Fadly Rahman | University of Padjadjaran (UNPAD) (original) (raw)
Papers by Fadly Rahman
Universitas Gadjah Mada, 2014
The food image in Indonesia is known by its cultural varieties, uniqueness, and rich on taste. Th... more The food image in Indonesia is known by its cultural varieties, uniqueness, and rich on taste. Those are shaped through the long historical process (longue durée) and also influenced by global elements. This study discusses on food history of Indonesia in global perspective. The subject of this study is observing the dynamics of the food development in Indonesia. This study aimed to comprehend the historical elements which shaped the development of food image in Indonesia. Those elements are including food cultivation, politic, economy, and culture that observed its interconnection. This study employs historical method by approach the global history perspective and supported by various primary and secondary sources including cookbooks, food sciences, monographs, itinerary reports, archives, magazines, newspaper, and private document. The findings of this study i.e. first, the historical root of food formation in Indonesia had transpired since the ancient time that indicated by the efforts of ancient society in inventing-invention various foods that utilized the sources in surround them. Second, the entry of various global influences (from China, India, Arab, and Europe) until 18th century also followed by the entry of sorts of new foodstuffs (plant and animal) that then influenced the food evolution. Third, the development of foods cultivation since 19th century until early of 20th century influenced the development of food sciences and gastronomy culture as a form of food innovation (nouvelle cuisine) that marked by the creation of Indische keuken. Fourth, the times of malaise, Japanese power and Indonesian Independence were the fading periods for Indische keuken. Fifth, the composing of Indonesian cookbook�s Mustika Rasa was a deconstruction effort to the Indische keuken. This study concludes that the food development in Indonesia is a continuity phase of former development in ancient time and colonial time that transpired in the process of inventing-invention and innovation of food
Gramedia Pustaka Utama, 2016
Perkembangan khazanah kuliner Indonesia tidak dapat dipisahkan dari persentuhannya dengan berbaga... more Perkembangan khazanah kuliner Indonesia tidak dapat dipisahkan dari persentuhannya dengan berbagai kebudayaan. Masyarakat berada di antara dua kondisi: mempertahankan unsur budaya asli atau menerima unsur baru lalu menyesuaikannya ke dalam kebudayaan sendiri. Dalam hal ini, local genius memegang peranan amat penting. Pada masa kolonial ada satu budaya yang dikenal dengan istilah Rijtsttafel. Rijsttafel merupakan konsep budaya makan modern pertama dalam sejarah kuliner Indonesia yang terlahir dari proses akulturasi pribumi dan Belanda yang berkembang sejak pertengahan abad ke 19. Rijst sendiri berarti nasi sedangkan tafel selain berarti meja juga bermakna kias untuk hidangan. Budaya ini muncul setelah minimnya makanan eropa untuk makan sehari-hari sehingga orang-orang Belanda di Hindia Belanda pun mulai beradaptasi dengan makanan pribumi,sehingga lambat laun pola kebiasaan dan pola makan mereka pun turut berubah. Faktor kondusif sangat erat kaitannya dengan pengaruh makanan pribumi terhadap kehidupan sehari-hari orang Belanda yang hidup dalam lingkungan masyarakat pribumi, yang menjadikan kebiasaan makan hidangan pribumi begitu melekat dan disukai dalam pola makan sehari-hari orang-orang Belanda, selain itu faktor pendukung peran orang-orang Belanda dengan kebudayaan mereka juga turut berperan sehingga perpaduan inilah yang membantu dalam berkembangnya Rijsttafel. Lama kelamaan Rijsttafel mengalami perkembangan dalam hal penyajian hidangan dan variasi makanan,dapat dilihat dari dalam kombinasi makanan pribumi dengan tata saji Barat sehingga makanan pribumi pun disajikan lazimnya hidangan Eropa. Seperti penggunaan peranti alat-alat makan seperti sendok,garpu,pisau,piring, ditambah meja dan kursi padahal hingga kurun abad ke 19 etika makan demikian sangat tidak cocok dengan kondisi makan orang pribumi karena hidangan nasi dan makanan pribumi telah