Iman dan Diplomasi: Serpihan Sejarah Bima. Jakarta: KPG, 2010, 222 p. (original) (raw)

Relasi Agama Dan Budaya Dalam Sejarah Pemerintahan Kesultanan Bima

FiTUA: Jurnal Studi Islam

This study aims to examine literature sources related to the combination of religion, culture and government of the Bima Sultanate. The research method uses literature review from the main source of the Book of Bo and other supporting literature sources. The data, theory and findings are then analyzed to draw a conclusion about the relationship between religion and culture in government. This research then found that the Bima Sultanate was one of the sultanates in the archipelago that integrated religion and custom in the political structure of its government. The Sultan as the supreme ruler is accompanied by the Hadat Assembly headed by Ruma Speech and the Syara Council headed by Qadhi, each of whom provides input and considerations in all aspects of governance although in certain cases the Sultan has previllage rights which can ignore all considerations from the Hadat Council and Sharia Council'. The Hadat Council and Syara Council have equality in considering the Sultan's...

Tinjauan Historis Pengaruh Perkembangan Agama Islam Terhadap Kerajaan Bima

2013

This study aimed to find the influence of the development of Islam against the Kingdom of Bima in politics.The method used in this study is the historical method. Data collection technique is the technique of literature and documentation techniques, the data analysis technique is a qualitative data analysis technique. From the research that has been done the effect of the development of Islam in the kingdom of Bima, the kingdom of Bima has improvements and adjustment of the system of government, establishment of cooperation between the Kingdom and the way to the Kingdom of Gowa, Kingdom of Bima kingdom also sought to expand the area of Islamic religious. Â Penelitian ini ditujukan untuk mencari pengaruh dari perkembangan agama Islam terhadap Kerajaan Bima dalam bidang politik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Teknik pengumpulan datanya adalah teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, teknik analisis datanya merupakan teknik analisis data kualitati...

Wacana Politik dan Kepemimpinan Islam dalam Naskah Kuno Kesultanan Bima

ULUMUNA, 2006

Islamic thought in the field of politics and leaderships is found as the Muslims effort ellaborating basic values of Islamic teachings considered relevant to and applicable in the two fields, mainly in the governmental arrangement and the conduct of ruling persons. The effort is based on the point of view that politics needs some values ordering it so that it as part of human existence (zoon politicon) is able to lead all human beings to a glorified life, not to split them into a lawless and orderless life (homo homini lupus). The effort has been lasting over centuries since the forming of established Muslims community in Madinah. One of sources from wich Muslim thought in the two field in certain period in the long journey of the history of Islam can be traced is manuscripts. Through historical and philological approaches, the outhor took a study on one of heritage manuscripts of Bima Sultanate that was produced in 1882, Jawharat al-Ma"ârif. Applaying content analysis the outhor picture out the model of Islamic political and leadership tought in the manuscript. Seeing from the three theoretical perspectives concerning the two field, the outhor concluded that the manuscript in line with the third theory which stated that Islamthrough al-Qur"an and Sunnah-only has a set of ideal and ethical values concerning the to filed. The ellaboration and practical implementation of the values always follow the local contexts of Muslim communities-in this manuscript the contexts Bimanese Muslim in the 19 th century.

Filologi - Bahasa Bima

Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali suku, ras, maupun bahasa dengan dialek yang beragam. Ada suku Minang yang berbahasa Minang dengan dialeknya masing-masing, ada suku Jawa yang berbahasa daerah Jawa dan Sunda dengan masing-masing dialeknya, ada suku bima yang berbahasa mbojo, sambori, donggo, tarlawi, kolo dengan dialeknya, dan lain-lain.

