Rumadi Ahmad | Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta (original) (raw)

Papers by Rumadi Ahmad

Research paper thumbnail of HATE SPEECH: CONCEPT AND PROBLEM Islamic Studies Journal for Social Transformation

Hate speech issues have become one of interesting topics disscussed by academics of different dis... more Hate speech issues have become one of interesting topics disscussed by academics of different disciplines since two decades ago. The studies employ various perspectives such as linguistics, sociology, anthropology, psychology, politics, law and even media and communication, making the theme an interdisciplinary study. One of prominent and comprehensive studies on hate speech in US from 1920s to the end of twenty century using social and political history perspective is one written by Samuel Walker (1994), a professor in University of Nebraska, Omaha, AS. Walker focused the study on social context and groups interrelation, prejudice and discrimination as political issues, and attempts to control hate speech through legal institutions. Started from terminology analysis like "race hate", "group libel", or "racist speech", Walker then proposed a definition of hate speech and its related expressions such as race, ethnic, religious groups, minority, age, marital status, physical capacity, sexual preference and sex

Research paper thumbnail of Melarang Cadar, Melawan Stigma

Ketua Lakpesdam PBNU, Dosen FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KETIKA Rektor Universitas Islam N... more Ketua Lakpesdam PBNU, Dosen FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KETIKA Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta mengeluarkan " larangan " penggunaan cadar di kampusnya, meski akhirnya dicabut karena menyulut kontroversi dan menjadikan iklim akademik tidak kondusif, saya teringat dialog dengan seorang wartawan beberapa waktu lalu. Wartawan dari media online itu minta pendapat saya karena adanya kabar komunitas cadar di Jakarta akan melakukan gerakan melawan stigma radikal, bahkan teroris. Wartawan itu memberikan informasi, komunitas cadar itu akan aktif untuk membangun dialog dengan orang-orang di sekitarnya, aktif melakukan kegiatan sosial dan membuka diri bergaul dengan masyarakat luas. " Bagus, itu artinya mereka menyadari adanya stigma masyarakat terhadap pengguna cadar. Menyadari adanya stigma dan ingin melawan stigma itu merupakan hal positif. Jika tidak mau dituduh sakit, harus dibuktikan bahwa kita memang tidak sakit, " komentar singkat saya. Di Saudi Arabia dan wilayah Timur Tengah pada umumnya, perempuan biasa pakai cadar tanpa ada stigma negatif. Bahkan, cadar dianggap sebagai pakaian " pengaman " bagi perempuan. Perempuan di wilayah itu lebih merasa aman kalua pakai cadar. Mengapa di Indonesia stigma negatif itu muncul? Di sinilah letak masalahnya. Cadar di Saudi Arabia dan sekitarnya lebih sebagai ekspresi kultural, sedang di Indonesia cadar merupakan ekspresi ideologi keagamaan tertentu. Stigma negatif terhadap pemakai cadar tentu tidak muncul secara tiba-tiba. Stigma itu bisa dikontruksi dari luar, namun stigma itu tidak akan kuat yang tidak didukung dengan fakta-fakta internal. Setiap terjadi penangkapan teroris, selalu diikuti dengan pemberitaan keluarganya yang rata-rata pemakai cadar. Lama-lama masyarakat mengidentikkan cadar dengan teroris. Pemakai cadar diidentikkan dengan kelompok eksklusif, keras dan tidak lentur. Bahkan sebagian ada yang memutus tali silaturrahmi dengan keluarga dan orang tua. Narasi seperti ini menjadikan pemakai cadar semakin terpojok, tanpa ada kemampuan untuk memberi penjelasan. Namun penjelasan mungkin juga aka sia-sia jika mereka tidak mampu memberi narasi tandingan atas stigma yang sudah melekat pada diri mereka. Cadar sebagai Ekspresi Budaya Jika di Indonesia cadar sebagai ekspresi agama, di tempat asalnya cadar adalah ekspresi kebudayaan. Cadar, jilbab, khimar, burqa' dan niqab merupakan ragam bentuk hijab yang sudah dikenal masyarakat Arab jauh sebelum Islam datang. Tradisi hijab juga telah dikenal dalam agama-agama samawi sebelum Islam, khususnya Yahudi dan Nasrani. Ragam jenis hijab ini telah dikenakan oleh perempuan-perempuan dari berbagai peradaban dan kepercayaan. Ada berbagai alasan untuk memakainya, seperti alasan melindungi dari cuaca, keamanan perempuan, fashion, menutup identitas, maupun alasan kepercayaan dan mitos-mitos tertentu. Modelnya pun mengalami perkembangan sesuai dengan budaya. Masuknya doktrin-doktrin keagamaan ikut mempengaruhi model hijab. Ketika Islam datang, praktik perempuan-perempuan yang mengenakan hijab dalam berbagai bentuknya: jilbab, khimar dan juga cadar, tetap diakui dengan melakukan

