Studi Evaluasi Dan Pengembangan Pengelolaan Persampahankota Banyuwangi (original) (raw)
Related papers
Evaluasi Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan DI Kota Tegal
Journal of Public Policy and Management Review, 2017
The problem of garbage in Tegal caused by inadequate waste management are also difficulties in obtaining land Landfill (TPA) and the technical operation of waste facilities and infrastructure are inadequate. Based on these issues, the Government of Tegal implement one program from the Department of Housing and Urban Spatial Tegal in waste management is a development program of performance management of waste derived from the vision and mission Diskimtaru, to measure the success of the program is carried out using a logical framework approach project (KKLP) which includes the evaluation indicators(inputs,outputs, outcomes, benefits, impact) and using theoretical models Korten conformity of the program. This study used quantitative research methods. The results showed that the performance of waste management development program got a score of 71% performance which shows that the performance of waste management development program included a category quite successful. Not to the succes...
Evaluasi Pengelolan Persampahan Di Kota Enrekan Kabupeten Enrekang
Journal of Urban Planning Studies, 2021
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta evaluasi penegelolaan persampahan yang berada di Kota Enrekang Kabupaten Enrekang. Variabel yang digunakan terdiri dari 5 diantaranya: (X1) Pewadahan; (X2) Pengumpulan; (X3) Pengangkutan; (X4) Pembuangan Akhir; (Y) Teknik Operasional. Metode analisis yang digunakan berupa analisis dekriptif, dengan menggambarkan atau menguraikan secara jelas kondisi yang terjadi dilokasi penelitian berdasarkan ketentuan-ketentuan teknik pengelolaan sampah yang ada. Diketahui bahwa beberapa variabel sumber pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, penmbuangan akhir (TPA). Dimana dari hasil analisis yang diperoleh dimana terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya pengeloaan persampahan di Kota Enrekang dari aspek operasinal karena kondisi pengelolaan persampahan di Kota Enrekang dari segi kualitas dan kuantitas infratsruktur serta segi aspek non infrastruktur masih belum memadai, hal ini disebabkan karena kondisi wilayah Kota Enr...
PENGEMBANGAN EKOWISATA KEBUN PASEWARAN PANTAI KAMPE KABUPATEN BANYUWANGI
Kawasan pantai Kampe di Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kawasan wsata alam yang memiliki potensi pula sebagai kawasan perkebunan, dimana pada saat ini dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero), biasa disebut dengan Kebun Pasewaran. Pengembangan kawasan wisata Kebun Pasewaran Pantai Kampe ini diarahkan pada perencanaan yang lebih tinggi sifatnya melalui penataan potensi unggulan, berupa kebun buah, pengamatan flora-fauna, pengamatan kegiatan perkebunan, pantai/bahari, akomodasi berwawasan lingkungan, dan petualangan di alam terbuka yang didukung oleh pemberdayaan masyarakat sekitar serta ketersedian sarana-prasarana yang memadai menjadi kawasan wisata agro-bahari yang berwawasan lingkungan dan menonjolkan model community-based ecotourism (ekowisata berbasis masyarakat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kawasan wisata Kebun Pasewaran Pantai Kampe dapat dikembangkan menjadi kawasan wisata dengan tiga zonasi, yaitu zona gerbang kawasan (front stage), zona wisata perkebunan (middle stage), dan zona wisata pantai (back stage) dengan atraksi wisata alam, wisata petualangan dan olahraga, wisata edukasi, serta wisata sosial budaya.
Evaluasi Sistem Pengelolaan Persampahan di Kota Tanjungpinang
2018
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kota Tanjungpinang. dengan mengetahui sejauh mana system pengelolaan persampahan yang beljalan selama ini di Kota Tanjungpinang serta sebaik apa system pengelolaan persampahan yang ada di Kota Tanjungpinang ini dijalankan sehari-harinya. Dengan mengetahui perkembangan sejauh mana system pengelolaan persampahan yang ada di Kota Tanjungpinang, diharapakan mampu menerapkan suatu inovasi-inovasi agar system pengelolaan persampahan dapat beljalan semaksimal mungkin serta instansi - instansi terkait dapat menerapkan inovasi - inovasi baru terhadap system pengelolaan persampahan yang ada di Kota Tanjungpinang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkap da...
Evaluasi Sistem Pengelolaan Persampahan di Perkotaan Amurang
2021
Indonesia is a developing country with a very high population. One of the problems in Indonesia is the problem of waste, waste is an item that is no longer used and thrown away. The development of a city area cannot be separated from the lifestyle of the urban community with changes in the level of consumption becoming more instantaneous, the pattern of life and the level of public awareness which plays an important role as a producer of waste. Amurang City has a solid waste management system that is managed by the local government which is implemented by the Environmental Agency, technical support facilities for solid waste management operations are quite good, at some points of the road you can find landfills (TPS) of varying sizes. Other facilities, such as the integrated garbage dump (TPST), are still very minimal, because the 3R waste concept has not been implemented. This study aims to identify and evaluate the waste management system in the Amurang Urban Area (Amurang & West ...
