Kesiapan guru (teacher readiness) dalam menangani Siswa Berkebutuhan Khusus di Kelas Reguler pada Sekolah Berbasis Inklusif (original) (raw)
Related papers
School Readiness Siswa Berkebutuhan Khusus Di Kelas Inklusi Tingkat Sekolah Dasar Kota Batu
Jurnal Psikologi Perseptual
Kesiapan sekolah merupakan hal yang penting, sebelum siswa menerima materi pelajaran di lingkungan pendidikan. Dengan kesiapan sekolah yang baik anak akan lebih mudah menerima dan memahami pelajaran. Begitupun halnya dengan siswa berkebutuhan khusus, mereka membutuhkan kesiapan dalam memasuki sekolah formal inklusi disebabkan karena banyaknya tuntutan lingkungan yang akan mereka hadapi. Beberapa aspek kesiapan sekolah (school readiness) yang harus dipenuhi siswa inklusi adalah aspek kognitif, sosial, emosi, motivasi dan bahasa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kesiapan sekolah siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusi. Jenis penelitian yaitu kuantitatif dengan subyek penelitian sebanyak 31 siswa berkebutuhan khusus di kota Batu. Instrument penelitian menggunakan observasi dan wawancara serta dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan rerata kesiapan sekolah (school readiness) pada siswa berkebutuhan khusus aspek bahasa (2,98%), diik...
PARAMETER: Jurnal Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, 2017
This study aims to empirical related understanding to update the data they think of students with special needs in primary schools inclusive kepulauan seribu. Sample of the research is teachers SDN 01 panggang island, teachers of SDN 02 panggang island and teachers sdn 03 panggang island Kepulauan Seribu some 50 people. This approach in this study used a quantitative approach with the descriptive. Data collection in this research using survey by the questionnaire as an instrument used to collect data from respondents.Study was conducted in SDN inclusive in Kepulauan Seribu. The research results show that they think of understanding students with special needs in sdn inclusive kepulauan seribu has not been spread evenly .This can be seen from the acquisition a score respondents a whole that a lot of teachers who are already proficient in ideal and have a score above the limit those teachers ( 72 % ) . But there is some of the teachers did not understand school tuition berkebutuhan sp...
Fakultas Psikologi Muria Kudus, 2017
Kesiapan sekolah merupakan hal yang penting, sebelum siswa menerima materi pelajaran di lingkungan pendidikan. Dengan kesiapan sekolah yang baik anak akan lebih mudah menerima dan memahami pelajaran. Begitupun halnya dengan siswa berkebutuhan khusus, mereka membutuhkan kesiapan dalam memasuki sekolah formal inklusi disebabkan karena banyaknya tuntutan lingkungan yang akan mereka hadapi. Beberapa aspek kesiapan sekolah (school readiness) yang harus dipenuhi siswa inklusi adalah aspek kognitif, sosial, emosi, motivasi dan bahasa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kesiapan sekolah siswa berkebutuhan khusus di kelas inklusi. Jenis penelitian yaitu kuantitatif dengan subyek penelitian sebanyak 31 siswa berkebutuhan khusus di kota Batu. Instrument penelitian menggunakan observasi dan wawancara serta dianalisa dengan menggunakan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan rerata kesiapan sekolah (school readiness) pada siswa berkebutuhan khusus aspek bahasa (2,98%), diikuti aspek emosi (2,80%), aspek sosial (2,74%), aspek kognitif (2.60%), dan aspek motivasi (2.55%). Hal ini berarti kesiapan sekolah siswa berkebutuhan khusus tingkat sekolah dasar di sekolah inklusi kota Batu yang paling tinggi adalah kesiapan bahasa, diikuti dengan aspek emosi dan sosial. Sedangkan aspek yang paling rendah dalam kesiapan sekolah siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi Kota Batu adalah aspek motivasi dilanjutkan dengan aspek kognitif.
Kesiapan Guru dalam Pelaksanaan Pendidikan Inklusi
EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN
Kehadiran anak berkebutuhan khusus menjadi tantangan dalam dunia pendidikan dimana hal ini mendorong segala stakeholder untuk mampu menciptakan budaya pendidikan inklusif agar anak berkebutuhan khusus mendapatkan hak yang sama seperti anak reguler lainnya. Untuk menciptakan budaya inklusif tentunya perlu kesiapan yang harus dipersiapkan dan dimiliki khususnya seorang guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan guru dalam melaksanakan pendidikan inklusi khususnya di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah sistematik review dengan menyaring artikel yang terkait dengan rentang waktu 2012-2021. Database elektronik yang digunakan adalah Google Scholar dan Garuda. Hasil pencarian jurnal yang terkait didapatkan sebanyak 7 jurnal yang dianalisa menggunakan teknik data tematik. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kesiapan guru untuk melaksanakan pendidikan inklusi masih rendah atau belum siap. Hal ini dikarenakan para guru tidak mempunyai pengalaman dalam mengajar...