Research paper thumbnail of HATE SPEECH: CONCEPT AND PROBLEM

Hate speech issues have become one of interesting topics disscussed by academics of different dis... more Hate speech issues have become one of interesting topics disscussed by academics of different disciplines since two decades ago. The studies employ various perspectives such as linguistics, sociology, anthropology, psychology, politics, law and even media and communication, making the theme an interdisciplinary study. One of prominent and comprehensive studies on hate speech in US from 1920s to the end of twenty century using social and political history perspective is one written by Samuel Walker (1994), a professor in University of Nebraska, Omaha, AS. Walker focused the study on social context and groups interrelation, prejudice and discrimination as political issues, and attempts to control hate speech through legal institutions. Started from terminology analysis like " race hate " , " group libel " , or " racist speech " , Walker then proposed a definition of hate speech and its related expressions such as race, ethnic, religious groups, minority, age, marital status, physical capacity, sexual preference and sex

Research paper thumbnail of Negotiating State, Religion and Human Rights: Debate in the Indonesian Constitutional Court R u m a d i

—One of the crucial issues in countries with a Muslim majority, not to mention Indonesia, is the ... more —One of the crucial issues in countries with a Muslim majority, not to mention Indonesia, is the relationship between the religion and the state. Although Pancasila and the Constitution (UUD 1945) are claimed final, it does not mean that the position of religion, state, and human rights is also final. Practically, the state, religion and human rights negotiate one another, and sometimes even create tension. Here, the negotiations between religion, state, and human rights are not only in political forums such as House of Representatives but also in the Constitutional Court sessions. Debate and argument contestation often occur in the forums. This article aims at identifying debate and argument contestation in the Constitutional Court. In theory, it focuses on two issues: 1) freedom of religion and belief; and 2) Marriage law. The result of the study argues that the Constitutional Court's decision, especially regarding the relationship among religion, state, and human rights, is based not only on legal considerations but also on non-legal considerations. According to this argument, negotiations and contestations among the three will always continue as Indonesia is neither one religion-based state nor a secular state that does not profess a religion at all.

![Research paper thumbnail of Menafsirkan Al-Qur`ân](https://attachments.academia-assets.com/55040074/thumbnails/1.jpg)

Research paper thumbnail of Yang Tersisa dari Muktamar NU ke-33

MUKTAMAR NU ke-33 yang berlangsung di Jombang, 1-5 Agustur 2015 lalu bisa dikatakan sebagai mukta... more MUKTAMAR NU ke-33 yang berlangsung di Jombang, 1-5 Agustur 2015 lalu bisa dikatakan sebagai muktamar yang penuh ujian bagi NU. Ujian itu sudah berlangsung sejak awal proses NU melempar tema Islam Nusantara yang dianggap kontroversial sebagian kalangan, proses muktamar yang diwarnai dinamika yang sangat tinggi terutama dalam hal mekanisme pengangkatan Rais ‘Am, dan pasca muktamar yang diwarnai ketidakpuasan sebagian Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus Cabang (PC) NU bahkan mengancam akan menggugat panitia Muktamar ke-33 ke pengadilan.

Research paper thumbnail of NU, Dari Nusantara untuk Dunia

Tema Muktamar NU ke-33 yang akan dilaksanakan 1-5 Agustus 2015 di Jombang adalah “Meneguhkan Isla... more Tema Muktamar NU ke-33 yang akan dilaksanakan 1-5 Agustus 2015 di Jombang adalah “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”. Tema ini menunjukkan adanya kesadaran baru orientasi keberislaman, bukan hanya inward looking tapi juga outward looking. NU tidak hanya didedikasikan untuk Indonesia tapi juga untuk dunia. Kesadaran ini tentu bukan muncul secara tiba-tiba, tapi melalui diskusi panjang dengan memperhatikan perkembangan NU, Islam Indonesia, dan dunia Islam. Melalui tema ini, NU ingin merubah orientasi Islam nusantara, dari “importir” menjadi “eksportir”; dari “konsumen” menjadi “produsen”.

