Ferdy Y Pratama | Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung (original) (raw)

Uploads

Papers by Ferdy Y Pratama

Research paper thumbnail of DWI FUNGSI KOTA BANDUNG SEBAGAI PUSAT PEMERINTAHAN SIPIL DAN KEMILITERAN HINDIA-BELANDA MASA DEPAN (1808-1942)

Kota Bandung kini merupakan salah satu kota terbesar dan terpadat di Indonesia. Bisingnya kendara... more Kota Bandung kini merupakan salah satu kota terbesar dan terpadat di Indonesia. Bisingnya kendaraan yang lalu-lalang, cahaya lampu yang terang-benderang hingga bangunan-bangunan yang tinggi menjulang seakan menjadi representasi Bandung yang modern. Namun siapa sangka Kota Bandung yang kini tampak begitu maju, dahulunya merupakan sebuah pemukiman tradisional di pedalaman hutan belantara Jawa. Hingga dikenal dengan sebutan “...een kleine berg dessa (desa pegunungan nan mungil) yang jarang dikunjungi orang luar” (Kunto, 1996, hlm. 3). Barulah pada awal abad ke-19, pemerintahan Hindia-Belanda dibawah kepemimpinan Herman William Daendels mulai membangun jalan raya pos atau The Groote Postweg dan sekaligus pula merencanakan pembangunan Kota Bandung yang betul-betul baru.
Letak geografis Kota Bandung kemudian dipandang strategis oleh pemerintah kolonial untuk dijadikan ibu kota Hindia-Belanda menggantikan Batavia. Pandangan tersebut betul-betul dijadikan rencana yang membuat pembangunan Kota Bandung terus berkembang terutama memasuki awal abad ke-20. Fasilitas-fasilitas penting penunjang juga mulai dibangun seperti gedung pemerintahan, sekolah-sekolah formal ala barat, jalan-jalan hingga lapangan terbang. Selain direncanakan menjadi ibu kota Hindia-Belanda, Kota Bandung pun direncanakan akan menjadi pusat kemiliteran. Namun rencana-rencana tersebut pupus setelah Belanda tak dapat menahan kekuatan militer Jepang yang merangsek masuk mengambil alih pemerintahan Hindia-Belanda. Tulisan ini berfokus mengkaji perkembangan Kota Bandung pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Terutama terkait dengan dinamika rencana pemerintah kolonial menjadikan Bandung sebagai ibu kota dan pusat kemiliteran Hindia-Belanda.

Research paper thumbnail of MENGKAJI ULANG KEBERLANGSUNGAN OTONOMI DAERAH PADA MASA ORDE BARU HINGGA REFORMASI

Secara etimologis, otonomi daerah merupakan serapan bahasa asing yaitu berasal dari bahasa Yunani... more Secara etimologis, otonomi daerah merupakan serapan bahasa asing yaitu berasal dari bahasa Yunani. Auto artinya ‘sendiri’ dan namous berarti ‘hukum’. Berarti otonomi daerah adalah kawasan yang memiliki hukum tersendiri. Kemudia pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), otonomi daerah adalah diberi pengertian sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Otonomi daerah seluas-luasnya merupakan istilah yang sering disuarakan oleh banyak orang terutama para akademisi. Otonomi daerah bukan hal baru bagi Indonesia. Jika melihat catatan sejarah, dapat terlihat perjalanan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang otonomi daerah dari masa kolonial Belanda hingga Indonesia merdeka.
Menurut Amrin Banjarnahor (2013), kolonial Belanda memberikan wewenang pada beberapa daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, terutama untuk daerah-daerah jajahan di Pulau Jawa. Setelah Indonesia merdeka, penggunaan sistem parlementer dan multipartai, posisi daerah memiliki kwewnangan luas untuk mengatur rumah tangga sendiri. Pada masa demokrasi parlementer sejak 1950, dinamika politik semakin dinamis ditandai dengan jatuh-bangunnya kabinet-kabinet, namun daerah tetap diberi otonomi luas. Otonomi daerah mendapat sorotan ketika di Indonesia berlaku sistem demokrasi terpimpin. Kendali politik di tangan Soekarno menjadikan pemberian wewenang terbatas bagi daerah atau otonomi terbatas. Namun sejak lama otonomi daerah diterapkan di Indonesia, pada masa pemerintahan Soeharto merupakan masa paling kelam dan menyakitkan bagi daerah. Pemerintahan yang tirani-otoriter menjadikan daerah sebagai sapi perahan dan ditelantarkan secara sistematis atas nama pembangunan dan Pancasila. Pada kenyataannya otonomi daerah baru dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh pada era reformasi. Reformasi merupakan masa terang bagi masa depan otonomi daerah. Karena pada masa ini otonomi luas telah dimiliki kembali oleh daerah-daerah.