Mendidik Tenaga Pendidik bagi Siswa yang Berkebutuhan Khusus
Penelitian mengenai pendidikan guru reguler maupun guru pendidikan kebutuhan khusus telah mengidentifikasi banyak masalah dan faktor yang mempengaruhi perkembangan dan hasil dari program-program yang bertujuan untuk mendidik para pendidik 33 bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Program pendidikan guru yang efektif dan tepat harus mempertimbangkan berbagai permasalahan dengan cakupan yang luas. Tidak cukup dengan hanya membuat daftar bidang pengetahuan yang diharapkan dikuasai oleh para calon pendidik. Beberapa isu berkaitan dengan hubungan antara sistem pendidikan masyarakat dan kualifikasi yang harus dimiliki oleh guru pendidikan kebutuhan khusus. Program pendidikan bagi guru pendidikan kebutuhan khusus yang berkembang di satu masyarakat pada periode tertentu dalam sejarah terkait dengan konteks tertentu dan mungkin tidak cocok untuk masyarakat lain atau waktu lain dalam sejarah. Perspektif tentang pengetahuan, belajar dan mengajar merupakan isu-isu lainnya yang sangat penting untuk perancangan dan implementasi program pendidikan bagi guru pendidikan kebutuhan khusus.
Psikologia : Jurnal Psikologi, 2017
This research aimed to improve students’ ability in developing Individual Teaching Program (PPI) Module for Children with Special Need. This study used quasi experimental with between-group design. Seventh semester of Psychology students who was taking a Psychology for Children with Special Need course were the subject of the research. Data collection was obtained through observation, interview, Focus Group Discussion, and documentation. The data analysis was descriptive-quantitative. The analysis result was used to interpret the research findings. The findings showed that most of the subjects got more understanding after treatment. The study implies that in the future research, it is necessary to conduct sustainable guided program, intensive time table, and implementation of the program so that the subjects experience the real practice.
Sikap Siswa Reguler Terhadap Siswa Berkebutuhan Khusus Dengan Kecenderungan Bullying Kelas Inklusi
Al-Qalb : Jurnal Psikologi Islam, 2016
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertingkahlaku baik positif maupun negatif terhadap objek yang disikapi. Pada pendidikan inklusi siswa reguler diharapkan menerima perbedaan yang dimiliki siswa berkebutuhan khusus. Siswa reguler dengan sikap negatif terhadap siswa berkebutuhan khusus akan memunculkan perilaku meremehkan dan pengucilan sampai menimbulkan kecenderungan bullying. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara sikap siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus dengan kecenderungan bullying. Desain penelitian adalah kuantitatif korelasional dengan jumlah 200 subjek siswa reguler sekolah inklusi tingkat SMP. Skala yang digunakan adalah skala sikap siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus dan skala kecenderunganbullying. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara sikap siswa siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus dengan kecenderungan bullying yaitu (r=-0.234; p=0.000; p<0.01). Semakin negatif sikap siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus maka semakin tinggi kecenderungan perilaku bullying begitupun sebaliknya. Kata kunci: Sikap siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus, Kecenderungan bullying, inklusi
Sikap Guru Dan Tenaga Pendidik Terhadap Anak Usia Dini Yang Berkebutuhan Khusus
SIKAP GURU DAN TENAGA PENDIDIK TERHADAP ANAK USIA DINI YANG BERKEBUTUHAN KHUSUS, 2021
The aims of this study was to determine the attitudes of teachers and educators in dealing with early childhood who have special needs in the learning process in the classroom. This type of research is a quantitative descriptive study. The data in this study were obtained through observation, interviews, and surveys using an attitude scale that measures cognitive, affective, and behavior of teachers and educators towards early childhood with special needs. The results showed that 17 subjects had good knowledge about children with special needs, 17 subjects (100%) had bad emotions towards children with special needs, and 17 subjects (100%) had bad behavior towards children with special needs.
Sikap Siswa Reguler Terhadap Siswa Berkebutuhan Khusus Dan Kecenderungan Bullying Di Kelas Inklusi
Unisia
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertingkahlaku baik positif maupun negatif terhadap objek yang disikapi. Pada pendidikan inklusi siswa reguler diharapkan menerima perbedaan yang dimiliki siswa berkebutuhan khusus. Siswa reguler dengan sikap negatif terhadap siswa berkebutuhan khusus akan memunculkan perilaku meremehkan dan pengucilan sampai menimbulkan kecenderungan bullying. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara sikap siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus dengan kecenderungan bullying. Desain penelitian adalah kuantitatif korelasional dengan jumlah 200 subjek siswa reguler sekolah inklusi tingkat SMP. Skala yang digunakan adalah skala sikap siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus dan skala kecenderungan bullying. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara sikap siswa siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus dengan kecenderungan bullying yaitu (r=-0.234; p=0.000; p<0.01). Semakin negatif sikap siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus maka semakin tinggi kecenderungan perilaku bullying begitupun sebaliknya.