Ujang Suryadi | Universitas Terbuka Indonesia (original) (raw)
Papers by Ujang Suryadi
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, 2015
Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman asli Afrika Timur di wilayah Abessinia, Ethiopia, dan ... more Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman asli Afrika Timur di wilayah Abessinia, Ethiopia, dan sekitarnya (Vavilov 1926), yang kini menjadi tanaman kosmopolitan menyebar ke seluruh dunia. Data FAO tahun 2012 menunjukkan terdapat 110 negara di dunia yang menanam sorgum. Indonesia yang sudah menanam sorgum sejak awal abad ke-4 justru tidak
tercantum pada daftar negara produsen sorgum FAO, kemungkinan karena luas areal panennya sangat kecil (FAO 2013).
Negara penanam sorgum memiliki luas panen hingga jutaan ha. India, misalnya pada tahun 1990 menanam sorgum seluas 14,36 juta ha, namun pada tahun 2012 menurun menjadi 7,38 juta ha. Di benua Afrika, Nigeria, dan Sudan merupakan negara penanam sorgum terluas. Pada tahun 2012 masing-masing negara menanam sorgum seluas 5,5 juta ha dan 4,1 juta ha. Di benua Asia, penanam sorgum terluas kedua setelah India adalah China yang pada tahun 1990 luas mencapai 1,5 juta ha, tetapi menurun menjadi 0,5 juta ha pada tahun 2012.
Di benua Amerika, negara penanam sorgum terbesar adalah Meksiko dan Argentina. Pada tahun 1990 luas panen sorgum di masing-masing negara 1,8 juta ha dan 0,7 juta ha, dan pada tahun 2012 tetap stabil, Meksiko 1,8 juta ha, dan Argentina meningkat menjadi 1,2 juta ha. Tanaman sorgum di
Amerika Serikat meningkat 121% dalam 10 tahun terakhir, yaitu 0,38 juta ha pada tahun 1990, menjadi 0,84 juta ha pada tahun 2012. Tanaman sorgum di Australia merupakan tanaman minor walaupun skala usaha per petani cukup luas, karena luasnya pemilikan lahan. Total luas panen sorgum di
Australia pada tahun tahun 1990 adalah 0,38 juta ha dan meningkat menjadi 0,65 juta ha pada tahun 2012 (Tabel 2).
Perancis, Itali, dan Rusia merupakan negara Eropa penanam sorgum, meski luas arealnya relatif kecil. Pada tahun 1990 luas areal panennya adalah 0,07 juta ha di Perancis, 0,02 juta ha di Italia, dan 0,03 juta ha di Rusia. Pada tahun 2012, luas panen sorgum di Perancis turun menjadi 0,04 juta ha, di
Italia 0,03 juta ha, dan Rusia 0,04 juta ha.
Di Indonesia, luas panen tanaman sorgum pada tahun 1990-2010 hanya sekitar 25.000 ha dan tersebar, sehingga tidak masuk dalam daftar statistik FAO. Tanaman sorgum di Indonesia terdesak oleh komoditas yang bernilai ekonomi lebih tinggi, seperti jagung, kacang hijau, padi gogo, atau ubi kayu.
Pada tahun 1950-1965 areal sorgum cukup luas, biasa ditanam di lahan ering (tegalan) pada musim hujan, pada pematang, atau tumpangsari dengan padi gogo atau kedelai. Pada lahan sawah, sorgum ditanam pada musim kemarau, bulan Juli-Oktober, pada waktu tanaman semusim lainnya kurang toleran terhadap cekaman kekeringan. Sebelum tahun 1970an, biji sorgum digunakan untuk bahan pangan sebagai substitusi beras. Namun setelah persedian beras memadai dengan harga yang relatif murah, petani di Jawa tidak lagi tertarik menanam sorgum. Sejak tahun 1990an pasar sorgum dapat dikatakan tidak ada. Industri pakan ternak (feed mill) yang mulai tumbuh sejak 1980an nampaknya kurang berminat membeli biji sorgum dalam negeri yang ketersediaannya tersebar dan di setiap lokasi jumlahnya sedikit. Nampaknya ketiadaan pasar ini telah berfungsi menjadi “pemusnah” tanaman sorgum dari lahan petani.