disiapkan sesuap-sesuap menggunakan tangan. Keadaan ini menunjukkan ketimpangan budaya yang dinyatakan J. Hageman sebagai " unsur Eropa sebagai ideal dan unsur Jawa sebagai tambahan ". Disini secara tidak langsung terkandung makna penonjolan dan pengenalan unsur-unsur budaya Barat dalam ruang lingkup kehidupan pribumi. Seperti budaya indis lainnya, Rijsttafel tidak lebih sebagai diskriminasi budaya yang lazim diterapkan para kolonialis di wilayah jajahan. Memasuki awal abad 20, Rijsttafel mengalami semacam formalisasi yang melahirkan berbagai bentuk inovasi penyajian sehingga menunjukkan perkembangan penting dan menarik. Selain itu pada akhir abad 19 dan memasuki abad 20 Jawa menjadi tempat pilihan para turis yang ingin berkunjung ke Hindia Belanda karena popularitas dan keidentikan Jawa dengan nilai-nilai kebudayaan dan keeksotisan alamnya, dan salah satu yang menjadi daya tarik bagi para turis Eropa adalah Rijsttafel. Pada masa itu Rijsttafel telah menjadi semacam nilai jual untuk menarik para turis berkunjung ke Jawa melalui promosi yang gencar dilakukan. Seiring pesatnya perkembangan modernisasi di Jawa pada awal abad 20 turut serta memajukan industri Pariwisata. Hal ini turut membawa dampak terhadap munculnya sarana wisata
When ethnology was institutionalized, it became a politic of knowledge by the colonial power. Man... more When ethnology was institutionalized, it became a politic of knowledge by the colonial power. Many of the texts and images were published in the form of monographs, maps, dictionaries and even Bible form. Ethnic identity was mapped. Today the construction of ethnicity is important. In Indonesia ethnicity is a sensitive issue. Bias, stereotype and interethnic conflict often happens throughout the history of Indonesia. This paper tries to analyze the connection between history, language, and political power as an early construction of ethnic identity in Indonesia by tracing works in Indonesia historiography.
Metahumaniora, 2020
AbstrakPada masa sekarang, sejarah kerap diadaptasi untuk berbagai kepentingan. Tujuannya tidak l... more AbstrakPada masa sekarang, sejarah kerap diadaptasi untuk berbagai kepentingan. Tujuannya tidak lain, dengan merekonstruksi masa lalu melalui beragam media (seperti film, novel, dan komik) diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman, bahwa: masa lalu selalu aktual. Dalam proses mengadaptasikan sejarah, kepakaran seorang sejarawan sejatinya amat diperlukan. Namun demikian, berbagai pengakuan terhadap sejarawan sebagai sebuah profesi nyatanya telah mengalami pergeseran. Perkembangan pengetahuan yang berjalan-iring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi disadari atau tidak justru berpeluang mereduksi makna asasi dari peran sejarawan itu sendiri. Artikel ini mencoba merumuskan kembali strategi dan metode akademik melalui pewacanaan sejarah publik dan sejarah interdisipliner sebagai upaya menyiapkan para sejarawan bukan hanya profesionalitasnya, melainkan vokasionalitasnya agar mereka memiliki keahlian terapan yang dibutuhkan dalam berbagai kebutuhan praktis saat ini.Kata kunci: sej...
Metahumaniora, 2019
Sebagai bagian dari identitas budaya manusia, makanan memiliki jejak masa lalu yang panjang denga... more Sebagai bagian dari identitas budaya manusia, makanan memiliki jejak masa lalu yang panjang dengan jalinan kompleks berbagai aspek. Dalam kajian makanan, jejak dan jejalin itu berupaya dirumuskan melalui pendekatan lintas disiplin yang mengaitkan hubungan antarunsur, di antaranya lingkungan, sejarah, sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Hasil dari kajian makanan relevan untuk dijadikan sebagai bahan pemikiran serta kebijakan strategis untuk meretas masalah-masalah dalam mata rantai makanan. Artikel ini membahas wacana pemikiran kajian makanan sebagai suatu perangkat analisis untuk memahami permasalahan makanan sebagai identitas serta prospeknya untuk diterapkan di Indonesia sebagai disiplin dalam mengkaji kuliner Indonesia. As a part of human’s cultural identity, food has a long historical trail and complex interweaving of various aspects. In food studies, those then defined through interdiciplinary approachment that connecting the relation interelements, covering environment, hi...
