Terapi Efluvium Telogen pada SLE dengan Minoksidil 2% dan Antioksidan Oral: Satu Laporan Kasus (original) (raw)

[6] Gelgel toksikologi klinis - 2kolom (Acta farmsi ITB)

Terjadi prevalensi penanganan keracunan yang relativ tinggi di IRD Rumah Sakit (RS) Sanglah Denpasar sekitar 30 s/d 50 kasus perbulan. Frekuensi kasus didominasi oleh keracunan yang diduga disebabkan oleh: makanan, insektisida rumah tangga (obat nyamuk), parasetamol, psikotropika, narkotika, digitalis dan alkohol. Penegakan terapi pada umumnya hanya didasarkan pada diagnosa, gejala-gejala klinik yang ditimbulkan, dan ditunjang oleh informasi pre-kasus dari pasien atau pendamping pasien. Sampai saat ini terapi pasien pada kasus keracunan di RS Sanglah belum dilengkapi pemeriksaan laboratorium analisis toksikologi. Penyelenggaraan analisis toksikologi klinik dalam penanganan kasus keracuanan di RS sudah sangat mendesak. Hal ini merupakan tantangan bagi farmasis untuk meningkatkan kompetensinya dan sekaligus merupakan diversifikasi bidang perkerjaan bagi farmasis di Indonesia.

Penggunaan Pentoksifilin Pada Reaksi Eritema Nodosum Leprosum Berat Dengan Lesi Vaskulonekrotik: Sebuah laporan kasus berbasis bukti

Media Dermato Venereologica Indonesiana, 2019

Reaksi ENL berat dapat disertai vaskulonekrotik. Laporan kasus ini bertujuan mengulas penggunaan pentoksifilin pada reaksi ENL serta melaporkan penggunaannya pada kasus ENL berat dengan lesi vaskulonekrotik pada pasien kusta lelaki, 29 tahun, dengan gizi kurang dan pengobatan tidak adekuat di RSK Dr. Sitanala. Penelusuran kepustakaan secara online menggunakan database elektronik, dan kata kunci erythema nodosum leprosum and pentoxifylline. Empat artikel terpilih ditelaah untuk menentukan apakah sahih dan dapat diterapkan pada pasien. Pentoksifilin memiliki efektivitas tidak hanya pada perbaikan klinis namun juga penurunan kadar TNFα yang merupakan mediator inflamasi utama reaksi ENL. Pada reaksi ENL berat dengan vaskulonekrotik, efektivitas talidomid lebih unggul dibandingkan dengan pentoksifilin, namun pentoksifilin dapat menjadi obat alternatif yang baik dengan angka perbaikan hampir sama.

Terapi lesi oral pasien sindrom Stevens-Johnson disertai lupus eritematosus sistemik

Oral lesion therapy in patients with Stevens-Johnson syndrome with systemic lupus erythematosus

Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, 2018

Adverse drug reaction (ADR) merupakan salah satu respon tubuh manusia tidak diinginkan dan berbahaya yang disebabkan penggunaan obat meskipun dalam dosis normal. ADR dapat menyebabkan terjadinya sindrom Stevens-Johnson (SJS) serta dapat memicu lupus eritematosus sistemik (SLE), yang salah satu manisfestasinya sebagai krusta hemoragik dan erosi yang luas pada mulut dan peri-oral, dapat mengganggu fungsi mulut sehingga terganggunya asupan makanan. Laporan kasus ini bertujuan untuk menjelaskan terapi lesi oral pasien sindrom Stevens-Johnson disertai lupus eritematosus sistemik. Laporan kasus: Seorang pasien wanita berusia 57 tahun dengan riwayat penyakit meningitis tuberkulosis dirujuk ke Bagian Penyakit Mulut dari departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin dengan diagnosis SJS, pasien mengeluhkan kesulitan untuk membuka mulutnya, sakit menelan dan sakit pada bibir. Terdapat riwayat pemakaian obat ofloxacin, streptomysin, dan OAT. Pemeriksaan ekstraoral menunjukkan beberapa lesi diskret pada wajah, konjungtiva anemis, lesi erosif dan krusta hemoragik pada bibir. Pemeriksaan intraoral ditemukan lesi erosif pada mukosa bukal dan palatal serta plak putih pada dorsal lidah. Pemeriksaan darah rutin menunjukkan hemoglobin, hematokrit, leukosit, MCV, MCH, eosinofil, netrofil, limfosit, protein total dan albumin rendah sedangkan uji ANA positif, sehingga diagnosis ditegakkan sebagai lesi oral terkait SJS disertai SLE dan kandidiasis oral. Medikasi yang diberikan adalah Chlorhexidine gluconate 0,1%, nistatin suspensi oral, vitamin B12, asam folat, dan topikal kortikosteroid. Lesi oral menunjukkan perbaikan dalam waktu 3 minggu, pada pasien terjadi SJS dan SLE secara bersamaan hal ini menunjukkan adanya keterlibatan mekanisme imunologi Simpulan: Terapi non farmakologi berupa pemberian kortikosteroid topikal,obat kumur Chlorhexidine gluconate 0,1%, vitamin B12, asam folat, dan nistatin yang menunjukkan perbaikan pada lesi oral dalam 3 minggu perawatan, ditambah dengan terapi non farmakologi berupa pemeliharaan kebersihan rongga mulut dengan obat kumur Chlorhexidine gluconate 0,1% sebagai antiseptik untuk meningkatkan kenyamanan pasien, untuk memfasilitasi epitelisasi dan mencegah komplikasi seperti infeksi. Kata kunci: Adverse Drug Reaction, lesi oral, sindrom Stevens-Johnson, lupus eritematosus sistemik Oral lesion therapy in patients with Stevens-Johnson syndrome with systemic lupus erythematosus ABSTRACT Introduction: Adverse drug reaction (ADR) is one of the unwanted and dangerous human body responses caused by the use of medications even in regular doses. ADR can cause Stevens-Johnson syndrome (SJS) and trigger systemic lupus erythematosus (SLE), with manifestation such as extensive haemorrhagic and erosive crusts in the mouth and peri-oral, which can interfere the oral function and disrupt the food intake. This case report was aimed to explain the treatment of oral lesions in patients with Stevens-Johnson syndrome with systemic lupus erythematosus. Case report: A 57-years-old female patient with a history of tuberculous meningitis was referred to the Oral Medicine Department of the Skin and Gynecology Polyclinics with a diagnosis of SJS, chief complaints of difficulty in opening her mouth, ingesting, and lips soreness. There was a medication history of ofloxacin, streptomycin, and OAT drugs. Extraoral examination indicated several facial discrete lesions, anaemic conjunctiva, erosive lesions, and hemorrhagic crusts on the lips. The intraoral examination found erosive lesions of the buccal and palatal mucosa and white plaques on the dorsal tongue. Routine blood tests showed the low level of haemoglobin, haematocrit, leukocytes, MCV, MCH, eosinophils, neutrophils, lymphocytes, and also low total protein and albumin, while the ANA test was positive. Thus the diagnosis was established as oral lesions associated with SJS with SLE and oral candidiasis. Medications administered were 0.1% chlorhexidine gluconate, nystatin oral suspension, vitamin B12, folic acid, and topical corticosteroids. Improvement in the oral lesions healing occurred within 3 weeks. SJS and SLE symptoms were simultaneously occurred in the patient, showed the involvement of immunological mechanisms. Conclusion: Non-pharmacological therapy in the form of topical corticosteroids, 0.1% chlorhexidine gluconate mouthwash, vitamin B12, folic acid, and nystatin, showed improvement in oral lesions within 3 weeks of treatment, added by non-pharmacological therapy in the form of maintaining oral hygiene with 0.1% Chlorhexidine gluconate mouthwash as an antiseptic to improve the patient's comfort, and facilitate the epithelialisation and prevent complications such as infections.