Research paper thumbnail of Menyongsong Ahlul Halli wal Aqdi

DI SAMPING soal Islam Nusantara yang ramai diperbincangkan masyarakat, ada persoalan lain yang se... more DI SAMPING soal Islam Nusantara yang ramai diperbincangkan masyarakat, ada persoalan lain yang sekarang menjadi perdebatan menjelang Muktamar NU ke-33 pada 1-5 Agustus 2015 di Jombang Jawa Timur, yaitu terkait dengan mekanisme pemilihan pemimpin tertinggi NU yang disebut Rais ‘Am dan Ketua Umum Tanfidziyah.

Research paper thumbnail of Idul Fitri dan ekspresi Islam Nusantara

Idul Fitri di Indonesia merupakan festival keagamaan yang unik. Tradisi halal bihalal merupakan b... more Idul Fitri di Indonesia merupakan festival keagamaan yang unik. Tradisi halal bihalal merupakan bagian dari Idul Fitri yang khas Islam nusantara.

Research paper thumbnail of Islam Nusantara: Mengapa Diributkan?

Diskursus mengenai Islam Nusantara sebenarnya sudah cukup lama. Mengapa banyak kelangan beruara n... more Diskursus mengenai Islam Nusantara sebenarnya sudah cukup lama. Mengapa banyak kelangan beruara nyaring setelah hal tersebut diangkat sebagai tema Muktamar NU ke-33? Siapa mereka yang menolak Islam Nusantara?

Research paper thumbnail of Hukum Murtad dan Penodaan Agama: Membungkam kebebasan?

Buku yang akan diulas ini dapat dilihat sebagai kelanjutan dari buku di atas, dengan isu yang leb... more Buku yang akan diulas ini dapat dilihat sebagai kelanjutan dari buku di atas, dengan isu yang lebih spesifik, yaitu persoalan murtad (pindah agama) dan penodaan agama. Dari pilihan anak judul buku ini: How Apostasy and Blasphemy Codes are Choking Freedom Worldwide, akan dengan mudah ditangkap bahwa persoalan hukum murtad dan penodaan agama (terutama dalam Islam) menjadi persoalan serius yang dianggap bisa mengganggu kebebasan. Tentu saja harus ditegaskan, penulis buku ini menggunakan perspektif tertentu –tepatnya cara pandang Barat- dalam melakukan problematisasi. Peristiwa yang menghentak Paul Marshall dan menjadi titik tolak pembahasan buku ini adalah fatwa mati pemimpin spiritual Iran ayatollah Khumeini pada 1989 terhadap Salman Rusdhie, penulis buku The Satanic Verses yang tinggal di Inggris. Melalui novelnya itu, Rusdhie yang lahir sebagai muslim keturunan India dituduh telah melakukan penodaan terhadap Islam, dia juga sudah tidak pantas disebut Islam. Rusdie dianggap telah murtad, dan halal darahnya.

Research paper thumbnail of Dialog Imajiner dengan Gus Dur tentang Pilpres 2014

Research paper thumbnail of Dialog Imajiner dengan Gus Dur Gus Dur dan Pilpres 2014

Dur tampak termenung sendirian sambil ditemani secangkir teh. Seorang santri membawa ketupat sayu... more Dur tampak termenung sendirian sambil ditemani secangkir teh. Seorang santri membawa ketupat sayur yang hampir setiap pagi menjadi menu sarapan Gus Dur. Tak seperti biasanya, kali ini Gus Dur memilih menyendiri meskipun dia tahu banyak tamu menunggu di teras rumah. Tidak sedikit juga wartawan yang selalu mengejar Gus Dur karena ingin tahu sikap dan komentar-komentarnya menjelang pilpres. Wajar saja, pada saat situasi kritis menjelas pilpres seperti sekarang, Gus Dur bisa dikatakan sebagai jangkar yang akan selalu menjaga kepentingan bangsa. Kalaupun Gus Dur mendukung seeorang, pasti bukan karena ada ambisi politik, tapi Gus Dur melihat ada kemaslahatan dan menolak kemadharatan.

