Tiara Kartika Cendani Sari | Diponegoro University (original) (raw)

Thesis Chapters by Tiara Kartika Cendani Sari

Research paper thumbnail of ANALISIS KETERSEDIAAN AIR SUB DAS WAKUNG SUB DAS LUMENENG DAS COMAL UTK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH BELIK PEMALANG

Pengembangan wilayah erat kaitannya dengan peningkatan jumlah penduduk dan pengembangan aktivitas... more Pengembangan wilayah erat kaitannya dengan peningkatan jumlah penduduk dan pengembangan aktivitas. Salah satu implikasi dari pengembangan wilayah yaitu adanya peningkatan kebutuhan air, yang kemudian menuntut adanya ketersediaan air yang stabil. Hal inilah yang menjadi salah satu permasalah di Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang, yaitu adanya kesulitan air di beberapa daerah di Kecamatan Belik ketika musim kemarau, yang diindikasikan karena adanya beberapa mata air yang kering sehingga diperlukan supllay air dari luar wilayah Kecamatan Belik. Untuk mengetahui keterkaitan ketersediaan air dalam upayanya mendukung wilayah Kecamatan Belik, diperlukan studi mengenai neraca air Sub DAS Wakung dan Sub DAS Lumeneng yang merupakan bagian dari DAS Comal yang mengaliri Kecamatan Belik. Studi ini dilakukan untuk mengetahui nilai ketersediaan air terhadapa kebutuhan air domestik, pertanian, dan peternakan di Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang. Dengan curah hujan per bulan selama tahun 2013 berada pada kisaran 38 - 1.436 mm/bulan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya analisis ketersediaan air DAS Comal untuk mendukung pengembangan wilayah Kecamatan Belik. Ketersediaan air dihitung berdasarkan debit andalan 0,826 yang didapat dari metode keandalan Weibull pada data curah hujan tahun 2003 – 2013.
Besarnya kebutuhan air adalah 71,592 liter/detik bagi 103.092 penduduk pada tahun 2013, 166,001 liter/detik pada kebutuhan air sawah, dan 391,296 liter/detik pada kebutuhan air perkebunan (berdasarkan perhitungan dari SNI 19-6728.1-2002 Tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya – Bagian 1 : Sumber Daya Air Spasial). Dengan kata lain, dibutuhkan air sebanyak 628,892 liter/detik tiap bulannya.
Berdasarkan hasil perhitungan neraca air, ketersediaan air di Kecamatan Belik tidaklah stabil, yaitu adanya ketidakmerataan ketersediaan air yang berasal dari Sub DAS Wakung dan Sub DAS Lumeneng. Ketidakstabilan tersebut ditandai dari hanya ada dua wilayah di area Sub DAS Wakung yang mengalami surplus air dalam setahun penuh, yaitu Desa Kalisaleh dan Gunungtiga. Sedangkan wilayah Cakupan DAS Wakung terdapat sembilan desa yang mengalami defisit pada Bulan September adalah di wilayah Desa Gombong, Belik, Kuta, Simpur, dan Bulakan dengan masing-masing memiliki nilai defisit air sebesar 19,449 liter/detik, 17,154 liter/detik, 3,111 liter/detik, 2,885 liter/detik, dan 23,31 liter/detik. Lima desa lain mengalami defisit air pada Bulan Agustus dan September, yaitu Gunungjaya sebesar 9,734 liter/detik dan 23,519 liter/detik, Mendelem mengalami defisit 28,368 liter/detik dan 42,153 liter/detik, Beluk sebesar 23,271 liter/detik dan 34,769 liter/detik, dan Desa Sikasur mengalami defisit sebesar 21,08 liter/detik dan 32,578 liter/detik. Jika dilihat dari kebutuhan air total dari cakupan wilayah Sub DAS Wakung terhadap ketersediaan airnya, maka defisit air yang terjadi adalah sebesar 211,337 liter/detik pada Bulan Mei, 197,605 liter/detik pada Bulan Juni, 291,469 liter/detik pada Bulan Juli, 574,757 liter/detik pada Bulan Agustus, 592,785 liter/detik pada Bulan September, pada Bulan Oktober adalah 249,275 liter/detik, dan 12,972 pada Bulan November. Sedangkan Desa Badak yang termasuk dalam wilayah cakupan Sub DAS Lumeneng mengalami defisit air selama tiga bulan yaitu Bulan Juli sebesar 1,996 liter/detik, Bulan Agustus sebesar 31,788 liter/detik, dan pada Bulan September sebesar 33,105 liter/detik.
Diharapkan dari studi ini dapat menjadi salah satu studi yang mendukung pemerintah dalam usahanya untuk pemerataan ketersediaan air Kecamatan Belik. Serta mengajak masyarakat untuk bijak dalam penggunaan air dan mendukung usaha pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang, terutama dalam hal pengembangan sarana dan prasarana penyediaan air. Dengan hal tersebut maka pemerintah dapat merencanakan tata kelola pemenuhan kebutuhan air untuk mewujudkan ketersediaan air secara stabil, merata, dan berkelanjutan bagi penduduk Kecamatan Belik dalam usahanya untuk mendukung pengembangan wilayah Kecamatan Belik.

