Eddy Putranto | Universitas Katolik Parahyangan (original) (raw)
Related Authors
Centre National de la Recherche Scientifique / French National Centre for Scientific Research
Uploads
Papers by Eddy Putranto
In the information-saturated culture today identity of the self is getting blurred and pulverized... more In the information-saturated culture today identity of the self is getting blurred and pulverized. The situation is disorienting in calling into question the concept of 'identity', 'selfhood', 'subject', or 'authenticity'. Despite of various methods of 'self-mastery', the self remains elusive, even more than ever before. This article discusses the problem of 'self', not in term of its 'essence', but in terms of what s/he does in the practice of the self. Identity is constructed by the act of searching for meaning. Through 'moral imagination', the search for meaning becomes moral responses towards events of humanity. Self is the subject of history that actualizes him/herself through the history of humanity.
Kristianitas berpusat pada suatu peristiwa yang merupakan peristiwa keselamatan yang memuncak pad... more Kristianitas berpusat pada suatu peristiwa yang merupakan peristiwa keselamatan yang memuncak pada peristiwa Paskah. Peristiwa kehidupan Yesus yang memuncak pada peristiwa salib dan kebangkitan telah menjadi peristiwa keselamatan yang dialami oleh para murid. Peristiwa itu telah mengukirkan pengalaman akan Yesus yang adalah Tuhan, menyisakan luapan kenangan yang senantiasa hidup dalam sanubari iman para murid. Semua kenangan dan pengalaman iman itu mendorong para murid untuk mewartakan dan menyebarkan peristiwa keselamatan itu. "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari ketiga, sesuai dengan Kitab Suci."(1 Kor 15:3-4). Itulah kerygma awal, yang merupakan pernyataan iman Kristiani yang paling awal dalam Gereja Perdana. Kerygma inilah yang kemudian berkembang menjadi pewartaan, baik melalui khotbah maupun ibadah, lewat homili maupun liturgi. Doa dan ibadah menjadi jalan pewartaan iman. "Setiap kali kamu makan roti atau minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang." (1 Kor 11:26). Dengan merayakan Misteri Paskah, Gereja mewartakan imannya dan dengan lantang berseru "Tuhan, Engkau sudah wafat. Tuhan, sekarang Engkau hidup. Engkau Penyelamat kami, datanglah Yesus, Tuhan." Doa itu sendiri adalah sebuah khotbah. Liturgi dalam dirinya adalah sebuah homili. Hal ini terjadi karena melalui doa terpancarlah apa yang diimani. Atau sebaliknya, apa yang kita imani akan terlihat pada apa yang kita doakan. Ungkapan Lex orandi, Lex Credendi (Hukum doa [merupakan] hukum iman) di abad awal Kristianitas merupakan ajaran yang hendak menunjukkan hakikat doa (liturgi) sebagai dasar iman Gereja. Gereja beriman seperti yang ia rayakan. 1
In the information-saturated culture today identity of the self is getting blurred and pulverized... more In the information-saturated culture today identity of the self is getting blurred and pulverized. The situation is disorienting in calling into question the concept of 'identity', 'selfhood', 'subject', or 'authenticity'. Despite of various methods of 'self-mastery', the self remains elusive, even more than ever before. This article discusses the problem of 'self', not in term of its 'essence', but in terms of what s/he does in the practice of the self. Identity is constructed by the act of searching for meaning. Through 'moral imagination', the search for meaning becomes moral responses towards events of humanity. Self is the subject of history that actualizes him/herself through the history of humanity.
Kristianitas berpusat pada suatu peristiwa yang merupakan peristiwa keselamatan yang memuncak pad... more Kristianitas berpusat pada suatu peristiwa yang merupakan peristiwa keselamatan yang memuncak pada peristiwa Paskah. Peristiwa kehidupan Yesus yang memuncak pada peristiwa salib dan kebangkitan telah menjadi peristiwa keselamatan yang dialami oleh para murid. Peristiwa itu telah mengukirkan pengalaman akan Yesus yang adalah Tuhan, menyisakan luapan kenangan yang senantiasa hidup dalam sanubari iman para murid. Semua kenangan dan pengalaman iman itu mendorong para murid untuk mewartakan dan menyebarkan peristiwa keselamatan itu. "Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari ketiga, sesuai dengan Kitab Suci."(1 Kor 15:3-4). Itulah kerygma awal, yang merupakan pernyataan iman Kristiani yang paling awal dalam Gereja Perdana. Kerygma inilah yang kemudian berkembang menjadi pewartaan, baik melalui khotbah maupun ibadah, lewat homili maupun liturgi. Doa dan ibadah menjadi jalan pewartaan iman. "Setiap kali kamu makan roti atau minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang." (1 Kor 11:26). Dengan merayakan Misteri Paskah, Gereja mewartakan imannya dan dengan lantang berseru "Tuhan, Engkau sudah wafat. Tuhan, sekarang Engkau hidup. Engkau Penyelamat kami, datanglah Yesus, Tuhan." Doa itu sendiri adalah sebuah khotbah. Liturgi dalam dirinya adalah sebuah homili. Hal ini terjadi karena melalui doa terpancarlah apa yang diimani. Atau sebaliknya, apa yang kita imani akan terlihat pada apa yang kita doakan. Ungkapan Lex orandi, Lex Credendi (Hukum doa [merupakan] hukum iman) di abad awal Kristianitas merupakan ajaran yang hendak menunjukkan hakikat doa (liturgi) sebagai dasar iman Gereja. Gereja beriman seperti yang ia rayakan. 1