Research paper thumbnail of Sekularisasi Politik dalam Pemilu 2014 (Koran SINDO, 23 April 2014)

Research paper thumbnail of Menjinakkan Agama dan Hak Asasi Manusia (Epilog Buku Romo Otto Madung)

Oleh R u m a d i Peneliti Senior the Wahid Institute, Staf Pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UI... more Oleh R u m a d i Peneliti Senior the Wahid Institute, Staf Pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta MEMBACA karya Romo Otto kita diajak berkelana menyusuri pemikiran-pemikiran bernas dari para filosof segala zaman. Sebagai seorang ahli filasafat yang mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero, Maumere NTT, Romo Otto menjadikan filsafat sebagai pisau analisis hampir dalam seluruh tema-tema negara, agama dan hak asasi manusia yang diangkat dalam buku ini. Barangkali karena inilah, buku ini -meskipun berupa kumpulan tulisan lepasmempunyai energi kuat. Perspektif seperti inilah yang belakangan agak alpa dalam berbagai diskusi tentang persoalan kenegaraan yang lebih banyak terjebak dalam persoalan-persoalan kulit luar, tidak mempunyai kedalaman analisis. Romo Otto berhasil mengaktualisasikan dan mendialogkan pemikiran-pemikiran filsafat dengan persoalan-persoalan ke-Indonesiaan, seperti soal relasi agama dan negara, soal Pancasila, dialog antaragama, serta soal agama dan hak asasi manusia. Dengan begitu, melalui tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku ini terasa sekali bahwa filsafat bukanlah sesuatu yang mengawang-awang, tapi bisa lebih membumi. Dengan bertumpu pada kekuatan ide yang kokoh, Romo Otto berhasil menjadikan filsafat menjadi lebih berwajah populer.

Research paper thumbnail of Fikih Hubungan Antaragama

Abstraksi: Penelitian ini mengkaji kuputusan-keputusan hukum yang dihasilkan tiga lembaga fatwa d... more Abstraksi: Penelitian ini mengkaji kuputusan-keputusan hukum yang dihasilkan tiga lembaga fatwa di Indonesia yang dipandang mempunyai pengaruh dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, yaitu NU, Muhammadiyah dan MUI. Fatwa yang menjadi fokus riset ini adalah fatwa yang terkait dengan hubungan antaragama dengan menggunakan datadata yang sebagian besar sudah didokumentasi dan dikoleksi oleh lembaga-lembaga tersebut. Sebagian dokumentasi tersebut bahkan sudah dicetak dalam bentuk buku dan dijual ke publik.

Research paper thumbnail of Colonial Displacements: Nationalist Longing and Identity Among Early Indian Intellectuals in the United States

... Victor Rodriguez, Belen Vicens, Priyam and Ashok Das, while the time I have spent with Meera,... more ... Victor Rodriguez, Belen Vicens, Priyam and Ashok Das, while the time I have spent with Meera, Lavanya, RC, Rama, Sid—Supriya, and others ... sentiments reflected in the 1917 immigration law restricting entry of Indians to the United States followed by the Bhagat Singh Thind ...

Research paper thumbnail of Fiqh madzhab negara: kritik atas politik hukum Islam di Indonesia

... Mereka yang bisa penulis sebut di antaranya adalah Kiai Ayip Usman Yahya, Kiai Husein Muhamma... more ... Mereka yang bisa penulis sebut di antaranya adalah Kiai Ayip Usman Yahya, Kiai Husein Muhammad, Kang Affandi Mochtar, Mas Moeslim Abdurrahman, Kang Syubbanuddin Alwy, Kang Fakihuddin, Cak Moqsith Ghazali, Mas Imam Yahya, Mas Suwendi, Mas Mushoffa Basyir ...

Research paper thumbnail of Implementing the Regulation on Places of Worship in Indonesia: New Problems, Local Politics and Court Action

Asian Studies Review, 2010

Abstract: This article examines the local implementation of the national Joint Regulation 2006 on... more Abstract: This article examines the local implementation of the national Joint Regulation 2006 on places of worship in Indonesia. It focuses on the case study of the Protestant Christian Batak Congregation, which became one of the first churches to successfully challenge the ...

Research paper thumbnail of 10 REGIONAL SHARIA REGULATIONS IN INDONESIA: ANOMALY OR SYMPTOM?

