Ririn Putri Aurita | Yogyakarta State University (original) (raw)
Uploads
Papers by Ririn Putri Aurita
Permasalahan tanah longsor sering terjadi di Indonesia dan banyak menimbulkan korban jiwa manusia... more Permasalahan tanah longsor sering terjadi di Indonesia dan banyak menimbulkan korban jiwa manusia dan kerugian harta benda. Secara alami, Indonesia memang rentan terhadap bencana longsoran, karena terletak pada daerah yang aktif tektonik, aktif vulkanis, dan beriklim tropis basah. Bencana alam yang diakibatkan oleh tanah longsor selalu terjadi dari waktu ke waktu dan bahkan akhir-akhir ini semakin tinggi intensitasnya karena semakin meluasnya pemanfaatan lahan yang mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana alam untuk kegiatan penduduk. Aktifitas penduduk dalam memanfaatkan lahan untuk kepentingan hidupnya sering memicu terjadinya bencana alam tanah longsor. Usaha penanggulangan bencana alam tanah longsor perlu dilakukan untuk mengurangi seminimal mungkin atau mungkin meniadakan korban jiwa, kerugian harta benda, serta sarana dan prasarana.
Kejadian bencana tanah longsor di Jember, Kulonprogo, Banjarnegara, dan berbagai tempat lainnya menunjukkan bahwa tutupan vegetasi yang jarang/ terbuka diperkirakan menjadi pemicu terjadinya proses longsoran. Tanah longsor yang dimaksud dalam makalah ini adalah gerakan massa tanah, massa batuan, dan campuran massa tanah dan batuan menuruni lereng sebagai akibat pengaruh gaya berat/gravitasi. Longsoran mencakup tipe rayapan (creep), longsoran (landslide), nendatan (slump), dan jatuhan (rocks/ soils fall). Berbagai tipe proses longsoran tersebut mempunyai karakteristik fisik lahan yang berbeda.
Kabul Basah Suryolelono (2002) menjelaskan bahwa peristiwa tanah longsor atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alami atau buatan, dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah Pada umumnya di daerah pegunungan yang ditutupi oleh lapisan tanah penutup yang lunak/gembur, air hujan dapat dengan mudah merembes pada tanah yang gembur dan batuan lempung yang berongga atau retak-retak. Air rembesan ini berkumpul antara tanah penutup dan batuan asal yang segar pada lapisan alas yang kedap air.
Tempat air rembesan ini berkumpul dapat berfungsi sebagai bidang luncur. Meningkatnya kadar air dalam lapisan tanah atau batuan, terutama pada lereng-lereng bukit akan mempermudah gerakan bergeser atau tanah longsor. Cooke dan Doornkamp (1994), menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang perlu diketahui untuk menilai kejadian gerakan massa/longsor tanah, yaitu: lereng, drainase, batuan dasar, tanah, bekas-bekas longsor sebelumnya, iklim dan pengaruh aktivitas manusia.
Potensi kejadian longsoran di kawasan pegunungan di Kabupaten Banjarnegara sangat besar yang memungkinkan terjadi dari tahun ke tahun. Potensi kejadian tersebut telah banyak dilakukan penelitian dan dipublikasikan bahwa Kecamatan Kalibening termasuk dalam 14 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yang potensial terjadinya bencana longsoran. Bencana longsor tanah merupakan salah satu jenis bencana alam yang banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, seperti: rusaknya lahan pertanian, kawasan permukiman, jalan, jembatan, irigasi, dan prasarana fisik lainnya.
Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah yang rawan proses tanah longsor akibat desakan akan kebutuhan lahan baik untuk pertanian maupun non pertanian telah memaksa penduduk memanfaatkan lahan perbukitan dan pegunungan yang rawan terhadap longsor lahan tersebut. Kurangnya pemahaman atas perwatakan proses tanah longsor mengakibatkan semakin berkembangnya gejala longsor lahan di daerah penelitian. Dalam rangka usaha identifikasi kejadian tanah longsor penelitian ini dilakukan dengan judul: “Analisis Tingkat Bahaya dan Kerentanan Tanah Longsor di Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara”.
