Arkeologi Natuna: Koridor Maritim di Perairan Laut Cina Selatan (original) (raw)

Identifikasi Situs Kapal Karam Bersejarah “Karang Panjang” DI Perairan Pulau Laut Natuna

Jurnal Kelautan Nasional, 2016

Pulau Laut dan kawasan perairan Natuna secara keseluruhan berdasarkan bukti sejarah sejak abad 10 M, telah menjadi jalur lintas laut untuk berbagai kapal dagang asing yang akan masuk ke wilayah Nusantara. Dalam perjalanannya masuk ke Natuna, banyak dari armada kapal tersebut yang karam dan akhirnya tenggelam di kawasan perairan kepulauannya. Artinya, potensi keberadaan situs arkeologi bawah laut di kawasan ini sangat besar yang belum semuanya teridentifikasi. Karena itu, penelitian arkeologi maritim yang mendasari tulisan ini bertujuan mengidentifikasi bentuk dan struktur kapal karam, serta menggali nilai historis didalamnya. Fokus lokasi pada Situs Karang Panjang, Perairan Pulau Laut Natuna. Metode penelitian yang digunakan adalah survei akustik bawah air (side scan sonar), penyelaman, dan wawancara dengan masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Situs Karang Panjang merupakan situs kapal karam bersejarah berteknologi mesin uap, struktur kapal berbahan campuran besi...

Dinamika Permasalahan Laut Tiongkok Selatan & Tantangan Serius terhadap Ide Poros Maritim Dunia

Andalas Journal of International Studies (AJIS), 2016

In recent years situation on the South China Sea facing an escalation condition, especially affected from China maritime activities. That condition emerged when China put South China Sea territory at China's official map, which called 9/10/11 dashed line or u-shaped line. This paper addresses the Indonesian Government respond about territorial disputes with China's official map on Natuna. The U-shaped line at China's official map actually became challenges for Global Maritime Axis idea and Indonesia foreign policy under Jokowi-JK administration.

Temuan Kapal Tenggelam dari Situs Karang Kennedy: Gambaran Perairan Belitung Bagian Selatan Dalam Jalur Perdagangan Maritim Pada Awal Abad XX

Kalpataru, 2019

This paper discusses about maritime trade routes in southern Belitung waters in the past based on archaeological remains found at Karang Kennedy Reef by South Sumatra Archaeological Center in 2018. Inductive method was used in this study and the main data were the cargo found in the shipwreck. Data was collected through underwater survey and mapping and then went into specific and contextual analysis. Written sources was also used for data interpretation. The result indicates that Karang Kennedy Site shipwreck is an evidence that Belitung used to be a part of international trade routes. Although the southern Belitung waters are protected from direct wind gusts Java sea or Belitung island, those are also relatively shallow and overgrown with coral reefs that limited the movement of ships and large boats to sail in this area. Tulisan ini membahas tentang gambaran jalur perdagangan maritim di wilayah perairan Belitung bagian selatan pada masa lalu. Data yang digunakan dalam tulisan ini berupa tinggalan arkeologi yang ditemukan di Situs Karang Kennedy hasil penelitian Balai Arkeologi Sumatera Selatan tahun 2018. Metode penalaran yang digunakan pada tulisan ini adalah metode induktif. Data yang digunakan adalah temuan arkeologi hasil penelitian tahun 2018 berupa sisa kapal tenggelam dan muatannya. Pengumpulan data pada kegiatan tersebut dilakukan dengan cara survei dan pemetaan bawah air. Analisis temuan dilakukan baik secara khusus maupun kontekstual, sementara interpretasi data menggunakan analogi sejarah dari sumber-sumber tertulis. Hasil kajian ini menunjukkan temuan kapal tenggelam di Situs Karang Kennedy merupakan bukti bahwa Belitung juga merupakan bagian dari perdagangan internasional. Selain itu penemuan sisa kapal di Karang Kennedy ini juga dapat dijadikan bukti tentang gambaran pelayaran di perairan bagian selatan Belitung. Meskipun posisi perairan bagian selatan Belitung terlindung dari hembusan angin langsung yang berasal dari arah laut Jawa atau daratan pulau Belitung namun perairan tersebut relatif dangkal dan banyak ditumbuhi terumbu karang sehingga membatasi gerak kapal-kapal dan perahu-perahu berukuran besar yang melintasinya. Kata kunci: Situs kapal tenggelam, Perdagangan maritim, Arkeologi bawah air