Expressing Islam: Religious life and politics in …, 2008

Research paper thumbnail of HATE SPEECH: CONCEPT AND PROBLEM Islamic Studies Journal for Social Transformation

Hate speech issues have become one of interesting topics disscussed by academics of different dis... more Hate speech issues have become one of interesting topics disscussed by academics of different disciplines since two decades ago. The studies employ various perspectives such as linguistics, sociology, anthropology, psychology, politics, law and even media and communication, making the theme an interdisciplinary study. One of prominent and comprehensive studies on hate speech in US from 1920s to the end of twenty century using social and political history perspective is one written by Samuel Walker (1994), a professor in University of Nebraska, Omaha, AS. Walker focused the study on social context and groups interrelation, prejudice and discrimination as political issues, and attempts to control hate speech through legal institutions. Started from terminology analysis like "race hate", "group libel", or "racist speech", Walker then proposed a definition of hate speech and its related expressions such as race, ethnic, religious groups, minority, age, marital status, physical capacity, sexual preference and sex

Research paper thumbnail of Melarang Cadar, Melawan Stigma

Ketua Lakpesdam PBNU, Dosen FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KETIKA Rektor Universitas Islam N... more Ketua Lakpesdam PBNU, Dosen FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta KETIKA Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta mengeluarkan " larangan " penggunaan cadar di kampusnya, meski akhirnya dicabut karena menyulut kontroversi dan menjadikan iklim akademik tidak kondusif, saya teringat dialog dengan seorang wartawan beberapa waktu lalu. Wartawan dari media online itu minta pendapat saya karena adanya kabar komunitas cadar di Jakarta akan melakukan gerakan melawan stigma radikal, bahkan teroris. Wartawan itu memberikan informasi, komunitas cadar itu akan aktif untuk membangun dialog dengan orang-orang di sekitarnya, aktif melakukan kegiatan sosial dan membuka diri bergaul dengan masyarakat luas. " Bagus, itu artinya mereka menyadari adanya stigma masyarakat terhadap pengguna cadar. Menyadari adanya stigma dan ingin melawan stigma itu merupakan hal positif. Jika tidak mau dituduh sakit, harus dibuktikan bahwa kita memang tidak sakit, " komentar singkat saya. Di Saudi Arabia dan wilayah Timur Tengah pada umumnya, perempuan biasa pakai cadar tanpa ada stigma negatif. Bahkan, cadar dianggap sebagai pakaian " pengaman " bagi perempuan. Perempuan di wilayah itu lebih merasa aman kalua pakai cadar. Mengapa di Indonesia stigma negatif itu muncul? Di sinilah letak masalahnya. Cadar di Saudi Arabia dan sekitarnya lebih sebagai ekspresi kultural, sedang di Indonesia cadar merupakan ekspresi ideologi keagamaan tertentu. Stigma negatif terhadap pemakai cadar tentu tidak muncul secara tiba-tiba. Stigma itu bisa dikontruksi dari luar, namun stigma itu tidak akan kuat yang tidak didukung dengan fakta-fakta internal. Setiap terjadi penangkapan teroris, selalu diikuti dengan pemberitaan keluarganya yang rata-rata pemakai cadar. Lama-lama masyarakat mengidentikkan cadar dengan teroris. Pemakai cadar diidentikkan dengan kelompok eksklusif, keras dan tidak lentur. Bahkan sebagian ada yang memutus tali silaturrahmi dengan keluarga dan orang tua. Narasi seperti ini menjadikan pemakai cadar semakin terpojok, tanpa ada kemampuan untuk memberi penjelasan. Namun penjelasan mungkin juga aka sia-sia jika mereka tidak mampu memberi narasi tandingan atas stigma yang sudah melekat pada diri mereka. Cadar sebagai Ekspresi Budaya Jika di Indonesia cadar sebagai ekspresi agama, di tempat asalnya cadar adalah ekspresi kebudayaan. Cadar, jilbab, khimar, burqa' dan niqab merupakan ragam bentuk hijab yang sudah dikenal masyarakat Arab jauh sebelum Islam datang. Tradisi hijab juga telah dikenal dalam agama-agama samawi sebelum Islam, khususnya Yahudi dan Nasrani. Ragam jenis hijab ini telah dikenakan oleh perempuan-perempuan dari berbagai peradaban dan kepercayaan. Ada berbagai alasan untuk memakainya, seperti alasan melindungi dari cuaca, keamanan perempuan, fashion, menutup identitas, maupun alasan kepercayaan dan mitos-mitos tertentu. Modelnya pun mengalami perkembangan sesuai dengan budaya. Masuknya doktrin-doktrin keagamaan ikut mempengaruhi model hijab. Ketika Islam datang, praktik perempuan-perempuan yang mengenakan hijab dalam berbagai bentuknya: jilbab, khimar dan juga cadar, tetap diakui dengan melakukan