Metahumaniora, 2018
AbstrakCitra budaya makan Sunda tidak dapat dipisahkan dari kekayaan vegetasinya. Beragam sayuran... more AbstrakCitra budaya makan Sunda tidak dapat dipisahkan dari kekayaan vegetasinya. Beragam sayuran digunakan sebagai lalab, sebuah istilah Sunda untuk menyebut jenis-jenis sayuran, baik yang tumbuh liar maupun yang dibudidayakan untuk dipilih sebagai hidangan utama Sunda. Tidak mengherankan jika di lingkungan rumah tangga Sunda atau rumah makan Sunda, sayuran mentah atau yang direbus yang dilengkapi dengan sambal terasi kerap disajikan seakan menjadi menu wajib. Tradisi lalab sendiri seringkali diasosiasikan dengan lingkungan alam Sunda berupa citra tanah suburnya yang mendukung pertumbuhan banyak jenis tanaman bermanfaat untuk bahan lalab. Setidaknya tradisi ini telah membentuk keunikan budaya makan Sunda jika dibandingkan dengan budaya makan di wilayah lainnya di Indonesia. Hal yang menjadi pertanyaan, sejak kapan tradisi lalab melekat dalam budaya makan Sunda? Artikel ini secara historis menjelajahi akar dari tradisi lalab dihubungkan dengan fakta-fakta arkeologis, naskah-naskah k...
Metahumaniora
Sebagai salah satu komoditas pangan nasional, ketela pohon (Manihot esculenta) banyak dimanfaatka... more Sebagai salah satu komoditas pangan nasional, ketela pohon (Manihot esculenta) banyak dimanfaatkan sebagai kebutuhan konsumsi massa. Budidaya tanaman ini tumbuh dan mengakar di berbagai daerah di Indonesia. Permintaan yang tinggi sebagai bahan olahan populer di sektor domestik dan industri turut meningkatkan produksi ketela pohon. Tanaman yang berasal dari Benua Amerika ini mulai dibudidayakan di kepulauan Nusantara sejak abad ke-16. Dari abad ke abad pertumbuhan ketela pohon telah mengakar menjadi komoditas khas pertanian Indonesia. Artikel ini mengulas perkembangan budidaya ketela pohon dari masa pra-kolonial hingga kontemporer. Dengan menggunakan konsep “pusat asal” (center of origin) dan “pusat keanekaragaman” (center of diversity) tanaman budidaya dari N.I. Vavilov, melalui artikel ini dikaji bagaimana diseminasi tanaman pangan dari kawasan Amerika Selatan dapat berkembang secara ekstensif sebagai komoditas pertanian dan konsumsi massa di Indonesia. “GROWING AND ROOTING”HISTORY...
Journal of Ethnic Foods, 2020
One of the most Indonesian popular food is rendang. In recent years, the popularity of this food ... more One of the most Indonesian popular food is rendang. In recent years, the popularity of this food goes upward to foreign countries after CNN’s polling in 2011, and 2017 placed rendang at the first number of the most delicious food in the world. Along this time, rendang is often associated with the culture of Malay and Minangkabau. Nevertheless, this research tries to trace the historicity of rendang and also the possibility of foreign culinary influences which shapes this Minangkabau’s food heritage. By employing the historical method supported with the reading of various primary sources, this article traces the trail of rendang and resulted fact findings related to foreign culinary influences in West Sumatra and also its development in becoming an Indonesian national food.
Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, 2019
Artikel ini membahas kedudukan rempah-rempah sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia dengan... more Artikel ini membahas kedudukan rempah-rempah sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia dengan mengkajinya dari perspektif sejarah total. Komoditas seperti cengkeh dan pala yang dihasilkan di Kepulauan Maluku pada masa lalu pernah dihargai tinggi dalam ekonomi global. Eksplorasi pelayaran dari berbagai penjuru dunia demi mencari rempah-rempah lantas menciptakan “Jalur Rempah” yang menjadikan nusantara sebagai poros ekonomi global. Selain berpengaruh besar terhadap berbagai unsur kehidupan dalam lingkup global, eksplorasi rempah-rempah telah memicu temuan penting dalam bidang ilmu pengetahuan, mulai dari Itinerario karya kartografi oleh Jan Huygen van Linschoten hingga Herbarium Amboinense karya botanikal oleh Rumphius. Akan tetapi di balik itu, rempah-rempah memicu terjadinya praktik eksploitasi alam. Dengan menggunakan pendekatan sejarah total sebagaimana diterapkan oleh Fernand Braudel, artikel ini menyajikan hubungan sejarah, politik dagang, budaya, alam, dan ilmu pengetahua...
In Indonesian history, volcanic disasters are both disastrous and blessing. In the short term it ... more In Indonesian history, volcanic disasters are both disastrous and blessing. In the short term it becomes disastrous when the impact causes massive damage and takes many casualties. But in the long term it can becomes blessings because the ashes from volcanic eruptions has the potential to fertilize the soil. Volcanic disasters as happened in several parts of Dutch East Indies regions that were traversed by the "ring of fire" have attracted the attention of scholars, such as botanists Verbeek (1886), Treub (1888), Hemsley (1888 & 1903), Valeton (1905), Ernst (1907), Backer (1929); volcanologist ter Braake (1945); and agronomist Mohr (1945) in examining soil conditions post-eruption which is good to growth of various vegetations. From their research it was concluded that the regions with the highest number of active volcanoes tend to have a high level of soil fertility. This article discusses the traces of scientific researchs on the vegetation condition after eruption of Kr...
Jantra.
Persoalan seputar benturan peradaban Timur dan Barat sebagaimana dicetuskan oleh Edward Said deng... more Persoalan seputar benturan peradaban Timur dan Barat sebagaimana dicetuskan oleh Edward Said dengan Orientalisme-nya dan Hassan Hanafi dengan Oksidentalisme-nya masih menjadi hal yang menarik untuk didiskusikan saat ini. Bukan hanya terjadi di negara-negara bekas jajahan Barat/Eropa, persoalan itu juga terjadi di negara-negara Barat sendiri. Bedanya, jika di negara-negara Barat, tradisitradisi Timur dilirik sebagai wujud dari pelepasan rasa penat masyarakatnya terhadap berbagai praktik modernitas, maka sebaliknya di negara-negara Timur masyarakatnya justru terus mencoba terbuka menyerap modernitas Barat dan pada saat bersamaan berupaya mempertahankan nilai-nilai tradisinya. Artikel ini mencoba membahas persoalan tersebut dalam ruang lingkup Indonesia. Dengan membahas dan merefleksikan pemikiran terkait “polemik kebudayaan” yang pernah dipantik oleh Sutan Takdir Alisjahbana pada 1935, tulisan ini mencoba untuk meretas masalah benturan antara Timur dan Barat di Indonesia sebagai suatu...
Since ethnology institutionalized as knowledge tools of colonial power in 19th century, many kind... more Since ethnology institutionalized as knowledge tools of colonial power in 19th century, many kind of sources were published in e.g. monographs, maps, dictionaries and even Bible. Through those sources, the identity of ethnic then mapped and embodied. Today the construction of ethnicity is still stand and become a common in human life. Related on the Indonesian history, oftentimes, ethnicity is a sensitive issue and full of bias, stereotype and conflict. This paper tries to analyze the connection between history, language, and political power as the early construction of ethnic identity in Indonesia by tracing some historiography works.
