Salim Rosyadi | UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten (original) (raw)

Papers by Salim Rosyadi

Research paper thumbnail of Melacak Validitas Hadis Ḍa‘Īf Dalam Pemikiran Imām Aḥmad Ibn Ḥanbal Dan Imām Abū Dāwūd

Holistic al-Hadis

Ḍa‘īf adalah lawan dari kata al-qawiy, yang berarti “lemah” , maka sebutan hadis ḍa‘īf dari segi ... more Ḍa‘īf adalah lawan dari kata al-qawiy, yang berarti “lemah” , maka sebutan hadis ḍa‘īf dari segi bahasa berarti hadis yang lemah atau hadis yang tidak kuat. Sedangkan secara istilah diantara para ulama terdapat perbedaan rumusan dan mendefinisikan hadis ḍa‘īf ini. Banyak perbedaan pendapat antara ulama Muhaddiṡin dengan para fuqoha mengenai masalah periwayatan dan pengamalannya, ada yang membolehkan mengamalkan hadis ḍa‘īf dan ada juga yang melarang mengamalkan hadis ḍa‘īf. Imām Aḥmad dan Imām Abū Dāwūd termasuk ulama yang membolehkan mengamalkan hadis ḍa‘īf. Keduanya membolehkan jika dalam permasalahan faḍail al- ‘amal dan selagi tidak ada hadis lain yang menerangkannya. Sedangkan dalam perbedaan pendapat antara Imām Aḥmad Ibn Ḥanbal bahwa hadis da‘īf itu lebih disukai dari pada pendapat para ulama, sedangkan menurut Imām Abū Dāwūd ia berpendapat bahwa hadis Ḍa‘īf itu lebih kuat dari pada pendapat para ulama.

Research paper thumbnail of SEJARAH PERKEMBANGAN TAFIR ERA KENABIAN

Al-Qur"an merupakan kalam Allah Swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jib... more Al-Qur"an merupakan kalam Allah Swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril yang diturunkan secara mutawatir dalam bahasa Arab. Dan sebagai penyempurna dari kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan sebelumnya, Al-Qur"an memuat dasar-dasar ajaran islam yang didalamnya berisi tentang segala perintah dan larangan.

Research paper thumbnail of METODOLOGI PENULISAN TAFSIR AL-AHKAM

kELOMPOK II (Dosen Pengampu: Salim Rosyadi), 2020

Ayu Septianingsih (191320003) Marfu'ah (191320037) Dosen pengampu : Salim Rosyadi M.Ag METODOLOGI... more Ayu Septianingsih (191320003) Marfu'ah (191320037) Dosen pengampu : Salim Rosyadi M.Ag METODOLOGI PENULISAN TAFSIR AL-AHKAM PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an secara etimologi merupakan isim mashdar yang memiliki arti al-qira'ah (bacaan). Adapun secara terminologi al-Qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafal Arab, yang diturunkan secara mutawatir, ditulis dalam mushaf yang di awali dengan Surah Al-fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas. Al-Qur'an sebagai petunjuk dan sumber hukum Islam senantiasa menjadi rujukan bagi setiap kehidupan umat Islam. Petunjuk Allah dalam al-Qur'an tetap akan relevan dalam setiap kondisi dan situasi apapun, dengan demikian dorongan untuk memahami al-Qur'an menjadi suatu keharusan. Sehingga pemahaman makna-makna ayat al-Qur'an merupakan modal utama untuk memahami petunjuk Allah melalui firmanNya. Bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an adalah bahasa Arab. Keindahan bahasanya tidak diragukan lagi, ada banyak perumpamaan dan kalimat tersirat, sehingga tafsir terhadap al-Qur'an diperlukan untuk membuat umat Islam semakin paham atas kandungan di dalamnya. Munculnya ilmu tafsir dengan seperangkat metodologi yang terus berkembang menjadi bukti signifikasi pemahaman terhadap makna al-Qur'an. Di samping itu kedudukan al-Qur'an sebagai sumber hukum menempatkannya pada sebagai sumber primer hukum Islam, sebagaimana kitab suci lainnya, al-Qur'an mengandung ajaran-ajaran yang mengikat dengan berbagai petunjuk kehidupan dan ketentuan hukum yang ada di dalam setiap ayatnya. Definisi kata tafsir secara etimologi adalah menjelaskan sesuatu. Agar dapat memahami ajaran dalam al-Qur'an secara mendalam, tafsir akan menjelaskan kalimat-kalimat atau kata yang tersirat serta dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan. Masih banyak ayat-ayat di dalam al-Qur'an yang dijelaskan dalam garis besar, sehingga membutuhkan penafsiran yang lebih rinci. Tafsir terus tumbuh pesat dari masa ke masa mengikuti zaman guna untuk menjawab segala kebutuhan manusia, sampai pada akhirnya tafsir menjadi disiplin ilmu tersendiri, menjadi

Research paper thumbnail of RRA DAN PRA: DUA MODEL PEMETAAN MASALAH SECARA KRITIS DALAM PAR