Research paper thumbnail of HATE SPEECH: CONCEPT AND PROBLEM

Hate speech issues have become one of interesting topics disscussed by academics of different dis... more Hate speech issues have become one of interesting topics disscussed by academics of different disciplines since two decades ago. The studies employ various perspectives such as linguistics, sociology, anthropology, psychology, politics, law and even media and communication, making the theme an interdisciplinary study. One of prominent and comprehensive studies on hate speech in US from 1920s to the end of twenty century using social and political history perspective is one written by Samuel Walker (1994), a professor in University of Nebraska, Omaha, AS. Walker focused the study on social context and groups interrelation, prejudice and discrimination as political issues, and attempts to control hate speech through legal institutions. Started from terminology analysis like " race hate " , " group libel " , or " racist speech " , Walker then proposed a definition of hate speech and its related expressions such as race, ethnic, religious groups, minority, age, marital status, physical capacity, sexual preference and sex

Research paper thumbnail of Negotiating State, Religion and Human Rights: Debate in the Indonesian Constitutional Court R u m a d i

—One of the crucial issues in countries with a Muslim majority, not to mention Indonesia, is the ... more —One of the crucial issues in countries with a Muslim majority, not to mention Indonesia, is the relationship between the religion and the state. Although Pancasila and the Constitution (UUD 1945) are claimed final, it does not mean that the position of religion, state, and human rights is also final. Practically, the state, religion and human rights negotiate one another, and sometimes even create tension. Here, the negotiations between religion, state, and human rights are not only in political forums such as House of Representatives but also in the Constitutional Court sessions. Debate and argument contestation often occur in the forums. This article aims at identifying debate and argument contestation in the Constitutional Court. In theory, it focuses on two issues: 1) freedom of religion and belief; and 2) Marriage law. The result of the study argues that the Constitutional Court's decision, especially regarding the relationship among religion, state, and human rights, is based not only on legal considerations but also on non-legal considerations. According to this argument, negotiations and contestations among the three will always continue as Indonesia is neither one religion-based state nor a secular state that does not profess a religion at all.

![Research paper thumbnail of Menafsirkan Al-Qur`ân](https://attachments.academia-assets.com/55040074/thumbnails/1.jpg)

Research paper thumbnail of Yang Tersisa dari Muktamar NU ke-33

MUKTAMAR NU ke-33 yang berlangsung di Jombang, 1-5 Agustur 2015 lalu bisa dikatakan sebagai mukta... more MUKTAMAR NU ke-33 yang berlangsung di Jombang, 1-5 Agustur 2015 lalu bisa dikatakan sebagai muktamar yang penuh ujian bagi NU. Ujian itu sudah berlangsung sejak awal proses NU melempar tema Islam Nusantara yang dianggap kontroversial sebagian kalangan, proses muktamar yang diwarnai dinamika yang sangat tinggi terutama dalam hal mekanisme pengangkatan Rais ‘Am, dan pasca muktamar yang diwarnai ketidakpuasan sebagian Pengurus Wilayah (PW) dan Pengurus Cabang (PC) NU bahkan mengancam akan menggugat panitia Muktamar ke-33 ke pengadilan.

Research paper thumbnail of NU, Dari Nusantara untuk Dunia

Tema Muktamar NU ke-33 yang akan dilaksanakan 1-5 Agustus 2015 di Jombang adalah “Meneguhkan Isla... more Tema Muktamar NU ke-33 yang akan dilaksanakan 1-5 Agustus 2015 di Jombang adalah “Meneguhkan Islam Nusantara untuk Peradaban Indonesia dan Dunia”. Tema ini menunjukkan adanya kesadaran baru orientasi keberislaman, bukan hanya inward looking tapi juga outward looking. NU tidak hanya didedikasikan untuk Indonesia tapi juga untuk dunia. Kesadaran ini tentu bukan muncul secara tiba-tiba, tapi melalui diskusi panjang dengan memperhatikan perkembangan NU, Islam Indonesia, dan dunia Islam. Melalui tema ini, NU ingin merubah orientasi Islam nusantara, dari “importir” menjadi “eksportir”; dari “konsumen” menjadi “produsen”.

