaan. Parameter yang dianalisis antara lain adalah streamline, vortisitas, divergensi dan kelembaban udara. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis tersebut menunjukkan hujan lebat yang terjadi pada tanggal 20 April 2016 merupakan akibat dari adanya wind shear positif, vortisitas yang bernilai negatif dan divergensi yang negatif, sedangkan pada tanggal 17 Juni 2016 merupakan akibat dari adanya konvergensi, vortisitas yang bernilai negatif dan divergensi yang bernilai negatif. Secara umum model WRF-ARW dapat digunakan dalam melakukan analisis terjadinya hujan di wilayah Jakarta.
Kata Kunci : Hujan Lebat, WRF-ARW