Salim Roasyadi, 2020

Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator A... more Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator Action Research (PAR) selanjutnya dalam hal ini akan dibahas pada alur menelusuran lapangan untuk mengetahui pemetaan masalah secara ktiris dalam melakukan penelitian.
Untuk melakukan penelusuran kepada masyarakat, dalam PAR ini di antaranya dikenal dengan istilah teknik Rapid Rular Aprasial (RRA) dan Teknik Partisipatory Rural Aprasial (PRA). Kedua Teknik tersebut sebetulnya guna menggali informasi yang utuh dalam melakukan penelitian, sekaligus juga menggali potensi yang ada dalam masyarakat yang selajutnya dilakukan dalam upaya membangun kedaulatan sosial dan struktural pada objek kajiannya.
Secara definitif, teknik RRA ini merupakan proses melakukan pengkajian wilayah yang akan diteliti, di mana tujuannya untuk mendapatkan gambaran secara general terkait kondisi wilayah dan masyarakatnya untuk menjadi pijakan dalam melakukan riset. Tentu dalam melakukan Teknik RRA ini perlu didukung dengan data-data yang lengkap dan falid. Hal ini untuk menghindari informasi yang didapatkan secara parsial yang tentunya akan mempengaruhi hasil yang didapatkan dari PAR.
Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang lengkap dalam RRA, maka seorang peneliti penting untuk mengetahui human capial, natural capital, financial capital, sosial capital, infrastructure capital dan cultural capital. Proses melakukan pengkajian wilayah pada teknik RRA ini secara epektif dapat ditempuh tiga sampai 5 minggu. Namun yang penting diperhatikan dalam aspek ini adalah mencari sesuatu yang dianggap strategis untuk membangun perubahan, sehingga tujuan dari PAR ini dapat tercapai yaitu untuk melakukan transformasi sosial.
Setelah melakukan pengamatan dan pengkajian wilayah secara umum, selanjutnya dilakukan Partisipatory Rural Aprasial (PRA) yaitu Teknik untuk mengkaji petensi dan permasalahan wilayah yang dilakukan pada suatu kelompok masyarakat. Di mana tujuannya untuk menganalisis problem sosial yang ada guna memperoleh solusinya.
Dalam melakukan PRA ini, dapat ditempuh dengan langkah-langkat di antaranya: Pertama, Fokus Goup Discussion (FGD) yang melibatkan tokoh-tokoh penting dan berpengaruh. Dalam diskusi ini tidak diperlukan seluruh elemen masyarakat, melainkan cukup 11-12 orang perwakilan.
Dalam melakukan mapping ini, dilibatkan juga mesyarakat untuk mengetahui gejala-gejala sosial, masalah-masalah dan mendalami pengalaman saat mengatasi masalah. Setelah itu masyarakat diajak untuk berdiskusi dan diajak menyimpulkan hasil pembicaraannya, tidak lupa pula melakuan pencatatan.

Research paper thumbnail of RRA DAN PRA: DUA MODEL PEMETAAN MASALAH SECARA KRITIS DALAM PAR

Salim Rosyadi, 2020

Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator A... more Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator Action Research (PAR) selanjutnya dalam hal ini akan dibahas pada alur menelusuran lapangan untuk mengetahui pemetaan masalah secara ktiris dalam melakukan penelitian. Untuk melakukan penelusuran kepada masyarakat, dalam PAR ini di antaranya dikenal dengan istilah teknik Rapid Rular Aprasial (RRA) dan Teknik Partisipatory Rural Aprasial (PRA). Kedua Teknik tersebut sebetulnya guna menggali informasi yang utuh dalam melakukan penelitian, sekaligus juga menggali potensi yang ada dalam masyarakat yang selajutnya dilakukan dalam upaya membangun kedaulatan sosial dan struktural pada objek kajiannya. Secara definitif, teknik RRA ini merupakan proses melakukan pengkajian wilayah yang akan diteliti, di mana tujuannya untuk mendapatkan gambaran secara general terkait kondisi wilayah dan masyarakatnya untuk menjadi pijakan dalam melakukan riset. Tentu dalam melakukan Teknik RRA ini perlu didukung dengan data-data yang lengkap dan falid. Hal ini untuk menghindari informasi yang didapatkan secara parsial yang tentunya akan mempengaruhi hasil yang didapatkan dari PAR. Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang lengkap dalam RRA, maka seorang peneliti penting untuk mengetahui human capial, natural capital, financial capital, sosial capital, infrastructure capital dan cultural capital. Proses melakukan pengkajian wilayah pada teknik RRA ini secara epektif dapat ditempuh tiga sampai 5 minggu. Namun yang penting diperhatikan dalam aspek ini adalah mencari sesuatu yang dianggap strategis untuk membangun perubahan, sehingga tujuan dari PAR ini dapat tercapai yaitu untuk melakukan transformasi sosial. Setelah melakukan pengamatan dan pengkajian wilayah secara umum, selanjutnya dilakukan Partisipatory Rural Aprasial (PRA) yaitu Teknik untuk mengkaji petensi dan permasalahan wilayah yang dilakukan pada suatu kelompok masyarakat. Di mana tujuannya untuk menganalisis problem sosial yang ada guna memperoleh solusinya. Dalam melakukan PRA ini, dapat ditempuh dengan langkah-langkat di antaranya: Pertama, Fokus Goup Discussion (FGD) yang melibatkan tokoh-tokoh penting dan berpengaruh. Dalam diskusi ini tidak diperlukan seluruh elemen masyarakat, melainkan cukup 11-12 orang perwakilan. Dalam melakukan mapping ini, dilibatkan juga mesyarakat untuk mengetahui gejala-gejala sosial, masalah-masalah dan mendalami pengalaman saat mengatasi masalah. Setelah itu masyarakat diajak untuk berdiskusi dan diajak menyimpulkan hasil pembicaraannya, tidak lupa pula melakuan pencatatan.