Research paper thumbnail of Menyongsong Ahlul Halli wal Aqdi

DI SAMPING soal Islam Nusantara yang ramai diperbincangkan masyarakat, ada persoalan lain yang se... more DI SAMPING soal Islam Nusantara yang ramai diperbincangkan masyarakat, ada persoalan lain yang sekarang menjadi perdebatan menjelang Muktamar NU ke-33 pada 1-5 Agustus 2015 di Jombang Jawa Timur, yaitu terkait dengan mekanisme pemilihan pemimpin tertinggi NU yang disebut Rais ‘Am dan Ketua Umum Tanfidziyah.

Research paper thumbnail of Idul Fitri dan ekspresi Islam Nusantara

Idul Fitri di Indonesia merupakan festival keagamaan yang unik. Tradisi halal bihalal merupakan b... more Idul Fitri di Indonesia merupakan festival keagamaan yang unik. Tradisi halal bihalal merupakan bagian dari Idul Fitri yang khas Islam nusantara.

Research paper thumbnail of Islam Nusantara: Mengapa Diributkan?

Diskursus mengenai Islam Nusantara sebenarnya sudah cukup lama. Mengapa banyak kelangan beruara n... more Diskursus mengenai Islam Nusantara sebenarnya sudah cukup lama. Mengapa banyak kelangan beruara nyaring setelah hal tersebut diangkat sebagai tema Muktamar NU ke-33? Siapa mereka yang menolak Islam Nusantara?

Research paper thumbnail of Hukum Murtad dan Penodaan Agama: Membungkam kebebasan?

Buku yang akan diulas ini dapat dilihat sebagai kelanjutan dari buku di atas, dengan isu yang leb... more Buku yang akan diulas ini dapat dilihat sebagai kelanjutan dari buku di atas, dengan isu yang lebih spesifik, yaitu persoalan murtad (pindah agama) dan penodaan agama. Dari pilihan anak judul buku ini: How Apostasy and Blasphemy Codes are Choking Freedom Worldwide, akan dengan mudah ditangkap bahwa persoalan hukum murtad dan penodaan agama (terutama dalam Islam) menjadi persoalan serius yang dianggap bisa mengganggu kebebasan. Tentu saja harus ditegaskan, penulis buku ini menggunakan perspektif tertentu –tepatnya cara pandang Barat- dalam melakukan problematisasi. Peristiwa yang menghentak Paul Marshall dan menjadi titik tolak pembahasan buku ini adalah fatwa mati pemimpin spiritual Iran ayatollah Khumeini pada 1989 terhadap Salman Rusdhie, penulis buku The Satanic Verses yang tinggal di Inggris. Melalui novelnya itu, Rusdhie yang lahir sebagai muslim keturunan India dituduh telah melakukan penodaan terhadap Islam, dia juga sudah tidak pantas disebut Islam. Rusdie dianggap telah murtad, dan halal darahnya.

Research paper thumbnail of Dialog Imajiner dengan Gus Dur tentang Pilpres 2014

Research paper thumbnail of Dialog Imajiner dengan Gus Dur Gus Dur dan Pilpres 2014

Dur tampak termenung sendirian sambil ditemani secangkir teh. Seorang santri membawa ketupat sayu... more Dur tampak termenung sendirian sambil ditemani secangkir teh. Seorang santri membawa ketupat sayur yang hampir setiap pagi menjadi menu sarapan Gus Dur. Tak seperti biasanya, kali ini Gus Dur memilih menyendiri meskipun dia tahu banyak tamu menunggu di teras rumah. Tidak sedikit juga wartawan yang selalu mengejar Gus Dur karena ingin tahu sikap dan komentar-komentarnya menjelang pilpres. Wajar saja, pada saat situasi kritis menjelas pilpres seperti sekarang, Gus Dur bisa dikatakan sebagai jangkar yang akan selalu menjaga kepentingan bangsa. Kalaupun Gus Dur mendukung seeorang, pasti bukan karena ada ambisi politik, tapi Gus Dur melihat ada kemaslahatan dan menolak kemadharatan.

