NEOPLATONISME; GERBANG TASAWUF DAN PAHAM MUKTAZILAH, SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PLURALITAS AGAMA (original) (raw)
Related papers
PENGARUH NEOSUFISME TERHADAP PERKEMBANGAN TASAWUF DAN TAREKAT BARU
Abstrak: Tulisan ini mengkaji pengaruh neosufisme terhadap kontinuitas doktrin tasawuf dan tarekat-tarekat baru yang timbul sejak dua abad terakhir periode pertengahan Islam. Kemunculan neosufisme abad ke-14 M berpengaruh besar terhadap corak tasawuf dan tarekat baru abad-abad tersebut. Selain mendorong " purifikasi " doktrin agar tidak dimasuki unsur-unsur non Islam, neosufisme juga memberi arah baru agar tasawuf dan tarekat senantiasa berada dalam bimbingan syariat. Orientasi ini tidak saja memperlemah doktrin emanasi Tuhan atas makhluk-Nya berganti dengan doktrin transendensi, tetapi juga menjadikan tasawuf berada dalam kerangka ortodoks, tarekat juga demikian. Pengembalian ajaran ke sumber asli al-Qur'an dan Sunnah membuat tarekat-tarekat baru yang muncul bebas dari sifat yang tidak islami. Neosufisme berhasil mengubah orientasi tasawuf dan tarekat baru, yang lebih aktif-responsif terhadap urusan duniawi. Abstract: The Influence of Neosufism towards the Development of Tasawuf and New Tarekat. This essay studies the influence of neosufism on the continuity of tasawuf doctrine and new tarekats emerged during the last two centuries of medieval Islamic period. The raise of the fourteeth century neosufism movement had greatly influenced the nature and the characteristics of the new tasawuf and tarekats of the succeeding era. In addition to giving impetus in 'purification' of the doctrines to avoid the tasawuf and tarekat from intrusion of un-Islamic elements, the neosufisme has provided with guidance so that they should be kept under the syariat control. This new tendency has forced the tasawuf and tarekats to weaken their support to the doctrin of immanation of God toward His creatures, and replaces it with the transcendent doctrine. The return to the original stipulations of the Qur'an and the Sunna liberated the tasawuf and tarekats from their un islamic characters. The Neosufism movement had succeeded in changing the orientation of the new tasawuf and tarekas to be more responsive to the worldly interest.
MAKALAH TASAWUF: NEOSUFISME (SUFISME MODERN) DAN PERKEMBANGANNYA
Di tengah gelombang arus modernisasi dan sekularisasi, tuntutan terhadap spiritualitas tampaknya mengalami perkembangan. Hal ini tercermin dari maraknya kajian terhadap spiritualisme. Spiritualisme tersebut dalam perkembangannya mengalami dinamisasi yang beragam, termasuk pada sisi implementasi ajaran. Kerinduan pada spiritualisme tampaknya melanda beberapa masyarakat yang terhitung terdidik secara modern. Dimensi batin ini dalam fitrahnya memang membutuhkan semacam terapi dalam menghadapi akumulasi kejenuhan dan kekeringan jiwa. Hal inilah yang antara lain memunculkan tuntutan terhadap pentingnya spiritualisme. Salah satunya adalah melalui tasawuf. Kekuatan tasawuf mampu membangkitkan kesadaran dan nuansa pembebasan masyarakat Muslim. Kecenderungan demam tasawuf di perkotaan kian menunjukkan peningkatan. Kursus-kursus tasawuf seringkali menarik minat yang tinggi.Apakah ini indikasi dari gerakan neo-sufisme? Oleh karena itu melalui makalah ini penulis akan memaparkan tentang neosufisme maka dari itu penulis sepakat memberikan judul makalah ini "Neosufisme (Sufisme Modern) dan Perkembangannya".