Research paper thumbnail of RRA DAN PRA: DUA MODEL PEMETAAN MASALAH SECARA KRITIS DALAM PAR

Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator A... more Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator Action Research (PAR) selanjutnya dalam hal ini akan dibahas pada alur menelusuran lapangan untuk mengetahui pemetaan masalah secara ktiris dalam melakukan penelitian.

Research paper thumbnail of KONSTRUKSI HERMENEUTIKA OBJEKTIF AL-QUR’AN DALAM PEMIKIRAN NASHR HAMID ABU ZAYD

salim rosyadi, 2020

Abstraksi: Beberapa pemikir modern menganggap, karya tafsir kalsik yang berkembang terlalu berkut... more Abstraksi: Beberapa pemikir modern menganggap, karya tafsir kalsik yang berkembang terlalu berkutat pada wilayah tekstualitas dan kurang menyentuh aspek kontekstual. Sehingga, hal ini dianggap perlu membangun metode dalam menjawab problematika kehidupan, sebagaimana al-Qur'an hadir diperuntukannya. Hermeneutika, ilmu yang berkembang dari cabang filsafat dianggap solusi menafsirkan al-Qur'an sebagai pembacaan produktif-kontekstual bagi pemikiran Nashr Hamid Abu Zayd. Dengan pendekatan kritik sastra dalam muatan hermeneutika objektif inilah, Zayd mengkonstruksi bacaan secara nalar kirik historis, nalar ktirik teks, dan nalar kritik konteks. Bangunan hermeneutika tersebut telah membawa kepada kalayak dalam upaya memahami Al-Qur'an dengan objektif dan terhindar dari pembacaan ideologis (talwín). Kata kunci: Abu Zayd, Hermeneutika Objektif, Al-Qur'an. A. Pendahuluan Membincang hermeneutika pada kancah keilmuan, telah menjadi suatu aliran tersendiri sebagai disiplin bagian dari cabang Filsafat. Pada awal perkembangannya, kerangka epistemologi Hermeneutika hanyalah sebagai "alat" untuk menafsir pada wilayah yang berkaitan dengan teks Eksegesis saja. Namun seiring perkembangan dalam pemikiran modern, hermeneutika sebagai cara mengungkap teks-teks kesejarahan, kesusastraan dan sosial. Hal ini seperti dilihat dalam lintas pemikiranya Umberto Eco, Gadamer, E.Betty, P.Ricoeur, Heidegger, Habermas, dan Derrida. Sementara di sisi lain, bagi sebagian pemikir muslim modern, tampaknya hermeneutika menjadi ilmu yang menarik sebagai cara menafsirkan al-Qur'an, hal ini dikarenakan beberapa tafsir yang sudah berkembang kurang begitu menyentuh dalam problem kehidupan sosial. Padahal prinsipnya, sekalipun al-Qur'an diturunkan di masa lalu, dengan konteks dan sosial budaya tertentu, sesungguhnya ia mengandung nilai-nilai universal yang akan selalu relevan dalam setiap zaman dan tempat (0 2 0 B al-Qur'an Shah hun li kulli 0 2 0 3 0 2 0 3 zam n wa mak n). Karena itu, seyogyanya Ia harus ditafsirkan sesuai dengan tuntutan zaman. 1 Dengan kata lain menurut Amin Abdullah, jika terdapat problem-problem kontemporer dewasa ini, maka ia harus dipecahkan dengan kacamata keilmuan kontemporer, karena jika dipecahkan dengan menggunakan metode yang dahulu yang jelas berbeda dengan problem yang kita hadapi sekarang ini, maka itu merupakan sebuah kemunduran. 2 Konsekwensinya, mengembangkan konstruksi penafsiran yang multidimensi dan hermeneutis merupakan keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Apalagi dalam peta pemikiran ilmu-ilmu keislaman modern, persoalan metodologi merupakan ilmu yang selalu terbuka untuk diperbaharui dan dikembangkan (ghair an-nadhj). Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika 1 1 Muhammad Syahrur, 0 2 0 3 Al-Kit b wa al-Qur'an: 0 2 0 3 Qira'ah al-Mu' shirah, (0 2 0 B

Research paper thumbnail of KONSEP KUASA MANUSIA DALAM SKETSA TAFSIR TEMATIK AL-QUR'AN

SALIM ROSYADI, 2020

A. Pendahuluan Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk m... more A. Pendahuluan Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki perbendaharaan yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para ahli di bidang keruhanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian-bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut tatacara kita sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang mempelajari manusia-kepada diri mereka-hingga kini masih tetap tanpa jawaban. 1 Manusia hanya mengetahui sedikit saja tentang dirinya. Banyaknya penelitian belum mampu mengungkapkan hakikat manusia secara utuh dan menyeluruh. Belum lagi, banyaknya perdebatan dan pertentangan dalam menafsirkan hakikat manusia semakin menambah kesulitan manusia untuk memahami hakikat dirinya. Agama ikut berperan aktif dalam menafsirkan manusia. Dalam tingkat tertinggi, agama melihat manusia sebagai makhluk penyembah yang mampu menghidupkan Tuhan sebagai kekuatan dalam agama. Ini adalah perspektif agama tentang fungsi dan tujuan manusia diciptakan. Agama juga melihat manusia sebagai makhluk yang tersusun dari unsur materi dan unsur imateri. Sebagai makhluk yang berunsur materi, manusia mempunyai tubuh sebagai media bagi kehidupan. Sebagai makhluk yang berunsur imateri, manusia mempunyai ruh. Ruh ini adalah kekuatan bagi manusia. Lebih tepatnya ruh ini disebut sebagai daya. Daya bagi manusia terbagi dua. Pertama adalah daya rasa yang kira-kira letaknya di sekitar dada. Jika diasah dengan baik, daya rasa bisa mempertajam hati nurani (dan keimanan). Kedua adalah daya pikir yang berada di Dalam agama, relasi antara kedaulatan Tuhan dan manusia menjadi kajian teologi. Di antaranya, Asy"ari mengembangkan pertanyaan tentang hubungan kekuasaan Tuhan dengan tindakan-tindakan manusia. 2 Hubungan ini mengkaji tentang apakah manusia mempunyai kekuasaan dan kuasa bebas dalam semua tindakannya. Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan memfokuskan pada studi tentang kemampuan dan kuasa dalam diri manusia.