Research paper thumbnail of Meninjau Ulang Eksistensi Teori Evolusi Kebudayaan dalam Panggung Penelitian Antropologi Budaya

Teori Evolusi merupakan teori yang berkembang sekitar awal abad ke-19. Teori evolusi tersebut pad... more Teori Evolusi merupakan teori yang berkembang sekitar awal abad ke-19. Teori evolusi tersebut pada awalnya merupakan teori yang bersifat fisik (biologis), yaitu meneliti mengenai evolusi tubuh manusia. Diawali oleh hasil pemikiran Charles Darwin tentang asal-mula manusia. Di samping itu kerangka cara berpikir evolusionisme universal tidak hanya diterapkan dalam ilmu biologi saja, tetapi juga telah menyebabkan timbulnya konsepsi tentang proses evolusi sosial secara universal, (Koentjaraningrat, 2010: 31). Maka berkembanglah teori-teori evolusi kebudayaan, seperti teori evolusi keluarga J.J. Bachofen, delapan tingkatan evolusi universal L.H. Morgan, dan teori evolusi religi E.B. Tylor. Namun menjelang penghujung abad ke-19, mulai muncul kecaman-kecaman dari banyak pihak mengenai cara berpikir dan cara bekerja para sarjana yang menganut evolusi kebudayaan. Karena ternyata ditemukan fakta-fakta baru yang memperkuat serangan-serangan terhadap teori evolusi. Dengan demikian mulai tampak bahwa tingkat-tingkat evolusi dari para penganut evolusi kebudayaan itu hanya merupakan konstruksi-konstruksi pikiran saja, yang tidak sesuai dengan kenyataan dan yang lama-kelamaan tak dapat dipertahankan lagi (Koentjaraningrat, 2010: 55).

Research paper thumbnail of MENGENAL PEMUDA INDONESIA DAN POTENSINYA MELALUI PERSPEKTIF PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

"Dalam kehidupan saat ini, masyarakat (khususnya pemuda) dihadapkan dengan beberapa keuntungan se... more "Dalam kehidupan saat ini, masyarakat (khususnya pemuda) dihadapkan dengan beberapa keuntungan sekaligus juga tantangan. Kemajuan teknologi, modernisasi dan globalisasi menjadi tantangan serius yang harus dihadapi oleh pemuda.
Banyak orang yang mengatakan bahwa pemuda adalah pewaris tongkat estafet pembangunan dan perjuangan bangsa. Banyak juga yang mengatakan bahwa masa depan bangsa ada di tangan para pemudanya. Ungkapan-ungkapan tersebut menjadi bukti bahwa sesungguhnya pemuda memiliki potensi yang luar biasa.
Namun tak heran jika beberapa diantara pemuda tidak berhasil menghadapi tantangan zaman yang sebenarnya bisa dihadapi dengan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Hal tersebut dikarenakan banyak yang kurang mengetahui dan menyadari tentang apa dan siapa pemuda itu serta potensi-potensi apa saja yang dimiliki oleh pemuda. Sehingga mereka mengalami kebingungan tentang siapa sebenarnya saya dan ke mana saya harus melangkah.
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji beberapa hal tentang pemuda. Diantaranya tentang siapa yang dimaksud dengan pemuda, bagaimana kedudukannya dalam masyarakat, dan apa saja potensi yang dimiliki oleh pemuda melalui pendekatan Psikologi Perkembangan."

