gedong maulana kabir | Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta) (original) (raw)
Papers by gedong maulana kabir
Martabat : jurnal perempuan dan anak, Nov 23, 2023
Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Penelitian Sosial Keagamaan
This article tends to revisiting Javanese Islamic studies. This study began from the European tra... more This article tends to revisiting Javanese Islamic studies. This study began from the European travelers’ period who noted some aspects of society such as the religious life. Those notes show the negative label that is addressed to the Javanese religious practices. These negative labels are often reproduced in Javanese Islam studies to this day. This article argues that the negative labels in Javanese Islamic studies tend to be misrepresentative. These kinds of results cannot be separated from certain paradigms in religious studies. There are two paradigms in the study of religion which are discussed in this article. First, the world religion paradigm. This paradigm, consciously or not, is often used in Javanese Islamic studies. The implication is Javanese religious practices are often portrayed as animist, syncretic, and so on. Second, the indigenous religion paradigm. This article elaborates this paradigm because of its potential in understanding Javanese Islamic religious practice...
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin
Islam selalu berjalin-kelindan dengan budaya lokal. Pada dirinya sendiri, Islam memiliki seperang... more Islam selalu berjalin-kelindan dengan budaya lokal. Pada dirinya sendiri, Islam memiliki seperangkat dasar (dalil) yang mungkin ditafsirkan selaras dengan budaya lokal, maupun sebaliknya. Disaat yang sama, budaya lokal telah mengakar dalam kesadaran masyarakat. Bisa jadi budaya lokal mengakar lebih dalam dibandingkan dengan ajaran agama, dalam konteks ini Islam. Budaya lokal menjadi semakin kompleks jika dikaitkan dengan seperangkat keyakinan masyarakat atas mistisitas wilayah pesisir selatan laut Jawa, Tulungagung. Relasi kompleks antara Islam dan sosio-kultural masyarakat pesisir selatan inilah yang akan dikaji dalam artikel ini. Perspektif sintesis mistik akan digunakan dalam menganalisa data dari hasil wawancara yang menelusuri fakta masyarakat pesisir selatan Tulungagung dan data dari penghampiran kajian kepustakaan. Artikel ini berupaya menjelaskan fakta sosial-budaya-keagamaan yang berkembang di masyarakat pesisir selatan Tulungagung. Faktanya, masyarakat bisa menciptakan kehidupan harmoni dengan tetap mempertahankan budaya lokal dan kehidupan keagamaan. Inilah yang, bisa jadi, disebut sebagai Islam sintesis mistik pesisir selatan.
Kita telah melalui beragam pemikiran feminis yang memiliki corak berbeda-beda. Dan kini, kita aka... more Kita telah melalui beragam pemikiran feminis yang memiliki corak berbeda-beda. Dan kini, kita akan memasuki babak baru dalam pemikiran feminisme yang memiliki perbedaan fundamental dengan corak pemikiran sebelumnya. Inilah aliran feminisme psikoanalisis dan gender. Aliran psikoanalisis dan gender dalam analisisnya menempatkan kesadaran perempuan sebagai objek kajian. Diyakini bahwa akar ketertidasan perempuan adalah karena cara berpikir perempuan itu sendiri. Hal ini bisa juga didasarkan pada kondisi psikologisnya. Bahkan, perbedaan antara perempuan dan laki-laki disebut-sebut dikarenakan perbedaan biologisnya secara primordial. Kita di abad ini mungkin akan dikejutkan dengan analisis Sigmund Freud. Bapak Psikoanalisis ini menganggap bahwa akar opresi (bisa jadi secara spesifik adalah subordinasi) adalah dikarenakan perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini bisa kita lacak dalam bukunya Three Contributions of the Theory of Sexuality. Dengan ini kurang lebih Freud hendak menjelaskan tahapan seksualitas manusia. Dijelaskan bahwa totalitas kehidupan manusia sangat ditentukan oleh tahapan di 5 tahun pertama kehidupannya. Bayi dalam hal ini mengalami berbagai tahapan, pertama adalah tahap oral. Pada tahap ini, sumber kenikmatan bagi bayi adalah dengan menghisap payudara ibunya, selain itu bisa juga dengan menghisap ibu jarinya. Tahapan kedua adalah tahap anal. Tahap ini berlangsung di usia 2 sampai 3 tahun. Kenikmatan pada tahapan ini adalah sensasi bagi bayi ketika dia mengeluarkan kotoran. Dan tahap ketiga adalah tahap falik. Pada tahap ini kenikmatan sudah memasuki daerah genital. Selain itu, Freud juga memperkenalkan pada kita istilah Oedipus kompleks (Tong menyebutnya dengan dibalik: kompleks Oedipus). Dalam pandangannya, laki-laki yang secara biologis memiliki penis memiliki dampak yang berbeda dengan perempuan yang secara psikologis tidak memiliki penis. Perempuan dikatakan mengalami penis envy (iri penis). Drama perempuan ini berawal dari objek seksual pertamanya (perempuan; ibu). Ketika masa kanak-kanak ia melihat penis laki-laki, ia menginginkannya namun tidak memilikinya. Celakanya, ternyata ibunya juga tidak memiliki penis. Tetapi mereka sama-sama memiliki klitoris, meskipun lebih kecil dan tersembunyi. Keinginannya pada penis menjadikan objek seksnya mulia bergeser dari perempuan (ibu) kepada laki-laki (pada awalnya ayah). Perpindahan objek seks ini berpengaruh juga pada organ seksnya, yang awalnya dari klitoris menuju vagina. Tak urung hal ini yang dianggap menjadikan perempuan cenderung narsis; suatu usaha pengalihan seksual dari aktif menuju pasif. Freud menganggap
Martabat : jurnal perempuan dan anak, Nov 23, 2023
Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Penelitian Sosial Keagamaan
This article tends to revisiting Javanese Islamic studies. This study began from the European tra... more This article tends to revisiting Javanese Islamic studies. This study began from the European travelers’ period who noted some aspects of society such as the religious life. Those notes show the negative label that is addressed to the Javanese religious practices. These negative labels are often reproduced in Javanese Islam studies to this day. This article argues that the negative labels in Javanese Islamic studies tend to be misrepresentative. These kinds of results cannot be separated from certain paradigms in religious studies. There are two paradigms in the study of religion which are discussed in this article. First, the world religion paradigm. This paradigm, consciously or not, is often used in Javanese Islamic studies. The implication is Javanese religious practices are often portrayed as animist, syncretic, and so on. Second, the indigenous religion paradigm. This article elaborates this paradigm because of its potential in understanding Javanese Islamic religious practice...