Research paper thumbnail of RAUDHATUL 'IRFAN FI MA'ARIFATI AL-QUR'AN: Mahakarya Tafsir Sunda KH Ahmad Sanusi Oleh: Salim Rosyadi

Salim Rosyadi, 2019

Gambar1: Tafsir raudhatul 'Irfan Fi Ma'arifati al-Qur'an1 A. Pendahuluan Agama merupakan wadah ag... more Gambar1: Tafsir raudhatul 'Irfan Fi Ma'arifati al-Qur'an1 A. Pendahuluan Agama merupakan wadah agar manusia tidak rancu dalam menyusuri jalan hidupnya, dan setiap agama mempunyai bukti konkrit yang berupa kitab suci untuk menuntun jalannya manusia itu kejalan yang benar. Akan tetapi agama harus mampu menselaraskan dengan perkembangan jaman agar tercapai cita-citanya untuk menuntun manusia. Dengan menselaraskan perkembangan jaman, manusialah yang harus ikut andil dalam agama itu, dan manusialah yang harus menselaraskan dengan agama. Dengan demikian banyaklah para Mufassir disetiap agama. Salah satunya agama Islam yang Kitab sucinya al-Quran.2 Dimasa Rasulullah SAW, nabi Muhammad SAW adalah penafsir tunggal. Para sahabat waktu itu selalu menanyakan kepada Nabi SAW ketika ada suatu persoalan yang sukar untuk diselesaikan. Dan dimasa Tabi'in banyak sekali para ulama menafsirkan al-Quran, dikarenakan mereka mendapatkan suatu tantangan persoalan di masyarakat. Kemudian di Nusantara khususnya di Indonesia banyak ulama yang menafsirkan al-Quran dikarenakan pula ada suatu tantangan dimasyarakat. Ulama Indonesia terbebani oleh Masyarakatnya dikarenakan Indonesia adalah negara multikultural, yang berbeda budaya, berbeda ras atau etnis serta pula berbeda bahasa. Hingga akhirnya masing-masing para ulama membuat tafsir sendiri di ranah sosialnya sendiri. Salah satunya ialah KH ahmad Sanusi yang mengarang Kitab Tafsir Raudhah al-Irfan fi Ma'rifat al-Quran. Kiai Ahmad sanusi mengarang tafsirnya dengan bahasa setempatnya yakni bahasa sunda, karena untuk mempermudah masyarakat dengan memahami makna isi kandungan al-Quran.

Research paper thumbnail of ABSTRAKSI Salim Rosyadi :Epistemologi Ta'wil al-Qur'an (Studi Komparasi Pemikiran Ibnu 'Arabi dan Nashr Hamid Abu Zayd

Research paper thumbnail of ABSTRAKSI Salim Rosyadi :Epistemologi Ta'wil al-Qur'an (Studi Komparasi Pemikiran Ibnu 'Arabi dan Nashr Hamid Abu Zayd

Books by Salim Rosyadi

Research paper thumbnail of Menanam Kembali Moderasi Beragama dalam Untuk Merajut Bingkai Pluralitas Hukum Islam

Teras Karsa, 2020

Fundamentalisme keberagamaan yang berpotensi pada radikalisme dan terorisme beragama, menjadi per... more Fundamentalisme keberagamaan yang berpotensi pada radikalisme dan terorisme beragama, menjadi persoalan serius yang dihadapi bangsa ini. Fenomena ini terjadi disebabkan kemunculan tokoh agama dan intelektual yang instan, pragmatis, silsilah dan kapasitas keilmuan keagamaan yang tidak jelas dan berorientasi pada politik ideologi, bahkan memiliki pengaruh massa yang luar biasa melalui jejaring media sosial. Konten dan video melalui internet (website, youtube) dan media sosial (whatsapp, facebook, instagram, twitter) telah menjadikan tokoh-tokoh agama baru itu sebagai rujukan bagi keberagamaan masyarakat Indonesia. Ironisnya, tidak jarang konten narasi dan video keagamaan yang beredar berisi ujaran kebencian (hate speech), berita bohong (hoax), dan sentimen-sentimen politik identitas, semisal fanatisme agama, suku, agma, ras dan antargolongan, yang bisa mengancam keutuhan bangunan kebangsaan yang sudah disepakati bersama oleh founding fathers dan founding mothers bangsa ini.