Research paper thumbnail of KERONCONG TUGU: Kesenian Betawi yang tak Kehilangan Jati Diri

“Pernah mendengar kesenian Keroncong Tugu?” Jangan heran jika mereka yang disuguhi pertanyaan sep... more “Pernah mendengar kesenian Keroncong Tugu?” Jangan heran jika mereka yang disuguhi pertanyaan seperti itu kebanyakan menjawab ”pernah dengar, tapi lupa lagi” atau bahkan “belum pernah”. Memang begitu asing terdengar oleh sebagian orang, kebanyakan memang akrab dengan Keroncong Solo yang lagu-lagunya begitu popular termasuk Bengawan Solo yang dinyanyikan oleh Sang Maestro Gesang. Kesenian Betawi yang satu ini memang kurang menonjol jika dibandingkan dengan lenong, ondel-ondel ataupun tanjidor. Namun kesenian ini merupakan jejak-jejak sejarah yang sampai saat ini masih bisa ditapaki asal-usulnya dan dilihat wujudnya, sebagai sebuah percampuran yang harmonis antara budaya lokal dengan budaya asing....

Research paper thumbnail of Kritik Peristiwa 30 September 1965 dan Implikasinya dalam Pembangunan Pendidikan ke Arah Kedewasaan bagi Masyarakat Indonesia

"Tak akan pernah lupa dari ingatan setiap masyarakat Indonesia akan peristiwa di malam 30 Septemb... more "Tak akan pernah lupa dari ingatan setiap masyarakat Indonesia akan peristiwa di malam 30 September 1965. Peristiwa tersebut masuk ke dalam catatan kelam sejarah bangsa ini. Namun hingga kini belum dapat dipastikan siapa dalang dibalik peristiwa tersebut. Setelah kejatuhan pemerintahan Soeharto di tahun 1998, orang-orang yang pada masa sebelumnya diam mulai angkat bicara menyoal berbagai kontroversi peristiwa 1965, juga mempertanyakan kembali tentang ”versi resmi” yang dianggap benar oleh masyarakat luas selama lebih dari empat dekade. Secara cepat keran demokrasi terbuka lebar. Pembahasan mengenai peristiwa 1965 beserta “versi resmi”-nya mulai marak, seperti dalam berbagai seminar, diskusi, penulisan buku, acara debat di televisi, dan lainnya.
Bahan kajian yang paling diminati adalah mempertanyakan kembali tentang siapa sebenarnya yang mendalangi peristiwa 30 September 1965. Salah satunya A. Pambudi (2011) dalam bukunya Fakta dan Rekayasa G30S Menurut Kesaksian Para pelaku yang mengungkapkan sedikitnya ada enam versi, pelaku utama G 30 S adalah PKI dan Biro Khusus, G 30 S adalah persoalan internal AD, G 30 S digerakkan oleh CIA, bertemunya kepentingan Inggris dan AS, Soekarno dalang gerakan 30 September, hingga teori Chaos yang menyebutkan tak ada dalang tunggal dalam peristiwa G 30 S. Selain itu, bahan kajian lainnya juga mengenai penambahan kata “PKI” dalam singkatan G 30 S dan kontroversi film Pengkhianatan G 30 S/PKI karya Arifin C. Noer di tahun 1984.
Kemudian kajian-kajian tersebut makin berkembang hingga menyentuh aspek pendidikan, karena pada masa pemerintahan Soeharto, buku-buku yang berkaitan dengan Komunis atau Marxisme dilarang beredar, kemudian singkatan G 30 S/PKI tercantum ke dalam buku-buku pelajaran siswa sekolah. Tak sampai di situ, film Pengkhianatan G 30 S/PKI pun menjadi tontonan wajib bagi masyarakat, termasuk untuk para generasi muda saat itu. Sehingga pendidikan bagi generasi muda saat inilah yang memiliki peran penting dalam membangun tradisi ilmiah dan membentuk paradigma baru yang lebih dewasa."

Research paper thumbnail of Dari Darat Hingga Laut: Suatu Telaah Keberadaan Jalur Perdagangan Dunia di Masa Lampau

Sejak dulu rempah-rempah merupakan barang dagangan yang begitu laris di pasaran. Hasil bumi yang ... more Sejak dulu rempah-rempah merupakan barang dagangan yang begitu laris di pasaran. Hasil bumi yang banyak terdapat di wilayah Asia Belakang (Asia Tenggara) terutama Nusantara ini memang menjadi permintaan paling utama bagi masyarakat Eropa saat itu, hingga disebut-sebut sebagai emas hitam karena begitu mahal harganya. Namun bagaimana mulanya komoditas dagang dari Nusantara tersebut bisa menyebar hingga ke Eropa yang jauh di Barat sana? Lalu sejak kapan timbul hubungan dagang di antara bangsa-bangsa di dunia?