Universitas Gadjah Mada, 2014
The food image in Indonesia is known by its cultural varieties, uniqueness, and rich on taste. Th... more The food image in Indonesia is known by its cultural varieties, uniqueness, and rich on taste. Those are shaped through the long historical process (longue durée) and also influenced by global elements. This study discusses on food history of Indonesia in global perspective. The subject of this study is observing the dynamics of the food development in Indonesia. This study aimed to comprehend the historical elements which shaped the development of food image in Indonesia. Those elements are including food cultivation, politic, economy, and culture that observed its interconnection. This study employs historical method by approach the global history perspective and supported by various primary and secondary sources including cookbooks, food sciences, monographs, itinerary reports, archives, magazines, newspaper, and private document. The findings of this study i.e. first, the historical root of food formation in Indonesia had transpired since the ancient time that indicated by the efforts of ancient society in inventing-invention various foods that utilized the sources in surround them. Second, the entry of various global influences (from China, India, Arab, and Europe) until 18th century also followed by the entry of sorts of new foodstuffs (plant and animal) that then influenced the food evolution. Third, the development of foods cultivation since 19th century until early of 20th century influenced the development of food sciences and gastronomy culture as a form of food innovation (nouvelle cuisine) that marked by the creation of Indische keuken. Fourth, the times of malaise, Japanese power and Indonesian Independence were the fading periods for Indische keuken. Fifth, the composing of Indonesian cookbook�s Mustika Rasa was a deconstruction effort to the Indische keuken. This study concludes that the food development in Indonesia is a continuity phase of former development in ancient time and colonial time that transpired in the process of inventing-invention and innovation of food
Gramedia Pustaka Utama, 2016
Perkembangan khazanah kuliner Indonesia tidak dapat dipisahkan dari persentuhannya dengan berbaga... more Perkembangan khazanah kuliner Indonesia tidak dapat dipisahkan dari persentuhannya dengan berbagai kebudayaan. Masyarakat berada di antara dua kondisi: mempertahankan unsur budaya asli atau menerima unsur baru lalu menyesuaikannya ke dalam kebudayaan sendiri. Dalam hal ini, local genius memegang peranan amat penting. Pada masa kolonial ada satu budaya yang dikenal dengan istilah Rijtsttafel. Rijsttafel merupakan konsep budaya makan modern pertama dalam sejarah kuliner Indonesia yang terlahir dari proses akulturasi pribumi dan Belanda yang berkembang sejak pertengahan abad ke 19. Rijst sendiri berarti nasi sedangkan tafel selain berarti meja juga bermakna kias untuk hidangan. Budaya ini muncul setelah minimnya makanan eropa untuk makan sehari-hari sehingga orang-orang Belanda di Hindia Belanda pun mulai beradaptasi dengan makanan pribumi,sehingga lambat laun pola kebiasaan dan pola makan mereka pun turut berubah. Faktor kondusif sangat erat kaitannya dengan pengaruh makanan pribumi terhadap kehidupan sehari-hari orang Belanda yang hidup dalam lingkungan masyarakat pribumi, yang menjadikan kebiasaan makan hidangan pribumi begitu melekat dan disukai dalam pola makan sehari-hari orang-orang Belanda, selain itu faktor pendukung peran orang-orang Belanda dengan kebudayaan mereka juga turut berperan sehingga perpaduan inilah yang membantu dalam berkembangnya Rijsttafel. Lama kelamaan Rijsttafel mengalami perkembangan dalam hal penyajian hidangan dan variasi makanan,dapat dilihat dari dalam kombinasi makanan pribumi dengan tata saji Barat sehingga makanan pribumi pun disajikan lazimnya hidangan Eropa. Seperti penggunaan peranti alat-alat makan seperti sendok,garpu,pisau,piring, ditambah meja dan kursi padahal hingga kurun abad ke 19 etika makan demikian sangat tidak cocok dengan kondisi makan orang pribumi karena hidangan nasi dan makanan pribumi telah disiapkan sesuap-sesuap menggunakan tangan. Keadaan