Research paper thumbnail of Melacak Validitas Hadis Ḍa‘Īf Dalam Pemikiran Imām Aḥmad Ibn Ḥanbal Dan Imām Abū Dāwūd

Holistic al-Hadis

Ḍa‘īf adalah lawan dari kata al-qawiy, yang berarti “lemah” , maka sebutan hadis ḍa‘īf dari segi ... more Ḍa‘īf adalah lawan dari kata al-qawiy, yang berarti “lemah” , maka sebutan hadis ḍa‘īf dari segi bahasa berarti hadis yang lemah atau hadis yang tidak kuat. Sedangkan secara istilah diantara para ulama terdapat perbedaan rumusan dan mendefinisikan hadis ḍa‘īf ini. Banyak perbedaan pendapat antara ulama Muhaddiṡin dengan para fuqoha mengenai masalah periwayatan dan pengamalannya, ada yang membolehkan mengamalkan hadis ḍa‘īf dan ada juga yang melarang mengamalkan hadis ḍa‘īf. Imām Aḥmad dan Imām Abū Dāwūd termasuk ulama yang membolehkan mengamalkan hadis ḍa‘īf. Keduanya membolehkan jika dalam permasalahan faḍail al- ‘amal dan selagi tidak ada hadis lain yang menerangkannya. Sedangkan dalam perbedaan pendapat antara Imām Aḥmad Ibn Ḥanbal bahwa hadis da‘īf itu lebih disukai dari pada pendapat para ulama, sedangkan menurut Imām Abū Dāwūd ia berpendapat bahwa hadis Ḍa‘īf itu lebih kuat dari pada pendapat para ulama.

Research paper thumbnail of SEJARAH PERKEMBANGAN TAFIR ERA KENABIAN

Al-Qur"an merupakan kalam Allah Swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jib... more Al-Qur"an merupakan kalam Allah Swt yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril yang diturunkan secara mutawatir dalam bahasa Arab. Dan sebagai penyempurna dari kitab-kitab Allah yang pernah diturunkan sebelumnya, Al-Qur"an memuat dasar-dasar ajaran islam yang didalamnya berisi tentang segala perintah dan larangan.

Research paper thumbnail of METODOLOGI PENULISAN TAFSIR AL-AHKAM

kELOMPOK II (Dosen Pengampu: Salim Rosyadi), 2020

Ayu Septianingsih (191320003) Marfu'ah (191320037) Dosen pengampu : Salim Rosyadi M.Ag METODOLOGI... more Ayu Septianingsih (191320003) Marfu'ah (191320037) Dosen pengampu : Salim Rosyadi M.Ag METODOLOGI PENULISAN TAFSIR AL-AHKAM PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an secara etimologi merupakan isim mashdar yang memiliki arti al-qira'ah (bacaan). Adapun secara terminologi al-Qur'an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafal Arab, yang diturunkan secara mutawatir, ditulis dalam mushaf yang di awali dengan Surah Al-fatihah dan diakhiri dengan Surah An-Nas. Al-Qur'an sebagai petunjuk dan sumber hukum Islam senantiasa menjadi rujukan bagi setiap kehidupan umat Islam. Petunjuk Allah dalam al-Qur'an tetap akan relevan dalam setiap kondisi dan situasi apapun, dengan demikian dorongan untuk memahami al-Qur'an menjadi suatu keharusan. Sehingga pemahaman makna-makna ayat al-Qur'an merupakan modal utama untuk memahami petunjuk Allah melalui firmanNya. Bahasa yang digunakan dalam Al-Qur'an adalah bahasa Arab. Keindahan bahasanya tidak diragukan lagi, ada banyak perumpamaan dan kalimat tersirat, sehingga tafsir terhadap al-Qur'an diperlukan untuk membuat umat Islam semakin paham atas kandungan di dalamnya. Munculnya ilmu tafsir dengan seperangkat metodologi yang terus berkembang menjadi bukti signifikasi pemahaman terhadap makna al-Qur'an. Di samping itu kedudukan al-Qur'an sebagai sumber hukum menempatkannya pada sebagai sumber primer hukum Islam, sebagaimana kitab suci lainnya, al-Qur'an mengandung ajaran-ajaran yang mengikat dengan berbagai petunjuk kehidupan dan ketentuan hukum yang ada di dalam setiap ayatnya. Definisi kata tafsir secara etimologi adalah menjelaskan sesuatu. Agar dapat memahami ajaran dalam al-Qur'an secara mendalam, tafsir akan menjelaskan kalimat-kalimat atau kata yang tersirat serta dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan. Masih banyak ayat-ayat di dalam al-Qur'an yang dijelaskan dalam garis besar, sehingga membutuhkan penafsiran yang lebih rinci. Tafsir terus tumbuh pesat dari masa ke masa mengikuti zaman guna untuk menjawab segala kebutuhan manusia, sampai pada akhirnya tafsir menjadi disiplin ilmu tersendiri, menjadi

Research paper thumbnail of RRA DAN PRA: DUA MODEL PEMETAAN MASALAH SECARA KRITIS DALAM PAR