CRITICAL JURNA REVIEW PENGARUH NEOSUFISME TERHADAP PERKEMBANGAN TASAWUF DAN TAREKAT BARU
PENDHULUAN Tulisan ini mengkaji pengaruh neosufisme terhadap kontinuitas doktrin tasawuf dan tarekat-tarekat baru yang timbul sejak dua abad terakhir periode pertengahan Islam. Kemunculan neosufisme abad ke-14 M berpengaruh besar terhadap corak tasawuf dan tarekat baru abad-abad tersebut. Selain mendorong " purifikasi " doktrin agar tidak dimasuki unsur-unsur non Islam, neosufisme juga memberi arah baru agar tasawuf dan tarekat senantiasa berada dalam bimbingan syariat. Orientasi ini tidak saja memperlemah doktrin emanasi Tuhan atas makhluk-Nya berganti dengan doktrin transendensi, tetapi juga menjadikan tasawuf berada dalam kerangka ortodoks, tarekat juga demikian. Pengembalian ajaran ke sumber asli al-Qur " an dan Sunnah membuat tarekat-tarekat baru yang muncul bebas dari sifat yang tidak islami. Neosufisme berhasil mengubah orientasi tasawuf dan tarekat baru, yang lebih aktif-responsif terhadap urusan duniawi.
NILAI FALSAFAH YANG TINGGI DALAM MONUMEN AGAMA; ANGKOR WAT DAN BORUBUDUR
Asia Tenggara merupakan sebuah rantau yang kaya dengan pelbagai jenis sumber sejarah. Permulaan sejarah di Asia Tenggara ini adalah bermula dengan petapakan pengaruh Hindu sejak abad ke-8 sehingga abad ke-13 Masihi di kebanyakan negara seperti di Indonesia, Kemboja, Laos, Myanmar dan tidak ketinggalan juga di Tanah Melayu. Definisi monumen merupakan sebuah binaan atau bangunan yang diperbuat
TASAWUF DAN PLURALITAS DALAM Al-QUR’AN
Jurnal Ilmiah Al-Mu'ashirah, 2017
This paper raises the issue of Sufism with the title "Sufism and Plurality in the Qur'an". Pluralism is derived from pluralist Latin, from pluris namely more than one, the plural. Therefore something said to be plural always consists of many things, various types, different points of view and background. Religious pluralism holds that no one is entitled to claim that religion is the most correct, all religions in this view have their own righteousness. The problem is that these pluralists always express the legitimacy of the Sufis, but the recognition of pluralism by the great Sufis may not exist in the Sufi tradition. From there, they assume that the idea of religious pluralism has indeed existed in the intellectual tradition of Islam and certainly based on Islamic teachings. The trend of harmonizing religions can be found from the two concepts that always reap the polemic and controversy that is the concept of unity of religions or better known in the world of tasaww...
TASAWUF SEBAGAI TERAPI (PERSPEKTIF KONSELING ISLAMI
Abstrak Kemajuan yang telah merambah dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik sosial, ekonomi, budaya dan politik, mengharuskan individu untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat dan pasti. Padahal dalam kenyataannya tidak semua individu mampu melakukannya sehingga yang terjadi justru masyarakat atau manusia yang menyimpan banyak problem. Tidak semua orang mampu untuk beradaptasi, akibatnya adalah individu-individu yang menyimpan berbagai problem psikis dan fisik, dengan demikian dibutuhkan cara efektif untuk mengatasinya. Berbicara masalah solusi, kini muncul kecenderungan masyarakat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan spiritual (tasawuf). Tasawuf sebagai inti ajaran Islam muncul dengan memberi solusi dan terapi bagi problem manusia dengan cara mendekatkan diri kepada Allah yang Maha Pencipta. Selain itu berkembang pula kegiatan konseling yang memang bertujuan membantu seseorang menyelesaikan masalah. Karena semua masalah pasti ada penyelesaiannya serta segala penyakit pasti ada obatnya. Peluang tasawuf dalam menangani penyakit-penyakit psikologis atas segala problem manusia, semakin terbentang lebar di era modern ini. A. Pendahuluan Tulisan ini berangkat dari sebuah fenomena sosial