A Said Basri | UIN Sunan Kalijaga (original) (raw)
Conference Presentations by A Said Basri
Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2017
PENGANTAR EDITOR Alhamdulillahirobbilaalaamiiin, untaian syukur kita haturkan ke Sang Penguasa Ja... more PENGANTAR EDITOR
Alhamdulillahirobbilaalaamiiin, untaian syukur kita haturkan ke Sang Penguasa Jagat Maya Pada, dan Penguasa segala Dzat, Allah Azza wa Jallah. Sang pemberi rahmat dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, karena untuk pertama kalinya Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam dapat menghadirkan terbitan special Proceeding, sebagai bentuk komunikasi intelektual secara ilmiah kepada segenap civitas dan pemerhati Bimbingan dan Konseling Islam di seantero dunia, dan di In-donesia khususnya. Proceeding kegiatan Seminar Nasional Asosiasi Bimbingan dan Konseling Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kali-jaga ini, senyatanyasudah ditunggu-tunggu kehadirannya, karena sebuah proceeding akan mem-berikan dampak evaluative yang sangat bernilai bagi mutu sebuah institusi Program Studi dalam me-raih akreditasinya.
Di sisi lain, proceeding juga dapat menjadi warna tersendiri di antara sekian banyak karya ilmiah yang terbit. Seringkali media ini mampu menghadirkan nuansa berbeda dalam mewarnai dinamika studi dan diskusi keilmuan, khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling Islam. Re-alitasnya, sebuah proceeding secara substansi memang kelahirannya seharusnya tidaklah serumit dan sesulit jurnal ilmiah yang syarat dengan standard dan acuan yang harus dipatuhi. Akan tetapi ken-yataannya, seringkali kendala teknis maupun non teknis kerap mewarnai proses pencetusan, hingga penerbitannya. Apalagi harus terbit secara berkala mengiringi setiap kegiatan ilmiah yang terseleng-gara di sebuah institusi. Tentu ini menjadi sebuah hal yang menarik jika bisa diwujudkan. Jadi, dapat menghadirkannya sekali sudah menjadi karya hebat apalagi bisa menerbitkannya secara periodik atau berkala.
Pada edisi terbitan perdana proceeding Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga dari kegiatan Seminar Nasioonal Asosiasi Bimbingan dan Konseling Islam ini hadir dengan harapan redaksi dapat mengundang lebih animo pembaca setia, karena muatan artikel di dalamnya cukup beragam dengan berbagai dinamika dan persoalan yang melingkupi bidang kajian Bimbingan dan Konseling Islam. Khususnya terkait dengan profesionalisme dan keorganisasian profesi Bimbingan dan Konseling Islam yang ada di Indonesia. Dimana sudah memiliki wadah organisasi yang saat ini bernama PABKI (Perkumpulan Ahli Bimb-ingan dan Konseling Islam). Satu hal yang pasti kemunculan proceeding ini, juga tidak lepas dari agenda asosiasi PABKI tersebut yang telah terselengaara di Yogyakarta. Oleh sebab itu, beberapa
iv
artikel yang termuat dalam edisi kali ini, juga berfungsi sebagai respon terhadap kondisi riil yang ter-jadi di lingkungan Bimbingan dan Konseling Islam serta Bimbingan dan Penyuluhan Islam di se-luruh Indonesia. Dimana keduanya berkolaborasi melebur menjadi satu dalam PABKI (Perkumpulan Ahli Bimbingan dan Konseling Islam).