Morfologi Sel-Sel Pulau Langerhans Tikus Putih Sprague Dawley Diabetes Melitus pasca Terapi Fraksi Etil Asetat Sinom Campuran Jeruk Nipis dan Madu

Nutri-Sains: Jurnal Gizi, Pangan dan Aplikasinya

This study aims to determine changes in the morphology, the number, and diameter of Langerhans Islets cells in White Sprague Dawley rats with diabetes mellitus after treatment of ethyl acetate fraction synom lime and honey mixture. This study is an experimental study which divided into 5 groups, the control group (negative and positive control), the treatment group induced by alloxan and were then given the ethyl acetate fraction of mixed sinom, lime, and honey with a dose of 50; 100; 150; and 200 mg/kg. The histopathological features were observed by HE staining. The results of statistical tests on the average number of cells at a dose of 150 mg/kg BW showed a significant difference (p0.05) from other doses, as well as the observation of the morphology of the islets of Langerhans cells showed the best regeneration of islets of Langerhans in the treatment group with the ethyl acetate fraction of mixed synom drink. Lime and honey are characterized by an increase in the size of the is...

Selenium sebagai Terapi Oftalmopati Graves Derajat Ringan

Journal Of The Indonesian Medical Association

Oftalmopati Graves (OG) merupakan manifestasi ekstra-tiroid tersering dari penyakit Graves. Sebanyak lebih dari 50% penderita Graves akan mengalami OG, bahkan 10% diantaranya menderita OG derajat berat. Mekanisme terjadinya OG berhubungan dengan reaksi autoimun yang sangat kompleks dan dicurigai juga berhubungan dengan ketidakseimbangan kadar antioksidan serta oksidan di dalam tubuh. Selain itu, faktor lingkungan (rokok) dan juga kontrol yang buruk dari penyakit Graves semakin memicu progresifitas dari oftalmopati.Salah satu komponen antioksidan yang paling banyak terdapat pada kelenjar tiroid adalah selenium. Selenium diharapkan dapat membantu mengatasi OG terutama pada derajat ringan dengan memperbaiki ketidakseimbangan antara kadar oksidan dan antioksidan di dalam tubuh. Namun, pemberian selenium tidak dapat dilakukan secara bebas karena pemberian dalam jumlah yang tidak tepat dapat memicu timbulnya beberapa jenis kanker dan juga diabetes mellitus tipe II.

Inhibitor Kanal Kv1.3: Ekstrak Racun Kalajengking spesies Heterometrus spinnifer (HsTX1) sebagai Terapi Potensial Lupus Eritematosus Sistemik (LES)

SCRIPTA SCORE Scientific Medical Journal, 2022

Background: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is one of the most complex and common autoimmune disease. Current therapy is limited to symptomatic treatment which lead to disease relapse. The use of corticosteroids as immunosuppressant has many side effects. Long-term use of this drug can cause the occurrence of osteoporosis, which confers more risk since most of SLE patients are women. Animal venom is a potential substance for development of therapeutic modalities. One of the example of successful animal venom usage in therapy is captopril as anti-hypertensive agent. Objectives: exploring the potential of scorpion venom as therapeutic modality for LES. Methods: Analysis and synthesis of articles in the form of research paper and reviews relevant with the keywords Kv 1.3 channel, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), dan Scorpion Venom. Discussion: Inhibition of Kv1.3 channel by the peptides of scorpion venom has given new hope for the treatment of autoimmune diseases one of which is...

Formulasi Masker Peel Off Ekstrak Etanol Batang Saluang Belum Sebagai Antioksidan

Jurnal Pharmascience, 2019

Salah satu tumbuhan yang mempunyai manfaat yang besar terutama sebagai antikosidan adalah Saluang Belum.Tumbuhan ini merupakan Tumbuhan Hutan Berkhasiat Obat (THBO) asal Kalimantan Tengah yang secara empiris digunakan oleh masyarakat Dayak terutama pada daerah Kabupaten Katingan sebagai obat awet muda. Hasil uji identifikasi simpisia Batang Saluang Belum menunjukkan hasil positif pada uji senyawa kimia tanin dan saponin. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengembangkan produk masker peel off dari ekstrak etanol batang saluang belum yang dapat meningkatkan nilai ekonomi dari THBO. Terdapat 4 (empat) formulasi masker peel off ekstrak etanol batang saluang belum yang berbeda konsentrasi, mulai dari 0%; 1%; 5%; dan 15%. Dari keempat formula masker peel off ekstrak etanol batang Saluang belum yang dihasilkan, formula 1 merupakan formulasi terbaik berdasarkan hasil uji fisik yang dilakukan.