ini menunjukkan ketimpangan budaya yang dinyatakan J. Hageman sebagai " unsur Eropa sebagai ideal dan unsur Jawa sebagai tambahan ". Disini secara tidak langsung terkandung makna penonjolan dan pengenalan unsur-unsur budaya Barat dalam ruang lingkup kehidupan pribumi. Seperti budaya indis lainnya, Rijsttafel tidak lebih sebagai diskriminasi budaya yang lazim diterapkan para kolonialis di wilayah jajahan. Memasuki awal abad 20, Rijsttafel mengalami semacam formalisasi yang melahirkan berbagai bentuk inovasi penyajian sehingga menunjukkan perkembangan penting dan menarik. Selain itu pada akhir abad 19 dan memasuki abad 20 Jawa menjadi tempat pilihan para turis yang ingin berkunjung ke Hindia Belanda karena popularitas dan keidentikan Jawa dengan nilai-nilai kebudayaan dan keeksotisan alamnya, dan salah satu yang menjadi daya tarik bagi para turis Eropa adalah Rijsttafel. Pada masa itu Rijsttafel telah menjadi semacam nilai jual untuk menarik para turis berkunjung ke Jawa melalui promosi yang gencar dilakukan. Seiring pesatnya perkembangan modernisasi di Jawa pada awal abad 20 turut serta memajukan industri Pariwisata. Hal ini turut membawa dampak terhadap munculnya sarana wisata
When ethnology was institutionalized, it became a politic of knowledge by the colonial power. Man... more When ethnology was institutionalized, it became a politic of knowledge by the colonial power. Many of the texts and images were published in the form of monographs, maps, dictionaries and even Bible form. Ethnic identity was mapped. Today the construction of ethnicity is important. In Indonesia ethnicity is a sensitive issue. Bias, stereotype and interethnic conflict often happens throughout the history of Indonesia. This paper tries to analyze the connection between history, language, and political power as an early construction of ethnic identity in Indonesia by tracing works in Indonesia historiography.
Metahumaniora, 2020
AbstrakPada masa sekarang, sejarah kerap diadaptasi untuk berbagai kepentingan. Tujuannya tidak l... more AbstrakPada masa sekarang, sejarah kerap diadaptasi untuk berbagai kepentingan. Tujuannya tidak lain, dengan merekonstruksi masa lalu melalui beragam media (seperti film, novel, dan komik) diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman, bahwa: masa lalu selalu aktual. Dalam proses mengadaptasikan sejarah, kepakaran seorang sejarawan sejatinya amat diperlukan. Namun demikian, berbagai pengakuan terhadap sejarawan sebagai sebuah profesi nyatanya telah mengalami pergeseran. Perkembangan pengetahuan yang berjalan-iring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi disadari atau tidak justru berpeluang mereduksi makna asasi dari peran sejarawan itu sendiri. Artikel ini mencoba merumuskan kembali strategi dan metode akademik melalui pewacanaan sejarah publik dan sejarah interdisipliner sebagai upaya menyiapkan para sejarawan bukan hanya profesionalitasnya, melainkan vokasionalitasnya agar mereka memiliki keahlian terapan yang dibutuhkan dalam berbagai kebutuhan praktis saat ini.Kata kunci: sej...
Metahumaniora, 2019
Sebagai bagian dari identitas budaya manusia, makanan memiliki jejak masa lalu yang panjang denga... more Sebagai bagian dari identitas budaya manusia, makanan memiliki jejak masa lalu yang panjang dengan jalinan kompleks berbagai aspek. Dalam kajian makanan, jejak dan jejalin itu berupaya dirumuskan melalui pendekatan lintas disiplin yang mengaitkan hubungan antarunsur, di antaranya lingkungan, sejarah, sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Hasil dari kajian makanan relevan untuk dijadikan sebagai bahan pemikiran serta kebijakan strategis untuk meretas masalah-masalah dalam mata rantai makanan. Artikel ini membahas wacana pemikiran kajian makanan sebagai suatu perangkat analisis untuk memahami permasalahan makanan sebagai identitas serta prospeknya untuk diterapkan di Indonesia sebagai disiplin dalam mengkaji kuliner Indonesia. As a part of human’s cultural identity, food has a long historical trail and complex interweaving of various aspects. In food studies, those then defined through interdiciplinary approachment that connecting the relation interelements, covering environment, hi...