Dalam edisi perdana ini, konstruksi sajian yang ditampilkan, berawal dari konsep teoritis ten-tang profesionalisme Bimbingan dan Konseling Islam, dimana sajian ini dikupas secara detail oleh Prof. Yahya Jaya melalui narasi yang panjang dirunut dari sejarah bidang keilmuan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam) dan BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam) yang keduanya merupakan saudara kembar lahir dari Rahim yang sama Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga. Dimana profesionalisme penyuluh dan konselor Islam harusnya dibangun dari nilai-nilai yang ter-kandung dalam nash Al-Quran dan Al Hadits. Diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata dalam prak-tik profesional yang diakui secara legal maupun oleh masyarakat luas. Kesemuanya termanifestasi dalam trilogi dari profesi, yakni dasar keilmuan, substansi profesi, dan praktik profesi. Dalam kaitan dengan trilogi profesi PPK-Islam maka triloginya adalah 1) ilmu dakwah/tarbiyah dari segi keilmuan, 2) tilawah/pembacaan, tazkiyah/penyucian dan taklimah/pembelajaran dari segi proses, dan 3) prak-tik tilawah, tazkiyah dan taklimah dari segi praktik dakwah dan tarbiyah. Dalam kaitan dengan pela-yanan profesi ada pula trilogi pelayanan sehingga bisa disebut profesional, yaitu cinta (sesama, alam dan Tuhan), kompetensi dan aksi tindakan profesional. Kemudian kata profesional berkaitan dengan profesi yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya serta mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Keprofesionalan dari profesi penyuluh dan konselor Islam, tidaklah akan terasa jikalau dalam proses pencapaiannya, tanpa ada dukungan yang tepat bagi capaian kompetensi para calon-calon pemegang profesi itu sendiri, yakni calon-calon penyuluh dan konselor Islam, yakni mahasiswa BPI/BKI yang tersebar di seluruh Indonesia. Nah dukungan awal terhadap kompetensi calon profes-sional ini adalah keberadaan media pembelajaran yang tepat. Yakni keberadaan laboratorium Bimb-ingan dan Konseling Islam yang mampu menempa kompetensi dan keterampilan konseling dari para calon profesional.
Sebagaimana dijelaskan oleh Anwar Sutoyo pada bagian kedua dari buku proceeding ini. Bahwa, keberadaan laboratorium di suatu jurusan atau program studi di Perguruan Tinggi sangat dibutuhkan, sebab dari sanalah seharusnya pengembangan ilmu, ketrampilan, dan kepribadian civitas akademika (mahasiswa) dilakukan. Namun dalam kenyataannya belum semua jurusan/prodi mempu-
v
nyai laboratirium sesuai dengan yang dibutuhkan, bahkan kalau ada di beberapa kampus baru sebatas ruangan dengan fasilitas yang sangat terbatas dan tujuan serta penanganan yang kurang jelas. Aki-batnya laboratorium itu sekedar ada dan tidak menghasilkan apa-apa, kecuali sekedar formalitas ada. Khususnya bagi jurusan BKI, laboratorium yang dirancang secara spesifik “mungkin” belum ada, kalau sudah ada mungkin di sana-sini masih perlu disesuaikan dengan karakteristik jurusan/prodi BKI yang dalam beberapa hal memang berbeda dengan jurusan/prodi BK pada umumnya, perbedaan itu utamanya berkaitan dengan landasan, orientasi, dan persyaratan penyuluh/konselor BKI
Laboratorium Bimbingan dan Konseling Islamn tersebut selanjutnya akan menjadi titik tolah dari kompetensi professional dari para calon penyuluh dan konselor Islam. Sehingga jika laboratori-um memadai dan mampu memediasi kompetensi profesional, maka dengan sendirinya otomatis akan mampu mendongkrak kompetensi layanan. Sebagaimana dikatakan oleh Nanang Rekto dalam salah satu aplikasi keilmuan BKI adalah di ranah mezzo mikro di lingkup-lingkup komunitas khusus seper-ti di rehabilitasi-rehabilitasi, dimana kondisi tersebut menuntut skill yang spesial sesuai dengan karakteristik konseli sasaran. Apalagi di satu sisi secara kapasitas psikologis sebenarnya mereka su-dah menjadi kelompok rentan mengalami krisis, maka dari itu dalam praktik profesionalisme BKi mereka menuntut kepekaan dan respon yang tepat dalam mensikapinya, serta spesialisasi yang khas pengaplikasiannya.
Hingga kemudian mengerucut pada aplikasi profesionalisme yang luas ke medan mezzo mak-ro yang bisa diterapkan di berbagai latar kehidupan, bidang dan ranah yang sangat luas. Hal ini diulas secara detail oleh Aep Kusnawan sebagai president PABKI yang menjelaskan bahwa aplikasi keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam di berbagai bidang harus dilakukan dengan standard an prosedur yang jelas dan mulai digalakkan. Karena tanpa aplikasi maka keilmuan tidak akan berbuah. Ini memang menjadi tugas berat untuk mendapatkan ruang dan tempat bagi keberadaan penyuluh dan konselor Islam di berbagai bidang kehidupan. Karena ini merupakan titik puncak capaian yang di-harapkan.