Research paper thumbnail of ADAPTASI PETANI TAMBAK TERHADAP EKSISTENSI TAMBAK AKIBAT ROB DI DUKUH TAPAK SEMARANG

Dukuh Tapak merupakan suatu RW di Kelurahan Tugurejo yang berlokasi di Utara Kota Semarang. Dukuh... more Dukuh Tapak merupakan suatu RW di Kelurahan Tugurejo
yang berlokasi di Utara Kota Semarang. Dukuh ini mengalami
kondisi sebagaimana wilayah pesisir lain di Kota Semarang,
yaitu lahan yang terkena dampak rob dan abrasi. Rob sebagai
suatu siklus alam terjadi secara berkala menggenangi lahan
tambak Dukuh Tapak. Ditambah dengan adanya abrasi yang
mengurangi luasan lahan tambak di Dukuh Tapak. Fenomena ini
menuntut masyarakat Dukuh Tapak untuk menyesuaikan kondisi
lingkungannya untuk mempertahankan keberadaan lahan tambak
mereka. Seperti halnya pengaturan tanggul dengan penggunaan
APO berupa ban bekas hingga penanaman pohon mangrove yang
mereka jadikan sebagai dinding tambak. Di sisi lain, berfungsi
pula sebagai pemecah gelombang pasang yang masuk ke lahan
tambak untuk mengurangi dampak rob dan abrasi. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan oleh petani
tambak dalam usahanya mempertahankan eksistensi tambak akibat
rob, penyusun melakukan penelitian ini berdasarkan teori Paul
A. Bell mengenai proses terbentuknya adaptasi. Penelitian ini
menggunakan metode Deskriptif Kualitatif Empiris, dengan
pendekatan Fenomenologi. Hasil yang diperoleh dari analisis
yang telah dilakukan, didapat bentuk adaptasi yang dilakukan
oleh petani tambak Tapak adalah berupa adaptasi fisik,
adaptasi sosial ekonomi, dan adaptasi sumber daya manusia
(SDM).

Research paper thumbnail of ADAPTASI PETANI TAMBAK TERHADAP EKSISTENSI TAMBAK AKIBAT ROB (Studi Kasus

Dukuh Tapak merupakan suatu RW di Kelurahan Tugurejo yang berlokasi di Utara Kota Semarang. Dukuh... more Dukuh Tapak merupakan suatu RW di Kelurahan Tugurejo
yang berlokasi di Utara Kota Semarang. Dukuh ini mengalami
kondisi sebagaimana wilayah pesisir lain di Kota Semarang,
yaitu lahan yang terkena dampak rob dan abrasi. Rob sebagai
suatu siklus alam terjadi secara berkala menggenangi lahan
tambak Dukuh Tapak. Ditambah dengan adanya abrasi yang
mengurangi luasan lahan tambak di Dukuh Tapak. Fenomena ini
menuntut masyarakat Dukuh Tapak untuk menyesuaikan kondisi
lingkungannya untuk mempertahankan keberadaan lahan tambak
mereka. Seperti halnya pengaturan tanggul dengan penggunaan
APO berupa ban bekas hingga penanaman pohon mangrove yang
mereka jadikan sebagai dinding tambak. Di sisi lain, berfungsi
pula sebagai pemecah gelombang pasang yang masuk ke lahan
tambak untuk mengurangi dampak rob dan abrasi. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan oleh petani
tambak dalam usahanya mempertahankan eksistensi tambak akibat
rob, penyusun melakukan penelitian ini berdasarkan teori Paul
A. Bell mengenai proses terbentuknya adaptasi. Penelitian ini
menggunakan metode Deskriptif Kualitatif Empiris, dengan
pendekatan Fenomenologi. Hasil yang diperoleh dari analisis
yang telah dilakukan, didapat bentuk adaptasi yang dilakukan
oleh petani tambak Tapak adalah berupa adaptasi fisik,
adaptasi sosial ekonomi, dan adaptasi sumber daya manusia
(SDM).