Studi genetika ketahanan padi terhadap penyakit tungro dilakukan di Balai Besar Bioteknologi dan ... more Studi genetika ketahanan padi terhadap penyakit tungro
dilakukan di Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian, Bogor. Varietas padi TN1 digunakan sebagai tetua rentan
dan galur OBSTG02-124 sebagai tetua tahan. Dari hasil persilangan
tetua tahan dan rentan diperoleh enam kombinasi persilangan yang
terdiri atas tetua rentan (P1) sebanyak 55 tanaman dan tetua tahan
(P2) 35 tanaman, F1 70 tanaman, F1R 70 tanaman, BC1-1 100
tanaman, BC1-2 100 tanaman, dan F2 300 tanaman. Pengaruh tetua
betina dalam penurunan sifat ketahanan terhadap penyakit tungro
diidentifikasi melalui reaksi ketahanan pada tanaman F1 dan
resiproknya (F1R) melalui uji t. Setiap populasi ditanam dalam pot
berisi 5 kg tanah. Tamanan berumur 7-10 hari diinokulasi dengan
virus tungro isolat Subang menggunakan 4-5 wereng hijau selama
5 jam. Pengamatan gejala visual setiap individu tanaman didasarkan
atas skoring sesuai Standard Evaluation System for Rice. Uji ELISA
(non precoated I-ELISA) dilakukan pada umur 21 hari setelah
inokulasi menggunakan antibodi poliklonal RTSV (S) dan gabungan
RTBV dan RTSV (BS). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat
pengaruh tetua betina terhadap pewarisan sifat ketahanan terhadap
penyakit tungro. Ketahanan pada galur OBSTG02-124 dikendalikan
oleh dua gen resesif komplementer. Nilai heritabilitas sedang
mengindikasikan bahwa lingkungan berperan penting dalam
menetukan ketahanan genetik galur tersebut terhadap tungro.
Kata kunci: Genetika, ketahanan, padi, penyakit tungro.
Books by Ujang Suryadi
Pengembangan varietas unggul jagung, termasuk jagung hibrida, telah mengubah usahatani jagung dar... more Pengembangan varietas unggul jagung, termasuk jagung hibrida, telah
mengubah usahatani jagung dari pertanian subsisten menjadi usaha
komersial. Fenomena tersebut menunjukkan pentingnya penelitian
pemuliaan jagung dalam mendukung upaya peningkatan produksi jagung
nasional.
Jagung adalah komoditas pangan ketiga dunia setelah padi dan gandum,
sedangkan di tingkat nasional menempati deretan kedua setelah padi.
Penggunaan varietas unggul jagung yang dihasilkan pemulia, baik hibrida
maupun bersari bebas, berkontribusi nyata meningkatkan produksi dan
pendapatan petani. Dalam menghasilkan varietas unggul jagung, pemulia
dituntut untuk mampu mengatasi tantangan perubahan iklim global di
samping degradasi lahan pertanian melalui seleksi dan adaptasi materi
genetik yang lebih stabil.
Buku perakitan varietas unggul jagung fungsional ini diharapkan dapat
memberi sumbangan bagi pengembangan jagung dalam upaya peningkatan
produksi menuju swasembada berkelanjutan. Jagung fungsional adalah
jagung yang mempunyai nilai nutrisi lebih tinggi dari jagung biasa. Jagung
fungsional mulai diteliti pada tahun 2000an untuk menghasilkan varietas
unggul yang dapat dikembangkan petani.
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, 2015
Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman asli Afrika Timur di wilayah Abessinia, Ethiopia, dan ... more Sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman asli Afrika Timur di wilayah Abessinia, Ethiopia, dan sekitarnya (Vavilov 1926), yang kini menjadi tanaman kosmopolitan menyebar ke seluruh dunia. Data FAO tahun 2012 menunjukkan terdapat 110 negara di dunia yang menanam sorgum. Indonesia yang sudah menanam sorgum sejak awal abad ke-4 justru tidak
tercantum pada daftar negara produsen sorgum FAO, kemungkinan karena luas areal panennya sangat kecil (FAO 2013).
Negara penanam sorgum memiliki luas panen hingga jutaan ha. India, misalnya pada tahun 1990 menanam sorgum seluas 14,36 juta ha, namun pada tahun 2012 menurun menjadi 7,38 juta ha. Di benua Afrika, Nigeria, dan Sudan merupakan negara penanam sorgum terluas. Pada tahun 2012 masing-masing negara menanam sorgum seluas 5,5 juta ha dan 4,1 juta ha. Di benua Asia, penanam sorgum terluas kedua setelah India adalah China yang pada tahun 1990 luas mencapai 1,5 juta ha, tetapi menurun menjadi 0,5 juta ha pada tahun 2012.
Di benua Amerika, negara penanam sorgum terbesar adalah Meksiko dan Argentina. Pada tahun 1990 luas panen sorgum di masing-masing negara 1,8 juta ha dan 0,7 juta ha, dan pada tahun 2012 tetap stabil, Meksiko 1,8 juta ha, dan Argentina meningkat menjadi 1,2 juta ha. Tanaman sorgum di
Amerika Serikat meningkat 121% dalam 10 tahun terakhir, yaitu 0,38 juta ha pada tahun 1990, menjadi 0,84 juta ha pada tahun 2012. Tanaman sorgum di Australia merupakan tanaman minor walaupun skala usaha per petani cukup luas, karena luasnya pemilikan lahan. Total luas panen sorgum di
Australia pada tahun tahun 1990 adalah 0,38 juta ha dan meningkat menjadi 0,65 juta ha pada tahun 2012 (Tabel 2).
Perancis, Itali, dan Rusia merupakan negara Eropa penanam sorgum, meski luas arealnya relatif kecil. Pada tahun 1990 luas areal panennya adalah 0,07 juta ha di Perancis, 0,02 juta ha di Italia, dan 0,03 juta ha di Rusia. Pada tahun 2012, luas panen sorgum di Perancis turun menjadi 0,04 juta ha, di
Italia 0,03 juta ha, dan Rusia 0,04 juta ha.