Hingga hal yang tak kalah penting adalah publikasi ilmiah dari berbagai capaian aplikasi keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam itu. Karena tanpa adal publikasi, maka keberadaan kita tidak akan disadari dan tidak akan diakui oleh dunia internasional. Maka sebagai professional, pub-likasi karya-karya ilmiah yang kontinyu akan memberikan efek besar bagi pengembangan keilmuan itu sendiri. Demikian ulasan dari Arif Maftuhin.
vi
Hingga akhirnya artikel dalam proceeding ini ditutup oleh profil PABKI (Perkumpulan Ahli Bimbingan dan Konseling Islam) yang disampaikan A Said Hasan Basri. Bahwa PABKI telah ber-hasil mendeklarasikan dirinya di Bandung dan Surabaya, kemudian Transformasi serta pelantikan Pengurus Pusat di Yogyakarta. Akan siap mengawal dan mensupport pengembangan keilmuan serta profesionalisme Penyuluh dan Konselor Islam di berbagai bidang kehidupan.
Demikian pengantar dari kami, terhadap Proceeding Kegiatan Seminar Nasional Asosiasi Bimbingan dan Konseling Islam 10-12 Agustus 2017 di University Hotel Yogyakarta ini kami hantarkan. Semoga ilustrasi narasi yang bersemangat ini dapat menjadi stimulus bagi pembaca yang setia sekaligus budiman untuk lebih jauh dan mendalam lagi membaca setiap detail dari tujuh artikel yang ada pada edisi kali ini. Akhirnya, sebagai kata penutup, “Selamat Kepada PABKI (Perkum-pulan Ahli Bimbingan dan Konseling Islam) yang menjadi wadah profesi bagi penyuluh dan konse-lor Islam di Indonesia. Semoga terus Berjaya dan mantap menopang Program Studi BPI/BKI di se-luruh Indonesia. Kemudian kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan, dan selamat membaca! Terima Kasih.
Yogyakarta, Oktober 2017
Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2017
PENGANTAR EDITOR Alhamdulillahirobbilaalaamiiin, untaian syukur kita haturkan ke Sang Penguasa Ja... more PENGANTAR EDITOR
Alhamdulillahirobbilaalaamiiin, untaian syukur kita haturkan ke Sang Penguasa Jagat Maya Pada, dan Penguasa segala Dzat, Allah Azza wa Jallah. Sang pemberi rahmat dan kebahagiaan di dunia dan akhirat, karena untuk pertama kalinya Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam dapat menghadirkan terbitan special Proceeding, sebagai bentuk komunikasi intelektual secara ilmiah kepada segenap civitas dan pemerhati Bimbingan dan Konseling Islam di seantero dunia, dan di In-donesia khususnya. Proceeding kegiatan Seminar Nasional Asosiasi Bimbingan dan Konseling Islam Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kali-jaga ini, senyatanyasudah ditunggu-tunggu kehadirannya, karena sebuah proceeding akan mem-berikan dampak evaluative yang sangat bernilai bagi mutu sebuah institusi Program Studi dalam me-raih akreditasinya.
Di sisi lain, proceeding juga dapat menjadi warna tersendiri di antara sekian banyak karya ilmiah yang terbit. Seringkali media ini mampu menghadirkan nuansa berbeda dalam mewarnai dinamika studi dan diskusi keilmuan, khususnya di bidang Bimbingan dan Konseling Islam. Re-alitasnya, sebuah proceeding secara substansi memang kelahirannya seharusnya tidaklah serumit dan sesulit jurnal ilmiah yang syarat dengan standard dan acuan yang harus dipatuhi. Akan tetapi ken-yataannya, seringkali kendala teknis maupun non teknis kerap mewarnai proses pencetusan, hingga penerbitannya. Apalagi harus terbit secara berkala mengiringi setiap kegiatan ilmiah yang terseleng-gara di sebuah institusi. Tentu ini menjadi sebuah hal yang menarik jika bisa diwujudkan. Jadi, dapat menghadirkannya sekali sudah menjadi karya hebat apalagi bisa menerbitkannya secara periodik atau berkala.