Research paper thumbnail of ANALISIS KETERSEDIAAN AIR SUB DAS WAKUNG SUB DAS LUMENENG DAS COMAL UTK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH BELIK PEMALANG

Pengembangan wilayah erat kaitannya dengan peningkatan jumlah penduduk dan pengembangan aktivitas... more Pengembangan wilayah erat kaitannya dengan peningkatan jumlah penduduk dan pengembangan aktivitas. Salah satu implikasi dari pengembangan wilayah yaitu adanya peningkatan kebutuhan air, yang kemudian menuntut adanya ketersediaan air yang stabil. Hal inilah yang menjadi salah satu permasalah di Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang, yaitu adanya kesulitan air di beberapa daerah di Kecamatan Belik ketika musim kemarau, yang diindikasikan karena adanya beberapa mata air yang kering sehingga diperlukan supllay air dari luar wilayah Kecamatan Belik. Untuk mengetahui keterkaitan ketersediaan air dalam upayanya mendukung wilayah Kecamatan Belik, diperlukan studi mengenai neraca air Sub DAS Wakung dan Sub DAS Lumeneng yang merupakan bagian dari DAS Comal yang mengaliri Kecamatan Belik. Studi ini dilakukan untuk mengetahui nilai ketersediaan air terhadapa kebutuhan air domestik, pertanian, dan peternakan di Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang. Dengan curah hujan per bulan selama tahun 2013 berada pada kisaran 38 - 1.436 mm/bulan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya analisis ketersediaan air DAS Comal untuk mendukung pengembangan wilayah Kecamatan Belik. Ketersediaan air dihitung berdasarkan debit andalan 0,826 yang didapat dari metode keandalan Weibull pada data curah hujan tahun 2003 – 2013.
Besarnya kebutuhan air adalah 71,592 liter/detik bagi 103.092 penduduk pada tahun 2013, 166,001 liter/detik pada kebutuhan air sawah, dan 391,296 liter/detik pada kebutuhan air perkebunan (berdasarkan perhitungan dari SNI 19-6728.1-2002 Tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya – Bagian 1 : Sumber Daya Air Spasial). Dengan kata lain, dibutuhkan air sebanyak 628,892 liter/detik tiap bulannya.
Berdasarkan hasil perhitungan neraca air, ketersediaan air di Kecamatan Belik tidaklah stabil, yaitu adanya ketidakmerataan ketersediaan air yang berasal dari Sub DAS Wakung dan Sub DAS Lumeneng. Ketidakstabilan tersebut ditandai dari hanya ada dua wilayah di area Sub DAS Wakung yang mengalami surplus air dalam setahun penuh, yaitu Desa Kalisaleh dan Gunungtiga. Sedangkan wilayah Cakupan DAS Wakung terdapat sembilan desa yang mengalami defisit pada Bulan September adalah di wilayah Desa Gombong, Belik, Kuta, Simpur, dan Bulakan dengan masing-masing memiliki nilai defisit air sebesar 19,449 liter/detik, 17,154 liter/detik, 3,111 liter/detik, 2,885 liter/detik, dan 23,31 liter/detik. Lima desa lain mengalami defisit air pada Bulan Agustus dan September, yaitu Gunungjaya sebesar 9,734 liter/detik dan 23,519 liter/detik, Mendelem mengalami defisit 28,368 liter/detik dan 42,153 liter/detik, Beluk sebesar 23,271 liter/detik dan 34,769 liter/detik, dan Desa Sikasur mengalami defisit sebesar 21,08 liter/detik dan 32,578 liter/detik. Jika dilihat dari kebutuhan air total dari cakupan wilayah Sub DAS Wakung terhadap ketersediaan airnya, maka defisit air yang terjadi adalah sebesar 211,337 liter/detik pada Bulan Mei, 197,605 liter/detik pada Bulan Juni, 291,469 liter/detik pada Bulan Juli, 574,757 liter/detik pada Bulan Agustus, 592,785 liter/detik pada Bulan September, pada Bulan Oktober adalah 249,275 liter/detik, dan 12,972 pada Bulan November. Sedangkan Desa Badak yang termasuk dalam wilayah cakupan Sub DAS Lumeneng mengalami defisit air selama tiga bulan yaitu Bulan Juli sebesar 1,996 liter/detik, Bulan Agustus sebesar 31,788 liter/detik, dan pada Bulan September sebesar 33,105 liter/detik.
Diharapkan dari studi ini dapat menjadi salah satu studi yang mendukung pemerintah dalam usahanya untuk pemerataan ketersediaan air Kecamatan Belik. Serta mengajak masyarakat untuk bijak dalam penggunaan air dan mendukung usaha pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang, terutama dalam hal pengembangan sarana dan prasarana penyediaan air. Dengan hal tersebut maka pemerintah dapat merencanakan tata kelola pemenuhan kebutuhan air untuk mewujudkan ketersediaan air secara stabil, merata, dan berkelanjutan bagi penduduk Kecamatan Belik dalam usahanya untuk mendukung pengembangan wilayah Kecamatan Belik.