Perairan Utara Belitung Dalam Lintas Pelayaran Masa Lalu

Siddhayatra volume 20 nomor 1 Mei 2015, 2015

Tulisan ini merupakan hasil penelitian arkeologi Bawah Air di Perairan Kelapa Kampit yang dilaksanakan oleh Balai Arkeologi Palembang pada tanggal 14 sampai dengan 25 Mei 2014. Secara geografis perairan Kelapa Kampit berada di bagian utara Pulau Belitung. Perairan ini dapat dikatakan merupakan ‘pintu masuk’ dari Laut Cina Selatan menuju Selat Karimata. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi situs kapal tenggelam di Perairan Kelapa Kampit dalam kaitannya dengan kedudukan Pulau Belitung dalam lintas pelayaran masa lalu. Meskipun tidak sesempit Selat Gelasa dan Selat Bangka, secara geografis Selat Karimata banyak terdapat gugusan karang yang membentang dari bagian utara hingga bagian timur Belitung serta di beberapa lokasi terdapat perairan yang dangkal dan kedalamannya dipengaruhi oleh pasang surut sehingga tidak mengherankan jika di perairan ini banyak terjadi kecelakaaan laut yang mengakibatkan kapal tenggelam. Kata kunci: Belitung; Kapal Tenggelam; Selat Karimata This paper discuses about underwater archaeology research in Kelapa Kampit waters carried out by Balai Arkeologi Palembang on 14 to 25 May 2014. Geographically Kelapa Kampit waters is in the northern part of Belitung. These waters can be said to be the 'entrance' of South China Sea to Karimata Strait. The research aims to identify wrecksite in Kelapa Kampit water in relation to the position of Belitung in the history of shipping routes. Although it is not as narrow as Gelasa Strait and Bangka Strait, geographically Karimata Strait has many coral expanse stretching from the north to the eastern, and in some locations there are shallow waters and its depth is affected by tidal so it is not surprising that in these waters there are a lot of sea accident. Keywords: Belitung; Shipwreck; Karimata Strait.

Geopolitik Laut Tiongkok Selatan

Klaim pemerintah bahwa Indonesia tidak memiliki sengketa perbatasan dengan Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan (LTS) menemui ujian pertamanya. Sabtu malam (19/04) kapal patroli Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia melakukan penangkapan terhadap sebuah kapal Tiongkok yang diduga melakukan penangkapan ikan secara ilegal di perairan Natuna, Kepulauan Riau, sebelum akhirnya "digagalkan" oleh kapal penjaga pantai Tiongkok.Menteri KKP Susi Pudjiastuti geram karena menurutnya tindakan coastguard Tiongkok "melindungi" KM Kway Fey 10078 tersebut adalah suatu bentuk intervensi atas upaya penegakan hukum di negara berdaulat.

Analisis Push-Over Struktur Hang Tuah MOgPU di Laut Cina Selatan

2004

The purpose of this project is to analyse the ultimate strength capacity of the legs of the Hang Tuah MOgPU offshore structure due to lateral wave loads. The platform has been operating at South China Sea since 2002. The method that used in this ultimate strength analysis or pushover analysis is the incremental lateral loads according to the extreme wave condition (100 years of wave return period). The GTStrudl v. 27 Structural Engineering Programme of the Laboratory of Operation Research of The Department of Ocean Engineering-ITS has been exploited for this research purpose. It is found that the wave direction of south toward was the extreme condition causing the structure collapse fastest. The lateral load that made the structure collapse totally was 21 times of the lateral load in the design level condition. It is also found that there were three failure modes happened to the structure. The first mode of the failure was happened at the diagonal bracings of the first and third legs (level-2 elevation) of the structure. The second mode was happened at diagonal bracings and horizontal bracings of the same legs in the level 2 and level-9 elevation of the structure. In the th i rd mode the structure was totally collapse. The most of the members were collapse due to axial compression stress. The value of Reserve Strength Index (RSI) for this structure is 9. 6 for the model uncertainty factor (XmJ of 0. 85 and 11. 3 for Xm =1. 0. It is concluded that the leg structures of the Hang Tuah MOgPU is appropriate to the API RP 2A WSD criteria according to the ultimate strength condition. perufafiu{uan Penambahan pembebanan sebesar 1 kali dari beban gelombang awal. 7. Jika elemen gagal periksa apakah terjadi keruntuhan struktur, bila tidak maka melakukan pengulangan poin 4. sampai struktur MOgPU runtuh. 8. Bila struktur telah runtuh maka elemen yang runtuh dianalisis secara nonlinier .