Research paper thumbnail of DWI FUNGSI KOTA BANDUNG SEBAGAI PUSAT PEMERINTAHAN SIPIL DAN KEMILITERAN HINDIA-BELANDA MASA DEPAN (1808-1942)

Kota Bandung kini merupakan salah satu kota terbesar dan terpadat di Indonesia. Bisingnya kendara... more Kota Bandung kini merupakan salah satu kota terbesar dan terpadat di Indonesia. Bisingnya kendaraan yang lalu-lalang, cahaya lampu yang terang-benderang hingga bangunan-bangunan yang tinggi menjulang seakan menjadi representasi Bandung yang modern. Namun siapa sangka Kota Bandung yang kini tampak begitu maju, dahulunya merupakan sebuah pemukiman tradisional di pedalaman hutan belantara Jawa. Hingga dikenal dengan sebutan “...een kleine berg dessa (desa pegunungan nan mungil) yang jarang dikunjungi orang luar” (Kunto, 1996, hlm. 3). Barulah pada awal abad ke-19, pemerintahan Hindia-Belanda dibawah kepemimpinan Herman William Daendels mulai membangun jalan raya pos atau The Groote Postweg dan sekaligus pula merencanakan pembangunan Kota Bandung yang betul-betul baru.
Letak geografis Kota Bandung kemudian dipandang strategis oleh pemerintah kolonial untuk dijadikan ibu kota Hindia-Belanda menggantikan Batavia. Pandangan tersebut betul-betul dijadikan rencana yang membuat pembangunan Kota Bandung terus berkembang terutama memasuki awal abad ke-20. Fasilitas-fasilitas penting penunjang juga mulai dibangun seperti gedung pemerintahan, sekolah-sekolah formal ala barat, jalan-jalan hingga lapangan terbang. Selain direncanakan menjadi ibu kota Hindia-Belanda, Kota Bandung pun direncanakan akan menjadi pusat kemiliteran. Namun rencana-rencana tersebut pupus setelah Belanda tak dapat menahan kekuatan militer Jepang yang merangsek masuk mengambil alih pemerintahan Hindia-Belanda. Tulisan ini berfokus mengkaji perkembangan Kota Bandung pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Terutama terkait dengan dinamika rencana pemerintah kolonial menjadikan Bandung sebagai ibu kota dan pusat kemiliteran Hindia-Belanda.

Research paper thumbnail of MENGKAJI ULANG KEBERLANGSUNGAN OTONOMI DAERAH PADA MASA ORDE BARU HINGGA REFORMASI

Secara etimologis, otonomi daerah merupakan serapan bahasa asing yaitu berasal dari bahasa Yunani... more Secara etimologis, otonomi daerah merupakan serapan bahasa asing yaitu berasal dari bahasa Yunani. Auto artinya ‘sendiri’ dan namous berarti ‘hukum’. Berarti otonomi daerah adalah kawasan yang memiliki hukum tersendiri. Kemudia pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), otonomi daerah adalah diberi pengertian sebagai hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Otonomi daerah seluas-luasnya merupakan istilah yang sering disuarakan oleh banyak orang terutama para akademisi. Otonomi daerah bukan hal baru bagi Indonesia. Jika melihat catatan sejarah, dapat terlihat perjalanan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang otonomi daerah dari masa kolonial Belanda hingga Indonesia merdeka.
Menurut Amrin Banjarnahor (2013), kolonial Belanda memberikan wewenang pada beberapa daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, terutama untuk daerah-daerah jajahan di Pulau Jawa. Setelah Indonesia merdeka, penggunaan sistem parlementer dan multipartai, posisi daerah memiliki kwewnangan luas untuk mengatur rumah tangga sendiri. Pada masa demokrasi parlementer sejak 1950, dinamika politik semakin dinamis ditandai dengan jatuh-bangunnya kabinet-kabinet, namun daerah tetap diberi otonomi luas. Otonomi daerah mendapat sorotan ketika di Indonesia berlaku sistem demokrasi terpimpin. Kendali politik di tangan Soekarno menjadikan pemberian wewenang terbatas bagi daerah atau otonomi terbatas. Namun sejak lama otonomi daerah diterapkan di Indonesia, pada masa pemerintahan Soeharto merupakan masa paling kelam dan menyakitkan bagi daerah. Pemerintahan yang tirani-otoriter menjadikan daerah sebagai sapi perahan dan ditelantarkan secara sistematis atas nama pembangunan dan Pancasila. Pada kenyataannya otonomi daerah baru dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh pada era reformasi. Reformasi merupakan masa terang bagi masa depan otonomi daerah. Karena pada masa ini otonomi luas telah dimiliki kembali oleh daerah-daerah.