Research paper thumbnail of Sekularisasi Politik dalam Pemilu 2014 (Koran SINDO, 23 April 2014)

Research paper thumbnail of Menjinakkan Agama dan Hak Asasi Manusia (Epilog Buku Romo Otto Madung)

Oleh R u m a d i Peneliti Senior the Wahid Institute, Staf Pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UI... more Oleh R u m a d i Peneliti Senior the Wahid Institute, Staf Pengajar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta MEMBACA karya Romo Otto kita diajak berkelana menyusuri pemikiran-pemikiran bernas dari para filosof segala zaman. Sebagai seorang ahli filasafat yang mengajar di Sekolah Tinggi Filsafat Ledalero, Maumere NTT, Romo Otto menjadikan filsafat sebagai pisau analisis hampir dalam seluruh tema-tema negara, agama dan hak asasi manusia yang diangkat dalam buku ini. Barangkali karena inilah, buku ini -meskipun berupa kumpulan tulisan lepasmempunyai energi kuat. Perspektif seperti inilah yang belakangan agak alpa dalam berbagai diskusi tentang persoalan kenegaraan yang lebih banyak terjebak dalam persoalan-persoalan kulit luar, tidak mempunyai kedalaman analisis. Romo Otto berhasil mengaktualisasikan dan mendialogkan pemikiran-pemikiran filsafat dengan persoalan-persoalan ke-Indonesiaan, seperti soal relasi agama dan negara, soal Pancasila, dialog antaragama, serta soal agama dan hak asasi manusia. Dengan begitu, melalui tulisan-tulisan yang terkumpul dalam buku ini terasa sekali bahwa filsafat bukanlah sesuatu yang mengawang-awang, tapi bisa lebih membumi. Dengan bertumpu pada kekuatan ide yang kokoh, Romo Otto berhasil menjadikan filsafat menjadi lebih berwajah populer.

Research paper thumbnail of Fikih Hubungan Antaragama

Abstraksi: Penelitian ini mengkaji kuputusan-keputusan hukum yang dihasilkan tiga lembaga fatwa d... more Abstraksi: Penelitian ini mengkaji kuputusan-keputusan hukum yang dihasilkan tiga lembaga fatwa di Indonesia yang dipandang mempunyai pengaruh dalam kehidupan keagamaan di Indonesia, yaitu NU, Muhammadiyah dan MUI. Fatwa yang menjadi fokus riset ini adalah fatwa yang terkait dengan hubungan antaragama dengan menggunakan datadata yang sebagian besar sudah didokumentasi dan dikoleksi oleh lembaga-lembaga tersebut. Sebagian dokumentasi tersebut bahkan sudah dicetak dalam bentuk buku dan dijual ke publik.

Research paper thumbnail of Colonial Displacements: Nationalist Longing and Identity Among Early Indian Intellectuals in the United States

... Victor Rodriguez, Belen Vicens, Priyam and Ashok Das, while the time I have spent with Meera,... more ... Victor Rodriguez, Belen Vicens, Priyam and Ashok Das, while the time I have spent with Meera, Lavanya, RC, Rama, Sid—Supriya, and others ... sentiments reflected in the 1917 immigration law restricting entry of Indians to the United States followed by the Bhagat Singh Thind ...

Research paper thumbnail of Fiqh madzhab negara: kritik atas politik hukum Islam di Indonesia

... Mereka yang bisa penulis sebut di antaranya adalah Kiai Ayip Usman Yahya, Kiai Husein Muhamma... more ... Mereka yang bisa penulis sebut di antaranya adalah Kiai Ayip Usman Yahya, Kiai Husein Muhammad, Kang Affandi Mochtar, Mas Moeslim Abdurrahman, Kang Syubbanuddin Alwy, Kang Fakihuddin, Cak Moqsith Ghazali, Mas Imam Yahya, Mas Suwendi, Mas Mushoffa Basyir ...

Research paper thumbnail of Implementing the Regulation on Places of Worship in Indonesia: New Problems, Local Politics and Court Action

Asian Studies Review, 2010

Abstract: This article examines the local implementation of the national Joint Regulation 2006 on... more Abstract: This article examines the local implementation of the national Joint Regulation 2006 on places of worship in Indonesia. It focuses on the case study of the Protestant Christian Batak Congregation, which became one of the first churches to successfully challenge the ...

Research paper thumbnail of 10 REGIONAL SHARIA REGULATIONS IN INDONESIA: ANOMALY OR SYMPTOM?

Expressing Islam: Religious life and politics in …, 2008