Konlik Laut China Selatan

Perkembangan militer tentu dapat menjadi suatu alat bargaining terhadap negara lain. Perlombaan dalam mempercanggih alusista adalah hal yang wajib untuk setiap negara. Karena saat ini alusista dengan teknologi modern dapat menjadikan suatu negara menjadi aktor hegemoni dalam politik international. Dalam isu ini lah isu keamanan tetap relevan di dalam catur per-politikan international. Perkembangan anggaran militer Tiongkok menunjukan bahwa militer menjadi instrument pukulan psikolog untuk memberitahukan ke negara lain secara non verbal. Seperti Klaim yang tumpang tindih di LCS ( Laut Cina Selatan ), di mana negara-negara disekitar LCS yaitu Cina dan beberapa negara ASEAN seperti Brunei Darusalam, Malaysia, Vietnam, filipina dan Taiwan juga mengklaim wilayah kedaulatan yang berada di LCS. Tumpang tindih perbatasan di wilayah LCS Sempat memanas kembali ketika Cina mengerahkan militernya untuk menduduki dan mengembangkan pertahanan nya di kedua pulau kosong yaitu kepulauan Spratly dan kepulauan Paracel yang berada di LCS. Dimana kepulauan tersebut secara legalitas bukan lah wilayah Kedaulatan negara Cina namun diklaim secara sepihak oleh negara Cina. Namun ketegangan tersebut hanya sebentar dan kembali mereda berkat Dialog yang dilakukan oleh Cina dan ASEAN. Meskipun ketegangan di LCS menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini, isu tersebut bukan lah barang baru. Di awal 1990-an topik tersebut telah diperkirakan khususnya oleh para analis Amerika akan menjadi konflik yang takan pernah berakhir. Dilihat secara sepintas, situasi saat ini mungkin mirip dengan situasi pada era 1990-an. Akan tetapi, ketika diperhatikan dengan lebih mendalam. sangat jelas bahwa kondisi sebenarnya berbeda. Perubahan-perubahan besar telah terjadi di dalam hubungan Cina dan ASEAN, begitu pula di dalam sistem regional semenjak awal 1990-an. Secara keseluruhan, telah terbentuk suatu hubungan yang positif dan konstruktif di antara Cina dan ASEAN, khususnya di bidang ekonomi yang telah mengubah berbagai aspek menyangkut dinamika politik, ekonomi, sosial, dan keamanan di kawasan tersebut. Semua perubahan ini tidak bersifat sementara, tetapi akan terusmenerus mempengaruhi perilaku para pihak terhadap satu sama lain, termasuk di dalam lingkup konflik Laut Cina Selatan.

Penentuan Landas Kontinen Ekstensi di Kawasan Maritim Selatan Nusa Tenggara

Abstrak-Sebuah negara baik itu negara pantai (coastal state) maupun negara kepulauan (archipelagic state) berhak mengklaim wilayah maritim tertentu yang diukur dari garis pangkal, salah satu wilayah maritim yang dapat diklaim antara lain landas kontinen ekstensi. Menurut UNCLOS 1982 pasal 76, negara pantai mempunyai kesempatan untuk melakukan submisi menentukan batas terluar landas kontinen lebih dari 200 M atau yang disebut dengan Landas Kontinen Ekstensi (Extended Continental Shelf). Kawasan maritim di sebelah selatan Nusa Tenggara, khususnya sebelah selatan Pulau Sumbawa merupakan salah satu dari tiga kawasan di Indonesia yang mempunyai potensi untuk melakukan klaim landas kontinen lebih dari 200 M.