Muhammad Ihsan Ibnu Adi | Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta (original) (raw)

Uploads

Papers by Muhammad Ihsan Ibnu Adi

Research paper thumbnail of Penurunan Kadar FFA (Free Fatty Acid) pada Proses Esterifikasi untuk Meningkatkan Kualitas Biodiesel

Kebutuhan akan minyak bumi sebagai sumber energi utama di berbagai negara semakin meningkat. Seba... more Kebutuhan akan minyak bumi sebagai sumber energi utama di berbagai negara semakin meningkat. Sebagian besar energi tersebut dihasilkan dari fosil yang tidak dapat diperbaharui dan seiring berjalannya waktu akan semakin terbatas. Minyak goreng bekas atau minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku yang sangat menjanjikan sebagai pengganti bahan bakar disel, karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Namun, minyak goreng bekas memiliki kadar FFA yang tinggi sehingga akan mengurangi produk akhir dan kesulitan dalam pemurnian produk. Maka dari itu diperlukan pretreatment dengan proses esterifikasi.
Proses esterifikasi dilakukan dengan mencampurkan minyak goreng bekas sebanyak 150 ml dan metanol dengan perbandingan molar 1 : 3, 1 : 6, dan 1 : 9. Penambahan katalis H2SO4 dengan kadar 0,4, 0,6, 0,8 dan 1% dari volume minyak. Campuran dipanaskan pada suhu 40 oC, 50 oC dan 60 oC. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan kecepatan putaran 450 rpm dengan waktu 120 menit. Hasil esterifikasi didiamkan selama 24 jam kemudian dipisahkan dan dicuci dengan air hangat. Setelah didapatkan hasil optimal dilakukan percobaan kembali dengan waktu 180 menit.
Hasil penelitian paling optimum didapatkan pada perbandingan molar 1 : 9, kadar katalis 0,6% dan suhu operasi 60oC. Hasil menunjukan penurunan kadar FFA dari 7,2189% menjadi 0,2949%.

Research paper thumbnail of Evaluasi Performa Furnace 12F-1 Naphtha Hydrotreating Unit I pada Kilang Fuel Oil Complex I PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

Pertamina Refinery Unit IV Cilacap merupakan kilang terbesar diantara 7 kilang pertamina di Indon... more Pertamina Refinery Unit IV Cilacap merupakan kilang terbesar diantara 7 kilang pertamina di Indonesia, dengan kapasitas 348.000 barrel/hari. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap ini dirancang oleh Shell Internasional Petroleum Maatschappij dan kontaktor Flour Estern Inc dimulai pada tahun 1974 dan mulai beroperasi pada tanggal 24 Agustus 1976. Kilang ini dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, seperti Arabian Light Crude (ALC), Arjuna Crude, Iranian Light Crude (ILC), Basrah Light Crude (BLC), Nigerian Crude, Vietnam, China, Australia, Tapis, dll. Kilang ini didirikan dengan maksud selain menghasilkan BBM juga untuk mendapatkan produk non BBM (NBM), yaitu berupa bahan dasar minyak pelumas (Lube Base Oil) dan Aspal yang sangat dibutuhkan dalam negeri. Sedangkan Kilang Paraxylene yang dibangun pada tahun 1987 dirancang untuk mengolah naphta menjadi paraxylene dan benzene.
Kilang I Area Fuel Oil Cimplex 1(FOC 1) dirancang untuk mengolah minya mentah jenis Arabian Light Crude (ALC), Arjuna Crude, Iranian Light Crude (ILC) dan Basrah Light Crude (BLC) dengan kapasitas pengolahan 118.000 barrel per hari. Fuel Oil Compelx 1 memiliki 9 unit: Crude Distilling Unit (CDU), Naphtha Hydrotreater Unit (NHT), Hydro Desulphurizer (HDS), Platformer Unit, Propane Manufacturing Unit, Kero Merox Treater Unit, Sour Water Stripper Unit, Nitrogen Plant Unit dan Contaminant Removal Process Unit.
Tugas khusus yang dikerjakan yaitu mengevaluasi performance furnace 12F-1 Naphtha Hydrotreater Unit pada Kilang Fuel Oil Complex (FOC I). Proses pengerjaan tugas khusus meliputi pengumpulan data primer (data aktual lapangan dan control room) serta data perancangan alat dari manual operation book Fuel Oil Complex I).