Salim Roasyadi, 2020

Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator A... more Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator Action Research (PAR) selanjutnya dalam hal ini akan dibahas pada alur menelusuran lapangan untuk mengetahui pemetaan masalah secara ktiris dalam melakukan penelitian.
Untuk melakukan penelusuran kepada masyarakat, dalam PAR ini di antaranya dikenal dengan istilah teknik Rapid Rular Aprasial (RRA) dan Teknik Partisipatory Rural Aprasial (PRA). Kedua Teknik tersebut sebetulnya guna menggali informasi yang utuh dalam melakukan penelitian, sekaligus juga menggali potensi yang ada dalam masyarakat yang selajutnya dilakukan dalam upaya membangun kedaulatan sosial dan struktural pada objek kajiannya.
Secara definitif, teknik RRA ini merupakan proses melakukan pengkajian wilayah yang akan diteliti, di mana tujuannya untuk mendapatkan gambaran secara general terkait kondisi wilayah dan masyarakatnya untuk menjadi pijakan dalam melakukan riset. Tentu dalam melakukan Teknik RRA ini perlu didukung dengan data-data yang lengkap dan falid. Hal ini untuk menghindari informasi yang didapatkan secara parsial yang tentunya akan mempengaruhi hasil yang didapatkan dari PAR.
Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang lengkap dalam RRA, maka seorang peneliti penting untuk mengetahui human capial, natural capital, financial capital, sosial capital, infrastructure capital dan cultural capital. Proses melakukan pengkajian wilayah pada teknik RRA ini secara epektif dapat ditempuh tiga sampai 5 minggu. Namun yang penting diperhatikan dalam aspek ini adalah mencari sesuatu yang dianggap strategis untuk membangun perubahan, sehingga tujuan dari PAR ini dapat tercapai yaitu untuk melakukan transformasi sosial.
Setelah melakukan pengamatan dan pengkajian wilayah secara umum, selanjutnya dilakukan Partisipatory Rural Aprasial (PRA) yaitu Teknik untuk mengkaji petensi dan permasalahan wilayah yang dilakukan pada suatu kelompok masyarakat. Di mana tujuannya untuk menganalisis problem sosial yang ada guna memperoleh solusinya.
Dalam melakukan PRA ini, dapat ditempuh dengan langkah-langkat di antaranya: Pertama, Fokus Goup Discussion (FGD) yang melibatkan tokoh-tokoh penting dan berpengaruh. Dalam diskusi ini tidak diperlukan seluruh elemen masyarakat, melainkan cukup 11-12 orang perwakilan.
Dalam melakukan mapping ini, dilibatkan juga mesyarakat untuk mengetahui gejala-gejala sosial, masalah-masalah dan mendalami pengalaman saat mengatasi masalah. Setelah itu masyarakat diajak untuk berdiskusi dan diajak menyimpulkan hasil pembicaraannya, tidak lupa pula melakuan pencatatan.

Research paper thumbnail of RRA DAN PRA: DUA MODEL PEMETAAN MASALAH SECARA KRITIS DALAM PAR

Salim Rosyadi, 2020

Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator A... more Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator Action Research (PAR) selanjutnya dalam hal ini akan dibahas pada alur menelusuran lapangan untuk mengetahui pemetaan masalah secara ktiris dalam melakukan penelitian. Untuk melakukan penelusuran kepada masyarakat, dalam PAR ini di antaranya dikenal dengan istilah teknik Rapid Rular Aprasial (RRA) dan Teknik Partisipatory Rural Aprasial (PRA). Kedua Teknik tersebut sebetulnya guna menggali informasi yang utuh dalam melakukan penelitian, sekaligus juga menggali potensi yang ada dalam masyarakat yang selajutnya dilakukan dalam upaya membangun kedaulatan sosial dan struktural pada objek kajiannya. Secara definitif, teknik RRA ini merupakan proses melakukan pengkajian wilayah yang akan diteliti, di mana tujuannya untuk mendapatkan gambaran secara general terkait kondisi wilayah dan masyarakatnya untuk menjadi pijakan dalam melakukan riset. Tentu dalam melakukan Teknik RRA ini perlu didukung dengan data-data yang lengkap dan falid. Hal ini untuk menghindari informasi yang didapatkan secara parsial yang tentunya akan mempengaruhi hasil yang didapatkan dari PAR. Untuk memenuhi kebutuhan informasi yang lengkap dalam RRA, maka seorang peneliti penting untuk mengetahui human capial, natural capital, financial capital, sosial capital, infrastructure capital dan cultural capital. Proses melakukan pengkajian wilayah pada teknik RRA ini secara epektif dapat ditempuh tiga sampai 5 minggu. Namun yang penting diperhatikan dalam aspek ini adalah mencari sesuatu yang dianggap strategis untuk membangun perubahan, sehingga tujuan dari PAR ini dapat tercapai yaitu untuk melakukan transformasi sosial. Setelah melakukan pengamatan dan pengkajian wilayah secara umum, selanjutnya dilakukan Partisipatory Rural Aprasial (PRA) yaitu Teknik untuk mengkaji petensi dan permasalahan wilayah yang dilakukan pada suatu kelompok masyarakat. Di mana tujuannya untuk menganalisis problem sosial yang ada guna memperoleh solusinya. Dalam melakukan PRA ini, dapat ditempuh dengan langkah-langkat di antaranya: Pertama, Fokus Goup Discussion (FGD) yang melibatkan tokoh-tokoh penting dan berpengaruh. Dalam diskusi ini tidak diperlukan seluruh elemen masyarakat, melainkan cukup 11-12 orang perwakilan. Dalam melakukan mapping ini, dilibatkan juga mesyarakat untuk mengetahui gejala-gejala sosial, masalah-masalah dan mendalami pengalaman saat mengatasi masalah. Setelah itu masyarakat diajak untuk berdiskusi dan diajak menyimpulkan hasil pembicaraannya, tidak lupa pula melakuan pencatatan.