Pada edisi terbitan perdana proceeding Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga dari kegiatan Seminar Nasioonal Asosiasi Bimbingan dan Konseling Islam ini hadir dengan harapan redaksi dapat mengundang lebih animo pembaca setia, karena muatan artikel di dalamnya cukup beragam dengan berbagai dinamika dan persoalan yang melingkupi bidang kajian Bimbingan dan Konseling Islam. Khususnya terkait dengan profesionalisme dan keorganisasian profesi Bimbingan dan Konseling Islam yang ada di Indonesia. Dimana sudah memiliki wadah organisasi yang saat ini bernama PABKI (Perkumpulan Ahli Bimb-ingan dan Konseling Islam). Satu hal yang pasti kemunculan proceeding ini, juga tidak lepas dari agenda asosiasi PABKI tersebut yang telah terselengaara di Yogyakarta. Oleh sebab itu, beberapa
iv
artikel yang termuat dalam edisi kali ini, juga berfungsi sebagai respon terhadap kondisi riil yang ter-jadi di lingkungan Bimbingan dan Konseling Islam serta Bimbingan dan Penyuluhan Islam di se-luruh Indonesia. Dimana keduanya berkolaborasi melebur menjadi satu dalam PABKI (Perkumpulan Ahli Bimbingan dan Konseling Islam).
Dalam edisi perdana ini, konstruksi sajian yang ditampilkan, berawal dari konsep teoritis ten-tang profesionalisme Bimbingan dan Konseling Islam, dimana sajian ini dikupas secara detail oleh Prof. Yahya Jaya melalui narasi yang panjang dirunut dari sejarah bidang keilmuan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam) dan BPI (Bimbingan dan Penyuluhan Islam) yang keduanya merupakan saudara kembar lahir dari Rahim yang sama Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga. Dimana profesionalisme penyuluh dan konselor Islam harusnya dibangun dari nilai-nilai yang ter-kandung dalam nash Al-Quran dan Al Hadits. Diaplikasikan ke dalam kehidupan nyata dalam prak-tik profesional yang diakui secara legal maupun oleh masyarakat luas. Kesemuanya termanifestasi dalam trilogi dari profesi, yakni dasar keilmuan, substansi profesi, dan praktik profesi. Dalam kaitan dengan trilogi profesi PPK-Islam maka triloginya adalah 1) ilmu dakwah/tarbiyah dari segi keilmuan, 2) tilawah/pembacaan, tazkiyah/penyucian dan taklimah/pembelajaran dari segi proses, dan 3) prak-tik tilawah, tazkiyah dan taklimah dari segi praktik dakwah dan tarbiyah. Dalam kaitan dengan pela-yanan profesi ada pula trilogi pelayanan sehingga bisa disebut profesional, yaitu cinta (sesama, alam dan Tuhan), kompetensi dan aksi tindakan profesional. Kemudian kata profesional berkaitan dengan profesi yang memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya serta mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Keprofesionalan dari profesi penyuluh dan konselor Islam, tidaklah akan terasa jikalau dalam proses pencapaiannya, tanpa ada dukungan yang tepat bagi capaian kompetensi para calon-calon pemegang profesi itu sendiri, yakni calon-calon penyuluh dan konselor Islam, yakni mahasiswa BPI/BKI yang tersebar di seluruh Indonesia. Nah dukungan awal terhadap kompetensi calon profes-sional ini adalah keberadaan media pembelajaran yang tepat. Yakni keberadaan laboratorium Bimb-ingan dan Konseling Islam yang mampu menempa kompetensi dan keterampilan konseling dari para calon profesional.