Research paper thumbnail of ADAPTASI PETANI TAMBAK TERHADAP EKSISTENSI TAMBAK AKIBAT ROB DI DUKUH TAPAK SEMARANG

Dukuh Tapak merupakan suatu RW di Kelurahan Tugurejo yang berlokasi di Utara Kota Semarang. Dukuh... more Dukuh Tapak merupakan suatu RW di Kelurahan Tugurejo
yang berlokasi di Utara Kota Semarang. Dukuh ini mengalami
kondisi sebagaimana wilayah pesisir lain di Kota Semarang,
yaitu lahan yang terkena dampak rob dan abrasi. Rob sebagai
suatu siklus alam terjadi secara berkala menggenangi lahan
tambak Dukuh Tapak. Ditambah dengan adanya abrasi yang
mengurangi luasan lahan tambak di Dukuh Tapak. Fenomena ini
menuntut masyarakat Dukuh Tapak untuk menyesuaikan kondisi
lingkungannya untuk mempertahankan keberadaan lahan tambak
mereka. Seperti halnya pengaturan tanggul dengan penggunaan
APO berupa ban bekas hingga penanaman pohon mangrove yang
mereka jadikan sebagai dinding tambak. Di sisi lain, berfungsi
pula sebagai pemecah gelombang pasang yang masuk ke lahan
tambak untuk mengurangi dampak rob dan abrasi. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan oleh petani
tambak dalam usahanya mempertahankan eksistensi tambak akibat
rob, penyusun melakukan penelitian ini berdasarkan teori Paul
A. Bell mengenai proses terbentuknya adaptasi. Penelitian ini
menggunakan metode Deskriptif Kualitatif Empiris, dengan
pendekatan Fenomenologi. Hasil yang diperoleh dari analisis
yang telah dilakukan, didapat bentuk adaptasi yang dilakukan
oleh petani tambak Tapak adalah berupa adaptasi fisik,
adaptasi sosial ekonomi, dan adaptasi sumber daya manusia
(SDM).

Research paper thumbnail of ADAPTASI PETANI TAMBAK TERHADAP EKSISTENSI TAMBAK AKIBAT ROB (Studi Kasus

Dukuh Tapak merupakan suatu RW di Kelurahan Tugurejo yang berlokasi di Utara Kota Semarang. Dukuh... more Dukuh Tapak merupakan suatu RW di Kelurahan Tugurejo
yang berlokasi di Utara Kota Semarang. Dukuh ini mengalami
kondisi sebagaimana wilayah pesisir lain di Kota Semarang,
yaitu lahan yang terkena dampak rob dan abrasi. Rob sebagai
suatu siklus alam terjadi secara berkala menggenangi lahan
tambak Dukuh Tapak. Ditambah dengan adanya abrasi yang
mengurangi luasan lahan tambak di Dukuh Tapak. Fenomena ini
menuntut masyarakat Dukuh Tapak untuk menyesuaikan kondisi
lingkungannya untuk mempertahankan keberadaan lahan tambak
mereka. Seperti halnya pengaturan tanggul dengan penggunaan
APO berupa ban bekas hingga penanaman pohon mangrove yang
mereka jadikan sebagai dinding tambak. Di sisi lain, berfungsi
pula sebagai pemecah gelombang pasang yang masuk ke lahan
tambak untuk mengurangi dampak rob dan abrasi. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk adaptasi yang dilakukan oleh petani
tambak dalam usahanya mempertahankan eksistensi tambak akibat
rob, penyusun melakukan penelitian ini berdasarkan teori Paul
A. Bell mengenai proses terbentuknya adaptasi. Penelitian ini
menggunakan metode Deskriptif Kualitatif Empiris, dengan
pendekatan Fenomenologi. Hasil yang diperoleh dari analisis
yang telah dilakukan, didapat bentuk adaptasi yang dilakukan
oleh petani tambak Tapak adalah berupa adaptasi fisik,
adaptasi sosial ekonomi, dan adaptasi sumber daya manusia
(SDM).