Research paper thumbnail of RRA DAN PRA: DUA MODEL PEMETAAN MASALAH SECARA KRITIS DALAM PAR

Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator A... more Setelah mendalamai aspek teori maupun keguanaan penelitian yang menggunakan metode Partisipator Action Research (PAR) selanjutnya dalam hal ini akan dibahas pada alur menelusuran lapangan untuk mengetahui pemetaan masalah secara ktiris dalam melakukan penelitian.

Research paper thumbnail of KONSTRUKSI HERMENEUTIKA OBJEKTIF AL-QUR’AN DALAM PEMIKIRAN NASHR HAMID ABU ZAYD

salim rosyadi, 2020

Abstraksi: Beberapa pemikir modern menganggap, karya tafsir kalsik yang berkembang terlalu berkut... more Abstraksi: Beberapa pemikir modern menganggap, karya tafsir kalsik yang berkembang terlalu berkutat pada wilayah tekstualitas dan kurang menyentuh aspek kontekstual. Sehingga, hal ini dianggap perlu membangun metode dalam menjawab problematika kehidupan, sebagaimana al-Qur'an hadir diperuntukannya. Hermeneutika, ilmu yang berkembang dari cabang filsafat dianggap solusi menafsirkan al-Qur'an sebagai pembacaan produktif-kontekstual bagi pemikiran Nashr Hamid Abu Zayd. Dengan pendekatan kritik sastra dalam muatan hermeneutika objektif inilah, Zayd mengkonstruksi bacaan secara nalar kirik historis, nalar ktirik teks, dan nalar kritik konteks. Bangunan hermeneutika tersebut telah membawa kepada kalayak dalam upaya memahami Al-Qur'an dengan objektif dan terhindar dari pembacaan ideologis (talwín). Kata kunci: Abu Zayd, Hermeneutika Objektif, Al-Qur'an. A. Pendahuluan Membincang hermeneutika pada kancah keilmuan, telah menjadi suatu aliran tersendiri sebagai disiplin bagian dari cabang Filsafat. Pada awal perkembangannya, kerangka epistemologi Hermeneutika hanyalah sebagai "alat" untuk menafsir pada wilayah yang berkaitan dengan teks Eksegesis saja. Namun seiring perkembangan dalam pemikiran modern, hermeneutika sebagai cara mengungkap teks-teks kesejarahan, kesusastraan dan sosial. Hal ini seperti dilihat dalam lintas pemikiranya Umberto Eco, Gadamer, E.Betty, P.Ricoeur, Heidegger, Habermas, dan Derrida. Sementara di sisi lain, bagi sebagian pemikir muslim modern, tampaknya hermeneutika menjadi ilmu yang menarik sebagai cara menafsirkan al-Qur'an, hal ini dikarenakan beberapa tafsir yang sudah berkembang kurang begitu menyentuh dalam problem kehidupan sosial. Padahal prinsipnya, sekalipun al-Qur'an diturunkan di masa lalu, dengan konteks dan sosial budaya tertentu, sesungguhnya ia mengandung nilai-nilai universal yang akan selalu relevan dalam setiap zaman dan tempat (0 2 0 B al-Qur'an Shah hun li kulli 0 2 0 3 0 2 0 3 zam n wa mak n). Karena itu, seyogyanya Ia harus ditafsirkan sesuai dengan tuntutan zaman. 1 Dengan kata lain menurut Amin Abdullah, jika terdapat problem-problem kontemporer dewasa ini, maka ia harus dipecahkan dengan kacamata keilmuan kontemporer, karena jika dipecahkan dengan menggunakan metode yang dahulu yang jelas berbeda dengan problem yang kita hadapi sekarang ini, maka itu merupakan sebuah kemunduran. 2 Konsekwensinya, mengembangkan konstruksi penafsiran yang multidimensi dan hermeneutis merupakan keniscayaan yang tidak dapat dihindari. Apalagi dalam peta pemikiran ilmu-ilmu keislaman modern, persoalan metodologi merupakan ilmu yang selalu terbuka untuk diperbaharui dan dikembangkan (ghair an-nadhj). Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika 1 1 Muhammad Syahrur, 0 2 0 3 Al-Kit b wa al-Qur'an: 0 2 0 3 Qira'ah al-Mu' shirah, (0 2 0 B

Research paper thumbnail of KONSEP KUASA MANUSIA DALAM SKETSA TAFSIR TEMATIK AL-QUR'AN