PERMASALAHAN DAN PENGEMBANGAN WISATA ALAM KABUPATEN BANYUWANGI
2021
Banyuwangi merupakan daerah yang berkembang sebagai daerah tujuan wisata. Sebagai daerah yang dijuluki dengan The Sun Rise Of Java Banyuwangi mulai menambah fokus perhatiannya pada Industri pariwisata. Pada kabupaten yang berada di ujung timur pulau Jawa ini memang memiliki keberagaman alam dengan pesona yang indah. Dengan potensi tersebut Banyuwangi mulai mengembangkan industry pariwisata yang bertemakan alam mulai dari hutan, pantai dan juga pegunungan vulkanik. Tujuan dari pembuatan artikel ini adalah membahas mengenai objek wisata serta permasalahan dan pengembangan wisata alam yang ada di Banyuwangi. Wisata tersebut yaitu Kawah Ijen, Taman Nasional Alas Purwo, dan Pantai Pulau Merah. Namun pada artikel ini fokus kajian yang lebih mendalam yakni pada wisata Pulau Merah, mulai dari analisis SWOT sampai dampak dari adanya wisata Pulau Merah tersebut.
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan), 2021
Pengelolaan persampahan di Kelurahan Cisaranten Kulon saat ini belum optimal terlihat dari adanya masalah penumpukan sampah di rumah warga akibat keterlambatan pengumpulan sampah di wilayah pelayanan ataupun tidak adanya jadwal tetap untuk pengumpulan sampah. Untuk menangani masalah tersebut dibutuhkan peran aktif masyarakat dan aspek pembiayaan untuk menunjang upaya perbaikan, maka dilakukan analisis Willingness To Pay (WTP) terhadap peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan di wilayah ini. Didapatkan nilai WTP total sebesar Rp 124.989.122. Faktor yang mempengaruhi nilai WTP masyarakat Kelurahan Cisaranten Kulon adalah penghasilan dan kepuasan pelayanan. Rekomendasi peningkatan pelayanan pengelolaan persampahan yang direncanakan adalah pengelolaan sampah di sumber dengan program Kang PisMan, program komposter tong, serta pemanfaatan bank sampah dan optimalisasi sistem pengumpulan sampah dengan pembuatan jadwal pengumpulan sampah rutin serta penambahan alat pengumpul. Kata Kunci...
EVALUASI KEBERLANJUTAN WISATA BAHARI PULAU PAHAWANG KABUPATEN PESAWARAN
ABSTRAK Keberlanjutan pariwisata merupakan suatu proses yang kontinyu dalam mengawasi dampak serta implementasi dari pencegahan dalam suatu aktivitas pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat keberlanjutan wisata bahari Pulau Pahawang Kabupaten Pesawaran. Dalam menilai keberlanjutan wisata bahari, ruang lingkup materi yang akan dianalisis adalah ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, serta kelembagaan sebagai aspek dalam komponen keberlanjutan yang harus diintegrasikan untuk mengevaluasi performa "baik" dan "buruk" dalam pengembangan wisata bahari di Pulau Pahawang. Metode kuantitatif dibentuk pada hasil akhir dari metode kuantitatif untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai hasil analisis. Data primer dalam metode kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam dengan beberapa stakeholder seperti pemerintah daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pengusaha, Kepala Desa dan Komunitas Mangrove. Hasil dari Analisis MDS menunjukan bahwa keberlanjutan dimensi ekologi (53,998%) dan dimensi ekonomi (51,288%) pada tingkat yang cukup berkelanjutan, sedangkan dimensi sosial budaya (42,629%), dimensi kelembagaan (37,678%), dan dimensi infrastruktur dan teknologi (37,881%) berada pada tingkat kurang berkelanjutan. ABSTRACT The objective of this study is to investigate the sustainability level of marine tourism development in Pahawang Island Pesawaran Regency. This work pretends to achieve sustainable tourism by doing continuous process of monitoring the impact and implementing the necessary preventive for tourism development. In order to measure tourism sustainability, the weight of social-culture, economic and ecological aspect as a sustainability component must be integrated to evaluate "good" and "bad" performace of tourism development in Pahawang Island. The quantitative method analyzes the indicator of sustainable tourism by theoretical support of Multidimensional Scalling (MDS) called Rapfish. The sustainable tourism indicators will be selected as inputs from a synthesis of several exercises from organization opinions and study cases about sustainable indicators. The qualitative method builds directly on the results from the quantitative phase and explains more detail about quantitative outcomes. The primary data for qualitative method will be obtained through depth interviews with stakeholder which contains local government, Non Governmental Organization (NGO), businessman, head of Pahawang Island and Mangrove Community. The result of Rapfish analysis indicate that sustainability on ecological (53,998%) and economic (51,288%) dimensions are sustainable, meanwhile social-cultural (42,629%), law-institution (37,678%), dimension of technology and infrastructure (37,881%) are unsustainable.