Metahumaniora, 2018
AbstrakCitra budaya makan Sunda tidak dapat dipisahkan dari kekayaan vegetasinya. Beragam sayuran... more AbstrakCitra budaya makan Sunda tidak dapat dipisahkan dari kekayaan vegetasinya. Beragam sayuran digunakan sebagai lalab, sebuah istilah Sunda untuk menyebut jenis-jenis sayuran, baik yang tumbuh liar maupun yang dibudidayakan untuk dipilih sebagai hidangan utama Sunda. Tidak mengherankan jika di lingkungan rumah tangga Sunda atau rumah makan Sunda, sayuran mentah atau yang direbus yang dilengkapi dengan sambal terasi kerap disajikan seakan menjadi menu wajib. Tradisi lalab sendiri seringkali diasosiasikan dengan lingkungan alam Sunda berupa citra tanah suburnya yang mendukung pertumbuhan banyak jenis tanaman bermanfaat untuk bahan lalab. Setidaknya tradisi ini telah membentuk keunikan budaya makan Sunda jika dibandingkan dengan budaya makan di wilayah lainnya di Indonesia. Hal yang menjadi pertanyaan, sejak kapan tradisi lalab melekat dalam budaya makan Sunda? Artikel ini secara historis menjelajahi akar dari tradisi lalab dihubungkan dengan fakta-fakta arkeologis, naskah-naskah k...
Metahumaniora
Sebagai salah satu komoditas pangan nasional, ketela pohon (Manihot esculenta) banyak dimanfaatka... more Sebagai salah satu komoditas pangan nasional, ketela pohon (Manihot esculenta) banyak dimanfaatkan sebagai kebutuhan konsumsi massa. Budidaya tanaman ini tumbuh dan mengakar di berbagai daerah di Indonesia. Permintaan yang tinggi sebagai bahan olahan populer di sektor domestik dan industri turut meningkatkan produksi ketela pohon. Tanaman yang berasal dari Benua Amerika ini mulai dibudidayakan di kepulauan Nusantara sejak abad ke-16. Dari abad ke abad pertumbuhan ketela pohon telah mengakar menjadi komoditas khas pertanian Indonesia. Artikel ini mengulas perkembangan budidaya ketela pohon dari masa pra-kolonial hingga kontemporer. Dengan menggunakan konsep “pusat asal” (center of origin) dan “pusat keanekaragaman” (center of diversity) tanaman budidaya dari N.I. Vavilov, melalui artikel ini dikaji bagaimana diseminasi tanaman pangan dari kawasan Amerika Selatan dapat berkembang secara ekstensif sebagai komoditas pertanian dan konsumsi massa di Indonesia. “GROWING AND ROOTING”HISTORY...
Journal of Ethnic Foods, 2020
One of the most Indonesian popular food is rendang. In recent years, the popularity of this food ... more One of the most Indonesian popular food is rendang. In recent years, the popularity of this food goes upward to foreign countries after CNN’s polling in 2011, and 2017 placed rendang at the first number of the most delicious food in the world. Along this time, rendang is often associated with the culture of Malay and Minangkabau. Nevertheless, this research tries to trace the historicity of rendang and also the possibility of foreign culinary influences which shapes this Minangkabau’s food heritage. By employing the historical method supported with the reading of various primary sources, this article traces the trail of rendang and resulted fact findings related to foreign culinary influences in West Sumatra and also its development in becoming an Indonesian national food.