Ulasan Buku: Mohammad Reevany Bustami, Surwandono, Ali Maksum, Rita Widiastutik. (2021). Matriks Perdamaian: Teori Berkembar Hubungan Indonesia-Malaysia. Prodi Magister Ilmu Hubungan Internasional. Program Pascasarjana. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Jurnal Kinabalu, 2021

Buku ini ditulis oleh beberapa orang sarjana dan peneliti prolifik di Indonesia dan Malaysia. Dalam kata pengantar, salah seorang penulis buku ini menyebutkan bahawa buku ini berakar dari sebuah lagi karya mereka iaitu Why are We Angry at Them (2016) yang diterbitkan oleh Penerbit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia. Beberapa karya para penulis terdahulu amat penting dalam memahami karya ini kerana ia memberikan gambaran langsung kepada keseluruhan perbincangan dalam penulisan ini. Sebelum memulakan pengulasan tentang buku ini, dipetik kata-kata Roland Barthes, salah seorang sarjana tersohor Perancis yang menyebut The Death of the Author. Kata-kata ini dipetik kerana perbincangan dalam ulasan ini terhad kepada bagaimana interpretasi buku ini dilakukan. Interpretasi ini adalah berasaskan kepada pemahaman, ilmu dan kaca mata pengulas sendiri. Dalam hal ini, mungkin maksud yang difahami daripada membaca teks ini berbeza dengan maksud sebenar yang cuba disampaikan oleh para p...

Faham Keagamaan dan Pola Gerakan Khilafatul Muslimin di Bima

Khilafatul Muslimin (KM) lahir dilatarbelakangi oleh kegelisahan pendirinya memperhatikan kondisi umat Islam yang kian hari kian terbelakang dan tertindas oleh hegemoni Barat dari segi politik, ekonomi dan sosial budaya. Oleh karenanya satu-satunya cara untuk mengembalikan kondisi umat Islam seperti masa lalu adalah dengan menegakkan kembali khilafah yang sudah lama tumbang. Penegakan khilafah ini bersifat wajib karena sudah dimaktubkan dalam al-Qur’an dan As-Sunnah. Salah satu daerah yang dijadikan bascame KM adalah Bima yang terletak di ujung timur pulau Sumbawa. Mereka mendirikan sebuah madrasah sebagai pusat gerakan yang berfungsi sebagai tempat transfer of knowledge pada generasi muda KM. Untuk masyarakat umum, para ustadz KM gencar melakukan dakwah melalui media internet, FB dan Blog, menyampaikan khutbah bergilir di beberapa masjid, mengadakan diskusi keilmuan, dll. Ormas KM ini bila dikaitkan dengan teori gerakan sosial, dilihat dari latarbelakang berdirinya, termasuk dalam kategori teori deprivasi relatif (relative deprivation theory), karena para pendirinya merasa kecewa terhadap kondisi kaum muslimin yang semakin hari semakin terpuruk dan menjauh dari syari’at Islam. Jika dilihat dari tipologinya, KM termasuk dalam kategori gerakan sosial transnasional movement, tipe gerakan sosial yang bercita-cita untuk mengubah kondisi sosial tertentu yang tidak hanya ada dalam lingkungan mereka, akan tetapi perubahan di seluruh dunia. Tipe gerakan sosial ini sering disebut dengan gerakan sosial baru (GSB) atau New Sosial Movement (NSM). Sztompka mengkategorikan KM sebagai gerakan konservatif, gerakan sayap kanan, yaitu gerakan yang berupaya untuk memperbaiki institusi, hukum, cara hidup, dan keyakinan yang telah mapan di masa lalu tetapi mengalami erosi dan dibuang dalam perjalanan sejarah.

Tradisi Hanta Ua Pua: Geliat Islamisasi dan Strategi Ulama dalam Menyebarkan Islam di Bima

PUSAKA

Tulisan ini menjelaskan tentang tradisi Hanta Ua Pua dalam geliat Islamisasi dan dan strategi akomodasi dakwah oleh ulama Melayu di Kesultanan Bima. Jenis penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan sosiologi agama dan antropologi budaya. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen, kajian arsip dan kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa geliat awal Islamisasi di Kesultanan Bima mendapat respon baik dari masyarakat dan penguasa setempat. Sultan Abdul Khair pasca konversi agama berkomitmen menjunjung tinggi ajaran agama Islam. Langkah kongkritnya dengan menjadikan Islam sebagai agama resmi Kesultanan. Namun, pasca meninggalkan Sultan Abdul Khair syiar Islam mulai redup karena sempat terjadi kekosongan mubaliq di Kesultanan Bima. Selain itu, sultan Abdul Khair Sirajuddin yang menggantikan ayahnya kurang peduli dengan agama Islam dan mengabaikan nasehat ulama di awal kekuasaannya. Tradisi Hanta Ua Pua merupakan satu strategi dakwah yang dilakukan...