Research paper thumbnail of Meninjau Ulang Eksistensi Teori Evolusi Kebudayaan dalam Panggung Penelitian Antropologi Budaya

Teori Evolusi merupakan teori yang berkembang sekitar awal abad ke-19. Teori evolusi tersebut pad... more Teori Evolusi merupakan teori yang berkembang sekitar awal abad ke-19. Teori evolusi tersebut pada awalnya merupakan teori yang bersifat fisik (biologis), yaitu meneliti mengenai evolusi tubuh manusia. Diawali oleh hasil pemikiran Charles Darwin tentang asal-mula manusia. Di samping itu kerangka cara berpikir evolusionisme universal tidak hanya diterapkan dalam ilmu biologi saja, tetapi juga telah menyebabkan timbulnya konsepsi tentang proses evolusi sosial secara universal, (Koentjaraningrat, 2010: 31). Maka berkembanglah teori-teori evolusi kebudayaan, seperti teori evolusi keluarga J.J. Bachofen, delapan tingkatan evolusi universal L.H. Morgan, dan teori evolusi religi E.B. Tylor. Namun menjelang penghujung abad ke-19, mulai muncul kecaman-kecaman dari banyak pihak mengenai cara berpikir dan cara bekerja para sarjana yang menganut evolusi kebudayaan. Karena ternyata ditemukan fakta-fakta baru yang memperkuat serangan-serangan terhadap teori evolusi. Dengan demikian mulai tampak bahwa tingkat-tingkat evolusi dari para penganut evolusi kebudayaan itu hanya merupakan konstruksi-konstruksi pikiran saja, yang tidak sesuai dengan kenyataan dan yang lama-kelamaan tak dapat dipertahankan lagi (Koentjaraningrat, 2010: 55).

Research paper thumbnail of MENGENAL PEMUDA INDONESIA DAN POTENSINYA MELALUI PERSPEKTIF PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

"Dalam kehidupan saat ini, masyarakat (khususnya pemuda) dihadapkan dengan beberapa keuntungan se... more "Dalam kehidupan saat ini, masyarakat (khususnya pemuda) dihadapkan dengan beberapa keuntungan sekaligus juga tantangan. Kemajuan teknologi, modernisasi dan globalisasi menjadi tantangan serius yang harus dihadapi oleh pemuda.
Banyak orang yang mengatakan bahwa pemuda adalah pewaris tongkat estafet pembangunan dan perjuangan bangsa. Banyak juga yang mengatakan bahwa masa depan bangsa ada di tangan para pemudanya. Ungkapan-ungkapan tersebut menjadi bukti bahwa sesungguhnya pemuda memiliki potensi yang luar biasa.
Namun tak heran jika beberapa diantara pemuda tidak berhasil menghadapi tantangan zaman yang sebenarnya bisa dihadapi dengan memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Hal tersebut dikarenakan banyak yang kurang mengetahui dan menyadari tentang apa dan siapa pemuda itu serta potensi-potensi apa saja yang dimiliki oleh pemuda. Sehingga mereka mengalami kebingungan tentang siapa sebenarnya saya dan ke mana saya harus melangkah.
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji beberapa hal tentang pemuda. Diantaranya tentang siapa yang dimaksud dengan pemuda, bagaimana kedudukannya dalam masyarakat, dan apa saja potensi yang dimiliki oleh pemuda melalui pendekatan Psikologi Perkembangan."