Patanjala : Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya, 2019
Artikel ini membahas kedudukan rempah-rempah sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia dengan... more Artikel ini membahas kedudukan rempah-rempah sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia dengan mengkajinya dari perspektif sejarah total. Komoditas seperti cengkeh dan pala yang dihasilkan di Kepulauan Maluku pada masa lalu pernah dihargai tinggi dalam ekonomi global. Eksplorasi pelayaran dari berbagai penjuru dunia demi mencari rempah-rempah lantas menciptakan “Jalur Rempah” yang menjadikan nusantara sebagai poros ekonomi global. Selain berpengaruh besar terhadap berbagai unsur kehidupan dalam lingkup global, eksplorasi rempah-rempah telah memicu temuan penting dalam bidang ilmu pengetahuan, mulai dari Itinerario karya kartografi oleh Jan Huygen van Linschoten hingga Herbarium Amboinense karya botanikal oleh Rumphius. Akan tetapi di balik itu, rempah-rempah memicu terjadinya praktik eksploitasi alam. Dengan menggunakan pendekatan sejarah total sebagaimana diterapkan oleh Fernand Braudel, artikel ini menyajikan hubungan sejarah, politik dagang, budaya, alam, dan ilmu pengetahua...
In Indonesian history, volcanic disasters are both disastrous and blessing. In the short term it ... more In Indonesian history, volcanic disasters are both disastrous and blessing. In the short term it becomes disastrous when the impact causes massive damage and takes many casualties. But in the long term it can becomes blessings because the ashes from volcanic eruptions has the potential to fertilize the soil. Volcanic disasters as happened in several parts of Dutch East Indies regions that were traversed by the "ring of fire" have attracted the attention of scholars, such as botanists Verbeek (1886), Treub (1888), Hemsley (1888 & 1903), Valeton (1905), Ernst (1907), Backer (1929); volcanologist ter Braake (1945); and agronomist Mohr (1945) in examining soil conditions post-eruption which is good to growth of various vegetations. From their research it was concluded that the regions with the highest number of active volcanoes tend to have a high level of soil fertility. This article discusses the traces of scientific researchs on the vegetation condition after eruption of Kr...
Jantra.
Persoalan seputar benturan peradaban Timur dan Barat sebagaimana dicetuskan oleh Edward Said deng... more Persoalan seputar benturan peradaban Timur dan Barat sebagaimana dicetuskan oleh Edward Said dengan Orientalisme-nya dan Hassan Hanafi dengan Oksidentalisme-nya masih menjadi hal yang menarik untuk didiskusikan saat ini. Bukan hanya terjadi di negara-negara bekas jajahan Barat/Eropa, persoalan itu juga terjadi di negara-negara Barat sendiri. Bedanya, jika di negara-negara Barat, tradisitradisi Timur dilirik sebagai wujud dari pelepasan rasa penat masyarakatnya terhadap berbagai praktik modernitas, maka sebaliknya di negara-negara Timur masyarakatnya justru terus mencoba terbuka menyerap modernitas Barat dan pada saat bersamaan berupaya mempertahankan nilai-nilai tradisinya. Artikel ini mencoba membahas persoalan tersebut dalam ruang lingkup Indonesia. Dengan membahas dan merefleksikan pemikiran terkait “polemik kebudayaan” yang pernah dipantik oleh Sutan Takdir Alisjahbana pada 1935, tulisan ini mencoba untuk meretas masalah benturan antara Timur dan Barat di Indonesia sebagai suatu...
Since ethnology institutionalized as knowledge tools of colonial power in 19th century, many kind... more Since ethnology institutionalized as knowledge tools of colonial power in 19th century, many kind of sources were published in e.g. monographs, maps, dictionaries and even Bible. Through those sources, the identity of ethnic then mapped and embodied. Today the construction of ethnicity is still stand and become a common in human life. Related on the Indonesian history, oftentimes, ethnicity is a sensitive issue and full of bias, stereotype and conflict. This paper tries to analyze the connection between history, language, and political power as the early construction of ethnic identity in Indonesia by tracing some historiography works.