Industri pariwisata merupakan industri yang diperkirakan akan terus berkembang dengan pesat. Sala... more Industri pariwisata merupakan industri yang diperkirakan akan terus berkembang dengan pesat. Salah satu konsep pariwisata yang telah muncul adalah konsep ekowisata berbasis masyarakat. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan perdesaan melalui sektor pariwisata yang menyuguhkan sumber daya tarik wisata yang masih alami dan juga berkontribusi dalam pelestarian serta konservasi lingkungan, dengan masyarakat sebagai pengelola utama dalam pengembangan dan pengendaliannya.
Jurug Gede merupakan sebuah air terjun beserta sungai yang mengalir di bawahnya yang terletak di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Karakteristik kawasan Jurug Gede dinilai sesuai dengan karakteristik kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan ekowisata, yaitu kondisi lingkungan yang masih alami dan masih bercirikan perdesaan, serta memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan. Akan tetapi sebagian besar warga masyarakat di Desa Ngoro-oro khususnya yang bertempat tinggal di sekitar Jurug Gede belum menyadari akan potensi wisata yang dimiliki oleh wilayahnya. Oleh karena itu, perlu diadakannya pembinaan dan pemberdayaan terhadap masyarakat agar dapat mengelola, membangun, serta mengembangkan berbagai potensi fisik dan nonfisik yang ada sehingga dapat terciptanya sebuah kawasan ekowisata. Selanjutnya, kawasan ekowisata Jurug Gede ini akan dapat mengurangi tingkat pengangguran masyarakat di sekitar wilayah tersebut.
Permasalahan tanah longsor sering terjadi di Indonesia dan banyak menimbulkan korban jiwa manusia... more Permasalahan tanah longsor sering terjadi di Indonesia dan banyak menimbulkan korban jiwa manusia dan kerugian harta benda. Secara alami, Indonesia memang rentan terhadap bencana longsoran, karena terletak pada daerah yang aktif tektonik, aktif vulkanis, dan beriklim tropis basah. Bencana alam yang diakibatkan oleh tanah longsor selalu terjadi dari waktu ke waktu dan bahkan akhir-akhir ini semakin tinggi intensitasnya karena semakin meluasnya pemanfaatan lahan yang mempunyai tingkat kerawanan tinggi terhadap bencana alam untuk kegiatan penduduk. Aktifitas penduduk dalam memanfaatkan lahan untuk kepentingan hidupnya sering memicu terjadinya bencana alam tanah longsor. Usaha penanggulangan bencana alam tanah longsor perlu dilakukan untuk mengurangi seminimal mungkin atau mungkin meniadakan korban jiwa, kerugian harta benda, serta sarana dan prasarana.
Kejadian bencana tanah longsor di Jember, Kulonprogo, Banjarnegara, dan berbagai tempat lainnya menunjukkan bahwa tutupan vegetasi yang jarang/ terbuka diperkirakan menjadi pemicu terjadinya proses longsoran. Tanah longsor yang dimaksud dalam makalah ini adalah gerakan massa tanah, massa batuan, dan campuran massa tanah dan batuan menuruni lereng sebagai akibat pengaruh gaya berat/gravitasi. Longsoran mencakup tipe rayapan (creep), longsoran (landslide), nendatan (slump), dan jatuhan (rocks/ soils fall). Berbagai tipe proses longsoran tersebut mempunyai karakteristik fisik lahan yang berbeda.