Research paper thumbnail of Penurunan Kadar FFA (Free Fatty Acid) pada Proses Esterifikasi untuk Meningkatkan Kualitas Biodiesel

Kebutuhan akan minyak bumi sebagai sumber energi utama di berbagai negara semakin meningkat. Seba... more Kebutuhan akan minyak bumi sebagai sumber energi utama di berbagai negara semakin meningkat. Sebagian besar energi tersebut dihasilkan dari fosil yang tidak dapat diperbaharui dan seiring berjalannya waktu akan semakin terbatas. Minyak goreng bekas atau minyak jelantah merupakan salah satu bahan baku yang sangat menjanjikan sebagai pengganti bahan bakar disel, karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Namun, minyak goreng bekas memiliki kadar FFA yang tinggi sehingga akan mengurangi produk akhir dan kesulitan dalam pemurnian produk. Maka dari itu diperlukan pretreatment dengan proses esterifikasi.
Proses esterifikasi dilakukan dengan mencampurkan minyak goreng bekas sebanyak 150 ml dan metanol dengan perbandingan molar 1 : 3, 1 : 6, dan 1 : 9. Penambahan katalis H2SO4 dengan kadar 0,4, 0,6, 0,8 dan 1% dari volume minyak. Campuran dipanaskan pada suhu 40 oC, 50 oC dan 60 oC. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan kecepatan putaran 450 rpm dengan waktu 120 menit. Hasil esterifikasi didiamkan selama 24 jam kemudian dipisahkan dan dicuci dengan air hangat. Setelah didapatkan hasil optimal dilakukan percobaan kembali dengan waktu 180 menit.
Hasil penelitian paling optimum didapatkan pada perbandingan molar 1 : 9, kadar katalis 0,6% dan suhu operasi 60oC. Hasil menunjukan penurunan kadar FFA dari 7,2189% menjadi 0,2949%.

Research paper thumbnail of Evaluasi Performa Furnace 12F-1 Naphtha Hydrotreating Unit I pada Kilang Fuel Oil Complex I PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

Pertamina Refinery Unit IV Cilacap merupakan kilang terbesar diantara 7 kilang pertamina di Indon... more Pertamina Refinery Unit IV Cilacap merupakan kilang terbesar diantara 7 kilang pertamina di Indonesia, dengan kapasitas 348.000 barrel/hari. Pertamina Refinery Unit IV Cilacap ini dirancang oleh Shell Internasional Petroleum Maatschappij dan kontaktor Flour Estern Inc dimulai pada tahun 1974 dan mulai beroperasi pada tanggal 24 Agustus 1976. Kilang ini dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah dari Timur Tengah, seperti Arabian Light Crude (ALC), Arjuna Crude, Iranian Light Crude (ILC), Basrah Light Crude (BLC), Nigerian Crude, Vietnam, China, Australia, Tapis, dll. Kilang ini didirikan dengan maksud selain menghasilkan BBM juga untuk mendapatkan produk non BBM (NBM), yaitu berupa bahan dasar minyak pelumas (Lube Base Oil) dan Aspal yang sangat dibutuhkan dalam negeri. Sedangkan Kilang Paraxylene yang dibangun pada tahun 1987 dirancang untuk mengolah naphta menjadi paraxylene dan benzene.
Kilang I Area Fuel Oil Cimplex 1(FOC 1) dirancang untuk mengolah minya mentah jenis Arabian Light Crude (ALC), Arjuna Crude, Iranian Light Crude (ILC) dan Basrah Light Crude (BLC) dengan kapasitas pengolahan 118.000 barrel per hari. Fuel Oil Compelx 1 memiliki 9 unit: Crude Distilling Unit (CDU), Naphtha Hydrotreater Unit (NHT), Hydro Desulphurizer (HDS), Platformer Unit, Propane Manufacturing Unit, Kero Merox Treater Unit, Sour Water Stripper Unit, Nitrogen Plant Unit dan Contaminant Removal Process Unit.
Tugas khusus yang dikerjakan yaitu mengevaluasi performance furnace 12F-1 Naphtha Hydrotreater Unit pada Kilang Fuel Oil Complex (FOC I). Proses pengerjaan tugas khusus meliputi pengumpulan data primer (data aktual lapangan dan control room) serta data perancangan alat dari manual operation book Fuel Oil Complex I).