Kontemplasi: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin
Islam selalu berjalin-kelindan dengan budaya lokal. Pada dirinya sendiri, Islam memiliki seperang... more Islam selalu berjalin-kelindan dengan budaya lokal. Pada dirinya sendiri, Islam memiliki seperangkat dasar (dalil) yang mungkin ditafsirkan selaras dengan budaya lokal, maupun sebaliknya. Disaat yang sama, budaya lokal telah mengakar dalam kesadaran masyarakat. Bisa jadi budaya lokal mengakar lebih dalam dibandingkan dengan ajaran agama, dalam konteks ini Islam. Budaya lokal menjadi semakin kompleks jika dikaitkan dengan seperangkat keyakinan masyarakat atas mistisitas wilayah pesisir selatan laut Jawa, Tulungagung. Relasi kompleks antara Islam dan sosio-kultural masyarakat pesisir selatan inilah yang akan dikaji dalam artikel ini. Perspektif sintesis mistik akan digunakan dalam menganalisa data dari hasil wawancara yang menelusuri fakta masyarakat pesisir selatan Tulungagung dan data dari penghampiran kajian kepustakaan. Artikel ini berupaya menjelaskan fakta sosial-budaya-keagamaan yang berkembang di masyarakat pesisir selatan Tulungagung. Faktanya, masyarakat bisa menciptakan kehidupan harmoni dengan tetap mempertahankan budaya lokal dan kehidupan keagamaan. Inilah yang, bisa jadi, disebut sebagai Islam sintesis mistik pesisir selatan.
Kita telah melalui beragam pemikiran feminis yang memiliki corak berbeda-beda. Dan kini, kita aka... more Kita telah melalui beragam pemikiran feminis yang memiliki corak berbeda-beda. Dan kini, kita akan memasuki babak baru dalam pemikiran feminisme yang memiliki perbedaan fundamental dengan corak pemikiran sebelumnya. Inilah aliran feminisme psikoanalisis dan gender. Aliran psikoanalisis dan gender dalam analisisnya menempatkan kesadaran perempuan sebagai objek kajian. Diyakini bahwa akar ketertidasan perempuan adalah karena cara berpikir perempuan itu sendiri. Hal ini bisa juga didasarkan pada kondisi psikologisnya. Bahkan, perbedaan antara perempuan dan laki-laki disebut-sebut dikarenakan perbedaan biologisnya secara primordial. Kita di abad ini mungkin akan dikejutkan dengan analisis Sigmund Freud. Bapak Psikoanalisis ini menganggap bahwa akar opresi (bisa jadi secara spesifik adalah subordinasi) adalah dikarenakan perbedaan biologis antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini bisa kita lacak dalam bukunya Three Contributions of the Theory of Sexuality. Dengan ini kurang lebih Freud hendak menjelaskan tahapan seksualitas manusia. Dijelaskan bahwa totalitas kehidupan manusia sangat ditentukan oleh tahapan di 5 tahun pertama kehidupannya. Bayi dalam hal ini mengalami berbagai tahapan, pertama adalah tahap oral. Pada tahap ini, sumber kenikmatan bagi bayi adalah dengan menghisap payudara ibunya, selain itu bisa juga dengan menghisap ibu jarinya. Tahapan kedua adalah tahap anal. Tahap ini berlangsung di usia 2 sampai 3 tahun. Kenikmatan pada tahapan ini adalah sensasi bagi bayi ketika dia mengeluarkan kotoran. Dan tahap ketiga adalah tahap falik. Pada tahap ini kenikmatan sudah memasuki daerah genital. Selain itu, Freud juga memperkenalkan pada kita istilah Oedipus kompleks (Tong menyebutnya dengan dibalik: kompleks Oedipus). Dalam pandangannya, laki-laki yang secara biologis memiliki penis memiliki dampak yang berbeda dengan perempuan yang secara psikologis tidak memiliki penis. Perempuan dikatakan mengalami penis envy (iri penis). Drama perempuan ini berawal dari objek seksual pertamanya (perempuan; ibu). Ketika masa kanak-kanak ia melihat penis laki-laki, ia menginginkannya namun tidak memilikinya. Celakanya, ternyata ibunya juga tidak memiliki penis. Tetapi mereka sama-sama memiliki klitoris, meskipun lebih kecil dan tersembunyi. Keinginannya pada penis menjadikan objek seksnya mulia bergeser dari perempuan (ibu) kepada laki-laki (pada awalnya ayah). Perpindahan objek seks ini berpengaruh juga pada organ seksnya, yang awalnya dari klitoris menuju vagina. Tak urung hal ini yang dianggap menjadikan perempuan cenderung narsis; suatu usaha pengalihan seksual dari aktif menuju pasif. Freud menganggap