masyarakat yang kini hidup di era modern, dengan perubahan sosial yang cepat dan komunikasi tanpa batas, dimana kehidupan cenderung berorientasi pada materirialistik, skolaristik, dan rasionalistik dengan kemajuan IPTEK di segala bidang. Kondisi ini ternyata tidak selamanya memberikan kenyamanan, tetapi justru melahirkan abad kecemasan (the age of anxienty). Kemajuan ilmu dan teknologi hasil karya cipta manusia yang memberikan segala fasilitas kemudahan, ternyata juga memberikan dampak berbagai problema psikologis bagi manusia itu sendiri. Masyarakat modern kini sangat mendewa-dewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, sementara pemahaman keagamaan yang didasarkan pada wahyu sering di tinggalkan dan hidup dalam keadaan sekuler. Mereka cenderung mengejar kehidupan materi dan bergaya hidup hedonis dari pada memikirkan agama yang dianggap tidak memberikan peran apapun. Masyarakat demikian telah kehilangan visi ke-Ilahian yang
TASAWUF SEBAGAI DIMENSI BATIN AJARAN ISLAM
ABSTRAK Islam merupakan agama yang memiliki dimensi internal yang disebut dengan al-ihsan. Sebagai dimensi internal Islam, para ahli memberikan respons berbeda terhadap ajaran para sufi. Sebagian ahli menerima tasawuf sebagai dimensi batin dari ajaran Islam, dan sebagian ahli mengkritik bahkan menolak ajaran tasawuf tertentu karena mereka menilai bahwa ajaran tasawuf bukan berasal dari Islam. Artikel ini mengkaji tasawuf sebagai dimensi batin ajaran Islam. Studi ini merupakan hasil kajian kepustakaan dimana data diperoleh dari kegiatan studi dokumen. Studi ini mengajukan temuan bahwa tasawuf merupakan dimensi ajaran Islam. Tasawuf merupakan disiplin ilmu yang lahir dari peradaban Islam, dan sumber ajarannya berasal dari Alquran dan hadis. Memang para orientalis cenderung menyebutkan bahwa ajaran Kristen atau agama lain menjadi pendorong kelahiran tasawuf di dunia Islam, tetapi para ahli dari kalangan Islam menolak pendapat mereka. Kata Kunci: Tasawuf, Tarekat, Sufi, Nusantara Pendahuluan Dapat dilihat bahwa studi tasawuf merupakan studi yang menarik dikaji dan penting. Studi ini memang mendapatkan perhatian dari para peneliti dari pihak Islam maupun orientalis. Berbagai karya tulisan telah mereka hasilkan mulai dari studi tokoh sampai studi tarekat. Menurut penulis, studi ini penting diketahui karena sebagaimana disebutkan Profesor Syed Muhammad Naquib al-Attas bahwa tasawuf merupakan dimensi internal ajaran Islam. Al-Attas (2011: 149) berkata "tasawuf adalah penzahiran ihsan pada diri seseorang." Dalam sebuah hadis Nabi terdapat pembahasan tentang dimensi agama Islam, yaitu iman, islam dan ihsan. Berdasar pendapat al-Attas di ataslah, penulis menyimpulkan bahwa tasawuf merupakan dimensi ihsan, satu dari tiga dimensi dari agama Islam. Oleh karena itulah, penulis menilai bahwa studi tasawuf memang sangat penting dibahas dan dikenalkan dalam kesempatan kali ini. Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan,
Sejarah Tarekat dan Tasawuf; MASUK DAN BERKEMBANGNYA NEO-SUFISME DI INDONESIA
Istilah Neo-Sufisme pertama kali dimunculkan oleh peneliti muslim terutamanya Fazlu Rahman yang menurutnya Neo-Sufisme sebenarnya telah dirintis oleh para ulama seperti Ibnu Taimiyah yang dilanjutkan oleh muridnya seperti Ibnu Qayyim al-Jauzi dengan tipe ajaran tasawuf berintegrasi syariah. Neo-Sufisme lebih menekankan aspek rekonstruksi moral sosial masyarakat, merupakan terapi yang efektif untuk membuat orang lebih memanusiawi. Menjalani hidup sufi bukan berarti meninggalkan dunia melainkan meletakkan nilai yang tinggi pada dunia dan memandang dunia sebagai media untuk meraih spiritualis sempurna dengan konstruksi paham tasawuf baru. Pembahasan lebih lanjut mengenai Neo-Sufisme akan penyusun sajikan dalam makalah ini dengan fokus pembahasan masuk dan berkembanganya Neo-Sufisme di Indonesia dari Tarekat Tijaniyah.