Kabul Basah Suryolelono (2002) menjelaskan bahwa peristiwa tanah longsor atau dikenal sebagai gerakan massa tanah, batuan atau kombinasinya, sering terjadi pada lereng-lereng alami atau buatan, dan sebenarnya merupakan fenomena alam, yaitu alam mencari keseimbangan baru akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhinya dan menyebabkan terjadinya pengurangan kuat geser serta peningkatan tegangan geser tanah Pada umumnya di daerah pegunungan yang ditutupi oleh lapisan tanah penutup yang lunak/gembur, air hujan dapat dengan mudah merembes pada tanah yang gembur dan batuan lempung yang berongga atau retak-retak. Air rembesan ini berkumpul antara tanah penutup dan batuan asal yang segar pada lapisan alas yang kedap air.
Tempat air rembesan ini berkumpul dapat berfungsi sebagai bidang luncur. Meningkatnya kadar air dalam lapisan tanah atau batuan, terutama pada lereng-lereng bukit akan mempermudah gerakan bergeser atau tanah longsor. Cooke dan Doornkamp (1994), menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang perlu diketahui untuk menilai kejadian gerakan massa/longsor tanah, yaitu: lereng, drainase, batuan dasar, tanah, bekas-bekas longsor sebelumnya, iklim dan pengaruh aktivitas manusia.
Potensi kejadian longsoran di kawasan pegunungan di Kabupaten Banjarnegara sangat besar yang memungkinkan terjadi dari tahun ke tahun. Potensi kejadian tersebut telah banyak dilakukan penelitian dan dipublikasikan bahwa Kecamatan Kalibening termasuk dalam 14 kecamatan di Kabupaten Banjarnegara yang potensial terjadinya bencana longsoran. Bencana longsor tanah merupakan salah satu jenis bencana alam yang banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, seperti: rusaknya lahan pertanian, kawasan permukiman, jalan, jembatan, irigasi, dan prasarana fisik lainnya.
Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah yang rawan proses tanah longsor akibat desakan akan kebutuhan lahan baik untuk pertanian maupun non pertanian telah memaksa penduduk memanfaatkan lahan perbukitan dan pegunungan yang rawan terhadap longsor lahan tersebut. Kurangnya pemahaman atas perwatakan proses tanah longsor mengakibatkan semakin berkembangnya gejala longsor lahan di daerah penelitian. Dalam rangka usaha identifikasi kejadian tanah longsor penelitian ini dilakukan dengan judul: “Analisis Tingkat Bahaya dan Kerentanan Tanah Longsor di Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara”.
Industri pariwisata merupakan industri yang diperkirakan akan terus berkembang dengan pesat. Sala... more Industri pariwisata merupakan industri yang diperkirakan akan terus berkembang dengan pesat. Salah satu konsep pariwisata yang telah muncul adalah konsep ekowisata berbasis masyarakat. Ekowisata berbasis masyarakat merupakan salah satu upaya pengembangan perdesaan melalui sektor pariwisata yang menyuguhkan sumber daya tarik wisata yang masih alami dan juga berkontribusi dalam pelestarian serta konservasi lingkungan, dengan masyarakat sebagai pengelola utama dalam pengembangan dan pengendaliannya.
Jurug Gede merupakan sebuah air terjun beserta sungai yang mengalir di bawahnya yang terletak di Desa Ngoro-oro, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Karakteristik kawasan Jurug Gede dinilai sesuai dengan karakteristik kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan ekowisata, yaitu kondisi lingkungan yang masih alami dan masih bercirikan perdesaan, serta memiliki potensi wisata yang dapat dikembangkan. Akan tetapi sebagian besar warga masyarakat di Desa Ngoro-oro khususnya yang bertempat tinggal di sekitar Jurug Gede belum menyadari akan potensi wisata yang dimiliki oleh wilayahnya. Oleh karena itu, perlu diadakannya pembinaan dan pemberdayaan terhadap masyarakat agar dapat mengelola, membangun, serta mengembangkan berbagai potensi fisik dan nonfisik yang ada sehingga dapat terciptanya sebuah kawasan ekowisata. Selanjutnya, kawasan ekowisata Jurug Gede ini akan dapat mengurangi tingkat pengangguran masyarakat di sekitar wilayah tersebut.