Sebagaimana dijelaskan oleh Anwar Sutoyo pada bagian kedua dari buku proceeding ini. Bahwa, keberadaan laboratorium di suatu jurusan atau program studi di Perguruan Tinggi sangat dibutuhkan, sebab dari sanalah seharusnya pengembangan ilmu, ketrampilan, dan kepribadian civitas akademika (mahasiswa) dilakukan. Namun dalam kenyataannya belum semua jurusan/prodi mempu-
v
nyai laboratirium sesuai dengan yang dibutuhkan, bahkan kalau ada di beberapa kampus baru sebatas ruangan dengan fasilitas yang sangat terbatas dan tujuan serta penanganan yang kurang jelas. Aki-batnya laboratorium itu sekedar ada dan tidak menghasilkan apa-apa, kecuali sekedar formalitas ada. Khususnya bagi jurusan BKI, laboratorium yang dirancang secara spesifik “mungkin” belum ada, kalau sudah ada mungkin di sana-sini masih perlu disesuaikan dengan karakteristik jurusan/prodi BKI yang dalam beberapa hal memang berbeda dengan jurusan/prodi BK pada umumnya, perbedaan itu utamanya berkaitan dengan landasan, orientasi, dan persyaratan penyuluh/konselor BKI
Laboratorium Bimbingan dan Konseling Islamn tersebut selanjutnya akan menjadi titik tolah dari kompetensi professional dari para calon penyuluh dan konselor Islam. Sehingga jika laboratori-um memadai dan mampu memediasi kompetensi profesional, maka dengan sendirinya otomatis akan mampu mendongkrak kompetensi layanan. Sebagaimana dikatakan oleh Nanang Rekto dalam salah satu aplikasi keilmuan BKI adalah di ranah mezzo mikro di lingkup-lingkup komunitas khusus seper-ti di rehabilitasi-rehabilitasi, dimana kondisi tersebut menuntut skill yang spesial sesuai dengan karakteristik konseli sasaran. Apalagi di satu sisi secara kapasitas psikologis sebenarnya mereka su-dah menjadi kelompok rentan mengalami krisis, maka dari itu dalam praktik profesionalisme BKi mereka menuntut kepekaan dan respon yang tepat dalam mensikapinya, serta spesialisasi yang khas pengaplikasiannya.
Hingga kemudian mengerucut pada aplikasi profesionalisme yang luas ke medan mezzo mak-ro yang bisa diterapkan di berbagai latar kehidupan, bidang dan ranah yang sangat luas. Hal ini diulas secara detail oleh Aep Kusnawan sebagai president PABKI yang menjelaskan bahwa aplikasi keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam di berbagai bidang harus dilakukan dengan standard an prosedur yang jelas dan mulai digalakkan. Karena tanpa aplikasi maka keilmuan tidak akan berbuah. Ini memang menjadi tugas berat untuk mendapatkan ruang dan tempat bagi keberadaan penyuluh dan konselor Islam di berbagai bidang kehidupan. Karena ini merupakan titik puncak capaian yang di-harapkan.
Hingga hal yang tak kalah penting adalah publikasi ilmiah dari berbagai capaian aplikasi keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam itu. Karena tanpa adal publikasi, maka keberadaan kita tidak akan disadari dan tidak akan diakui oleh dunia internasional. Maka sebagai professional, pub-likasi karya-karya ilmiah yang kontinyu akan memberikan efek besar bagi pengembangan keilmuan itu sendiri. Demikian ulasan dari Arif Maftuhin.
vi
Hingga akhirnya artikel dalam proceeding ini ditutup oleh profil PABKI (Perkumpulan Ahli Bimbingan dan Konseling Islam) yang disampaikan A Said Hasan Basri. Bahwa PABKI telah ber-hasil mendeklarasikan dirinya di Bandung dan Surabaya, kemudian Transformasi serta pelantikan Pengurus Pusat di Yogyakarta. Akan siap mengawal dan mensupport pengembangan keilmuan serta profesionalisme Penyuluh dan Konselor Islam di berbagai bidang kehidupan.
Demikian pengantar dari kami, terhadap Proceeding Kegiatan Seminar Nasional Asosiasi Bimbingan dan Konseling Islam 10-12 Agustus 2017 di University Hotel Yogyakarta ini kami hantarkan. Semoga ilustrasi narasi yang bersemangat ini dapat menjadi stimulus bagi pembaca yang setia sekaligus budiman untuk lebih jauh dan mendalam lagi membaca setiap detail dari tujuh artikel yang ada pada edisi kali ini. Akhirnya, sebagai kata penutup, “Selamat Kepada PABKI (Perkum-pulan Ahli Bimbingan dan Konseling Islam) yang menjadi wadah profesi bagi penyuluh dan konse-lor Islam di Indonesia. Semoga terus Berjaya dan mantap menopang Program Studi BPI/BKI di se-luruh Indonesia. Kemudian kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan, dan selamat membaca! Terima Kasih.
Yogyakarta, Oktober 2017