Di Indonesia, luas panen tanaman sorgum pada tahun 1990-2010 hanya sekitar 25.000 ha dan tersebar, sehingga tidak masuk dalam daftar statistik FAO. Tanaman sorgum di Indonesia terdesak oleh komoditas yang bernilai ekonomi lebih tinggi, seperti jagung, kacang hijau, padi gogo, atau ubi kayu.
Pada tahun 1950-1965 areal sorgum cukup luas, biasa ditanam di lahan ering (tegalan) pada musim hujan, pada pematang, atau tumpangsari dengan padi gogo atau kedelai. Pada lahan sawah, sorgum ditanam pada musim kemarau, bulan Juli-Oktober, pada waktu tanaman semusim lainnya kurang toleran terhadap cekaman kekeringan. Sebelum tahun 1970an, biji sorgum digunakan untuk bahan pangan sebagai substitusi beras. Namun setelah persedian beras memadai dengan harga yang relatif murah, petani di Jawa tidak lagi tertarik menanam sorgum. Sejak tahun 1990an pasar sorgum dapat dikatakan tidak ada. Industri pakan ternak (feed mill) yang mulai tumbuh sejak 1980an nampaknya kurang berminat membeli biji sorgum dalam negeri yang ketersediaannya tersebar dan di setiap lokasi jumlahnya sedikit. Nampaknya ketiadaan pasar ini telah berfungsi menjadi “pemusnah” tanaman sorgum dari lahan petani.
Studi genetika ketahanan padi terhadap penyakit tungro dilakukan di Balai Besar Bioteknologi dan ... more Studi genetika ketahanan padi terhadap penyakit tungro
dilakukan di Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian, Bogor. Varietas padi TN1 digunakan sebagai tetua rentan
dan galur OBSTG02-124 sebagai tetua tahan. Dari hasil persilangan
tetua tahan dan rentan diperoleh enam kombinasi persilangan yang
terdiri atas tetua rentan (P1) sebanyak 55 tanaman dan tetua tahan
(P2) 35 tanaman, F1 70 tanaman, F1R 70 tanaman, BC1-1 100
tanaman, BC1-2 100 tanaman, dan F2 300 tanaman. Pengaruh tetua
betina dalam penurunan sifat ketahanan terhadap penyakit tungro
diidentifikasi melalui reaksi ketahanan pada tanaman F1 dan
resiproknya (F1R) melalui uji t. Setiap populasi ditanam dalam pot
berisi 5 kg tanah. Tamanan berumur 7-10 hari diinokulasi dengan
virus tungro isolat Subang menggunakan 4-5 wereng hijau selama
5 jam. Pengamatan gejala visual setiap individu tanaman didasarkan
atas skoring sesuai Standard Evaluation System for Rice. Uji ELISA
(non precoated I-ELISA) dilakukan pada umur 21 hari setelah
inokulasi menggunakan antibodi poliklonal RTSV (S) dan gabungan
RTBV dan RTSV (BS). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat
pengaruh tetua betina terhadap pewarisan sifat ketahanan terhadap
penyakit tungro. Ketahanan pada galur OBSTG02-124 dikendalikan
oleh dua gen resesif komplementer. Nilai heritabilitas sedang
mengindikasikan bahwa lingkungan berperan penting dalam
menetukan ketahanan genetik galur tersebut terhadap tungro.
Kata kunci: Genetika, ketahanan, padi, penyakit tungro.
Pengembangan varietas unggul jagung, termasuk jagung hibrida, telah mengubah usahatani jagung dar... more Pengembangan varietas unggul jagung, termasuk jagung hibrida, telah
mengubah usahatani jagung dari pertanian subsisten menjadi usaha
komersial. Fenomena tersebut menunjukkan pentingnya penelitian
pemuliaan jagung dalam mendukung upaya peningkatan produksi jagung
nasional.
Jagung adalah komoditas pangan ketiga dunia setelah padi dan gandum,
sedangkan di tingkat nasional menempati deretan kedua setelah padi.
Penggunaan varietas unggul jagung yang dihasilkan pemulia, baik hibrida
maupun bersari bebas, berkontribusi nyata meningkatkan produksi dan
pendapatan petani. Dalam menghasilkan varietas unggul jagung, pemulia
dituntut untuk mampu mengatasi tantangan perubahan iklim global di
samping degradasi lahan pertanian melalui seleksi dan adaptasi materi
genetik yang lebih stabil.
Buku perakitan varietas unggul jagung fungsional ini diharapkan dapat
memberi sumbangan bagi pengembangan jagung dalam upaya peningkatan
produksi menuju swasembada berkelanjutan. Jagung fungsional adalah
jagung yang mempunyai nilai nutrisi lebih tinggi dari jagung biasa. Jagung
fungsional mulai diteliti pada tahun 2000an untuk menghasilkan varietas
unggul yang dapat dikembangkan petani.