(2021), ‘Rona Sejarah yang Sedap, Pedas, dan Pahit.’ In: Novi Anoegrajekti, Sastri Sunarti, Sudartomo Macaryus, Djoko Saryono, and I Nyoman Darma Putra (eds.), Sastra Rempah, pp. xxxv-xliv. Sleman: Penerbit PT Kanisius.

Salah sani tcmpat fuvoric saya di Bclanda adalah pasar bcsar di koca Bcverwijk (Dt 8rczt1dr). f;)us.ic pcrbd:tnjaan ini mcrup3.k.:m rcmpat peTrcmu:m berbagai etni$ yang bermukim di neg:im saya. Ada yang keturu1 lan T imur Te11gaJt, Suriname, Pol:aodia, Tiongkok, India, dan tencu soja Belanda asli. Produk seg,,r yang dijual di k-awasan pasar ini bcrmacam-maam. mulai dari kunna, wlnin, mani$.1n 1 kacang-kac:mg::m, boah-bu:i.han, hingga sayur-mayu r d:1ri :' lneb negara. Serib:' I di $tlna, r.aya bia~ny.t n'lengawaJi hari de1tga1 \ minum teh Maroko yang berisikan daun pudina dan gula baru. Lalu saya akan makao siang. yang menunya cerdiri atas ktbab Turki dan roti kubus, diikuri oleh ccmihm Suriah d,m kopi A(gh:mist..a:n yang XXlCV

Sejarah dan Usul Daerah Bima

Sejarah Daerah Bima Ini yang akan kita bahas di lintas mbojo kali ini. Suatu daerah pasti mempunyai asal usul tersendiri, budaya, dan sejarah masing-masing. begitu juga pun dengan Daerah Bima yang dulu pernah merupakan sebuah kerajaan yang swapraja selama lima atau enam abad sebelum lahirnya Republik Indonesia. Sejarah kerajaan Bima hanya diketahui secara dangkal, disebabkan terutama karena pemerintah Belanda boleh dikatakan tidak menaruh minat terhadap Bima, asal keamanan dan ketertiban tidak terganggu. Namun dari Dua sumber lain dapat ikut menjelaskan perkembangan sejarah Bima. museum mbojo sebagai salah satu bukti adanya kerjaan di Bima Pertama, ilmu arkeologi yang selama ini hanya mengungkapkan segelintir peninggalan yang terpisah-pisah. Namun ilmu arkeologi itulah yang barangkali akan berhasil menentukan patokan-patokan kronologi terpenting dari masa prasejarah sampai masa Islam. Kedua, sejumlah dokumen dalam bahasa Melayu yang ditulis di Bima antara abad ke-17 sampai dengan abad 20. Bahasa Bima merupakan bahasa setempat yang dipakai sehari-hari di Kabupaten Bima dan Dompu (nggahi Mbojo). Bahasa tersebut jarang, dan sejak masa yang relatif muda, digunakan secara tertulis. Beberapa teks lama yang masih tersimpan dalam bahasa tersebut, tertulis dalam bahasa Arab atau Latin. Tiga jenis aksara asli Bima pernah dikemukakan oleh pengamat-pengamat asing pada abad ke-19, tetapi kita tidak mempunyai contoh satu pun yang membuktikan bahwa aksara tersebut pernah dipakai. Oleh karena itu bahasa Bima rupanya tidak pernah menjadi bahasa tertulis yang umum di daerah tersebut. Pada jaman dahulu, bahasa lain pernah digunakan. Dua prasasti telah ditemukan di sebelah barat Teluk Bima, satu agaknya dalam bahasa Sanskerta, yang lain dalam bahasa Jawa kuno. Selanjutnya bahasa Makassar dan bahasa Arab kadang-kadang dipakai juga. Ternyata sejak abad ke-17 kebanyakan dokumen tersebut resmi ditulis di Bima dalam Bahasa Melayu.