Research paper thumbnail of KERONCONG TUGU: Kesenian Betawi yang tak Kehilangan Jati Diri

“Pernah mendengar kesenian Keroncong Tugu?” Jangan heran jika mereka yang disuguhi pertanyaan sep... more “Pernah mendengar kesenian Keroncong Tugu?” Jangan heran jika mereka yang disuguhi pertanyaan seperti itu kebanyakan menjawab ”pernah dengar, tapi lupa lagi” atau bahkan “belum pernah”. Memang begitu asing terdengar oleh sebagian orang, kebanyakan memang akrab dengan Keroncong Solo yang lagu-lagunya begitu popular termasuk Bengawan Solo yang dinyanyikan oleh Sang Maestro Gesang. Kesenian Betawi yang satu ini memang kurang menonjol jika dibandingkan dengan lenong, ondel-ondel ataupun tanjidor. Namun kesenian ini merupakan jejak-jejak sejarah yang sampai saat ini masih bisa ditapaki asal-usulnya dan dilihat wujudnya, sebagai sebuah percampuran yang harmonis antara budaya lokal dengan budaya asing....

Research paper thumbnail of Kritik Peristiwa 30 September 1965 dan Implikasinya dalam Pembangunan Pendidikan ke Arah Kedewasaan bagi Masyarakat Indonesia

"Tak akan pernah lupa dari ingatan setiap masyarakat Indonesia akan peristiwa di malam 30 Septemb... more "Tak akan pernah lupa dari ingatan setiap masyarakat Indonesia akan peristiwa di malam 30 September 1965. Peristiwa tersebut masuk ke dalam catatan kelam sejarah bangsa ini. Namun hingga kini belum dapat dipastikan siapa dalang dibalik peristiwa tersebut. Setelah kejatuhan pemerintahan Soeharto di tahun 1998, orang-orang yang pada masa sebelumnya diam mulai angkat bicara menyoal berbagai kontroversi peristiwa 1965, juga mempertanyakan kembali tentang ”versi resmi” yang dianggap benar oleh masyarakat luas selama lebih dari empat dekade. Secara cepat keran demokrasi terbuka lebar. Pembahasan mengenai peristiwa 1965 beserta “versi resmi”-nya mulai marak, seperti dalam berbagai seminar, diskusi, penulisan buku, acara debat di televisi, dan lainnya.
Bahan kajian yang paling diminati adalah mempertanyakan kembali tentang siapa sebenarnya yang mendalangi peristiwa 30 September 1965. Salah satunya A. Pambudi (2011) dalam bukunya Fakta dan Rekayasa G30S Menurut Kesaksian Para pelaku yang mengungkapkan sedikitnya ada enam versi, pelaku utama G 30 S adalah PKI dan Biro Khusus, G 30 S adalah persoalan internal AD, G 30 S digerakkan oleh CIA, bertemunya kepentingan Inggris dan AS, Soekarno dalang gerakan 30 September, hingga teori Chaos yang menyebutkan tak ada dalang tunggal dalam peristiwa G 30 S. Selain itu, bahan kajian lainnya juga mengenai penambahan kata “PKI” dalam singkatan G 30 S dan kontroversi film Pengkhianatan G 30 S/PKI karya Arifin C. Noer di tahun 1984.
Kemudian kajian-kajian tersebut makin berkembang hingga menyentuh aspek pendidikan, karena pada masa pemerintahan Soeharto, buku-buku yang berkaitan dengan Komunis atau Marxisme dilarang beredar, kemudian singkatan G 30 S/PKI tercantum ke dalam buku-buku pelajaran siswa sekolah. Tak sampai di situ, film Pengkhianatan G 30 S/PKI pun menjadi tontonan wajib bagi masyarakat, termasuk untuk para generasi muda saat itu. Sehingga pendidikan bagi generasi muda saat inilah yang memiliki peran penting dalam membangun tradisi ilmiah dan membentuk paradigma baru yang lebih dewasa."

Research paper thumbnail of Dari Darat Hingga Laut: Suatu Telaah Keberadaan Jalur Perdagangan Dunia di Masa Lampau

Sejak dulu rempah-rempah merupakan barang dagangan yang begitu laris di pasaran. Hasil bumi yang ... more Sejak dulu rempah-rempah merupakan barang dagangan yang begitu laris di pasaran. Hasil bumi yang banyak terdapat di wilayah Asia Belakang (Asia Tenggara) terutama Nusantara ini memang menjadi permintaan paling utama bagi masyarakat Eropa saat itu, hingga disebut-sebut sebagai emas hitam karena begitu mahal harganya. Namun bagaimana mulanya komoditas dagang dari Nusantara tersebut bisa menyebar hingga ke Eropa yang jauh di Barat sana? Lalu sejak kapan timbul hubungan dagang di antara bangsa-bangsa di dunia?