SALIM ROSYADI, 2020

A. Pendahuluan Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk m... more A. Pendahuluan Sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki perbendaharaan yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para ahli di bidang keruhanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian-bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi lagi menurut tatacara kita sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang mempelajari manusia-kepada diri mereka-hingga kini masih tetap tanpa jawaban. 1 Manusia hanya mengetahui sedikit saja tentang dirinya. Banyaknya penelitian belum mampu mengungkapkan hakikat manusia secara utuh dan menyeluruh. Belum lagi, banyaknya perdebatan dan pertentangan dalam menafsirkan hakikat manusia semakin menambah kesulitan manusia untuk memahami hakikat dirinya. Agama ikut berperan aktif dalam menafsirkan manusia. Dalam tingkat tertinggi, agama melihat manusia sebagai makhluk penyembah yang mampu menghidupkan Tuhan sebagai kekuatan dalam agama. Ini adalah perspektif agama tentang fungsi dan tujuan manusia diciptakan. Agama juga melihat manusia sebagai makhluk yang tersusun dari unsur materi dan unsur imateri. Sebagai makhluk yang berunsur materi, manusia mempunyai tubuh sebagai media bagi kehidupan. Sebagai makhluk yang berunsur imateri, manusia mempunyai ruh. Ruh ini adalah kekuatan bagi manusia. Lebih tepatnya ruh ini disebut sebagai daya. Daya bagi manusia terbagi dua. Pertama adalah daya rasa yang kira-kira letaknya di sekitar dada. Jika diasah dengan baik, daya rasa bisa mempertajam hati nurani (dan keimanan). Kedua adalah daya pikir yang berada di Dalam agama, relasi antara kedaulatan Tuhan dan manusia menjadi kajian teologi. Di antaranya, Asy"ari mengembangkan pertanyaan tentang hubungan kekuasaan Tuhan dengan tindakan-tindakan manusia. 2 Hubungan ini mengkaji tentang apakah manusia mempunyai kekuasaan dan kuasa bebas dalam semua tindakannya. Tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan tersebut dengan memfokuskan pada studi tentang kemampuan dan kuasa dalam diri manusia.

Research paper thumbnail of RAUDHATUL 'IRFAN FI MA'ARIFATI AL-QUR'AN: Mahakarya Tafsir Sunda KH Ahmad Sanusi Oleh: Salim Rosyadi

Salim Rosyadi, 2019

Gambar1: Tafsir raudhatul 'Irfan Fi Ma'arifati al-Qur'an1 A. Pendahuluan Agama merupakan wadah ag... more Gambar1: Tafsir raudhatul 'Irfan Fi Ma'arifati al-Qur'an1 A. Pendahuluan Agama merupakan wadah agar manusia tidak rancu dalam menyusuri jalan hidupnya, dan setiap agama mempunyai bukti konkrit yang berupa kitab suci untuk menuntun jalannya manusia itu kejalan yang benar. Akan tetapi agama harus mampu menselaraskan dengan perkembangan jaman agar tercapai cita-citanya untuk menuntun manusia. Dengan menselaraskan perkembangan jaman, manusialah yang harus ikut andil dalam agama itu, dan manusialah yang harus menselaraskan dengan agama. Dengan demikian banyaklah para Mufassir disetiap agama. Salah satunya agama Islam yang Kitab sucinya al-Quran.2 Dimasa Rasulullah SAW, nabi Muhammad SAW adalah penafsir tunggal. Para sahabat waktu itu selalu menanyakan kepada Nabi SAW ketika ada suatu persoalan yang sukar untuk diselesaikan. Dan dimasa Tabi'in banyak sekali para ulama menafsirkan al-Quran, dikarenakan mereka mendapatkan suatu tantangan persoalan di masyarakat. Kemudian di Nusantara khususnya di Indonesia banyak ulama yang menafsirkan al-Quran dikarenakan pula ada suatu tantangan dimasyarakat. Ulama Indonesia terbebani oleh Masyarakatnya dikarenakan Indonesia adalah negara multikultural, yang berbeda budaya, berbeda ras atau etnis serta pula berbeda bahasa. Hingga akhirnya masing-masing para ulama membuat tafsir sendiri di ranah sosialnya sendiri. Salah satunya ialah KH ahmad Sanusi yang mengarang Kitab Tafsir Raudhah al-Irfan fi Ma'rifat al-Quran. Kiai Ahmad sanusi mengarang tafsirnya dengan bahasa setempatnya yakni bahasa sunda, karena untuk mempermudah masyarakat dengan memahami makna isi kandungan al-Quran.

Research paper thumbnail of ABSTRAKSI Salim Rosyadi :Epistemologi Ta'wil al-Qur'an (Studi Komparasi Pemikiran Ibnu 'Arabi dan Nashr Hamid Abu Zayd

Research paper thumbnail of ABSTRAKSI Salim Rosyadi :Epistemologi Ta'wil al-Qur'an (Studi Komparasi Pemikiran Ibnu 'Arabi dan Nashr Hamid Abu Zayd

Research paper thumbnail of Menanam Kembali Moderasi Beragama dalam Untuk Merajut Bingkai Pluralitas Hukum Islam

Teras Karsa, 2020

Fundamentalisme keberagamaan yang berpotensi pada radikalisme dan terorisme beragama, menjadi per... more Fundamentalisme keberagamaan yang berpotensi pada radikalisme dan terorisme beragama, menjadi persoalan serius yang dihadapi bangsa ini. Fenomena ini terjadi disebabkan kemunculan tokoh agama dan intelektual yang instan, pragmatis, silsilah dan kapasitas keilmuan keagamaan yang tidak jelas dan berorientasi pada politik ideologi, bahkan memiliki pengaruh massa yang luar biasa melalui jejaring media sosial. Konten dan video melalui internet (website, youtube) dan media sosial (whatsapp, facebook, instagram, twitter) telah menjadikan tokoh-tokoh agama baru itu sebagai rujukan bagi keberagamaan masyarakat Indonesia. Ironisnya, tidak jarang konten narasi dan video keagamaan yang beredar berisi ujaran kebencian (hate speech), berita bohong (hoax), dan sentimen-sentimen politik identitas, semisal fanatisme agama, suku, agma, ras dan antargolongan, yang bisa mengancam keutuhan bangunan kebangsaan yang sudah disepakati bersama oleh founding fathers dan founding mothers bangsa ini.