Wayang House – Rumah Wayang (original) (raw)

Tradisi Ruwatan Wayang Bagi Umat Hindu Jawa

Sphatika: Jurnal Teologi, 2020

The existence of wayang for Javanese society is something that has become a cultural tradition. The existence of the Wayang Tradition is evidenced by the continued emergence of dalang who perform wayang in certain areas with progressive artistic creativity. Wayang is a performance culture that is used as a medium or a means of transferring a particular science as well as entertainment. In the end, the function of wayang showsevolved from media guidance, spectacle, information delivery tools, to the promotion of certain products such as those that often appear on electronic glass screen media.The existence of Wayang Kulit is a Javanese traditional art in particular, which is closely related to the levels of human life or the life cycle. Humans in their lives will be bound by the norms or value systems adopted by their society. The norms that are still valid in Javanese society include the Ruwatan ceremony which contains elements of salvation or cleansing humans from existing sin and ...

Rumah Tradisional Bali

Bali terkenal dengan budaya, pemandangan alam yang indah dan yangpaling mencirikan Bali adalah Arsitektur Bali.Arsitektur Tradisional Bali telah ada sejak zaman dahulu yang turun menurun di warisakan sebagai landasan dalam membanguan sebuah hunian yang berfilosofi tinggi.Dalam pembangunannya terdapat tata cara yang di atur dalam lontar Asta Kosala -kosali. Arsitektur Tradisional Bali yang memiliki konsepsikonsepsi yang dilandasi agama Hindu, yang merupakan perwujudan budaya, dimana karakter perumahan tradisional Bali sangat ditentukan norma-norma agama Hindu, adat istiadat serta rasa seni yang mencerminkan kebudayaan. Akan tetapi Di Bali saat ini ditemukan berbagai corak arsitektur, mulai dari Arsitektur tradisional bali kuno, tradisional bali yang di kembangkan, arsitektur masa kini yang berstyle Bali bahkan arsitektur yang sama sekali tidak memiliki nuansa bali. Mengetahui aspek-aspek arsitektur tadisional bali di butuhkan pengetahuan yang mendalam terutama aspek filosofi, religius dan sosial budaya. Degan demikian Arsitektur Tradisioanal Bali tidak akanberakhir secara Perlahan -lahan. Arsitektur Tradisional Bali memiliki beberapa konsep-konsep dasar yang mempengaruhi nilai tata ruangnya, antara lain : 1. Konsep Keseimbangan (keseimbangan unsur semesta, konsep catur lokapala,konsep dewata nawa sanga ), konsep dewata nawa sanga ialah aplikasi dari pura-pura utama yang berada di delapan penjuru arah dibali yang yang dibangun menyeimbangkan pulau bali, pura-pura utama itu untuk memuja manifestasi tuhan yang berada di delapan penjuru mata angin dan di tengah.Aplikasi konsep ini menjadi pusat yang berwujud natah (halaman tengah) dari sini menentukan nilai zona bangunan yang ada disekitarnya dan juga pemberian nama bangunan disekitarnya seperti Bale Daje,Bale Dauh,Bale Delod,Bale Dangin, 2. Konsep Rwe Bhineda (hulu -teben, purusa -pradana) Hulu Teben merupakan dua kutub berkawan dimana hulu bernilai utama dan teben bernilai nista/ kotor. Sedangkan purusa(jantan) pradana(betina) merupakan embryo suatu kehidupan 3. Konsep Tri Buana -Tri Angga, Susunan tri angga fisik manusia dan struktur tri buana fisik alam semesta melandasi susunan atas bagian kaki, badan, kepala yang masingmasing bernilai nista, madya dan utama. 4. Konsep keharmonisan dengan lingkungan , ini menyangkut pemanfaatan sumber daya alam, pemanfaatan potensi sumber daya manusia setempat, khususnya insan-insan ahli pembangunan tradisional setempat. Konsep ini jika di dasarkan secara vertikal, maka nilai Utama berada pada posisi teratas/scaral, Madya pada posisi tengah, dan posisi terakhir Nista pada posisi terendah /kotor. Selain memeberikan nilai secara vertical, Tri Angga juga memiliki tata nilai Hulu -Teben. Komsep Hulu -Teben ini kemudian mempunyai beberapa orientasiorientasi antara lain:

Wayang Dan Gamelan Banjar Kalimantan Selatan

Keteg: Jurnal Pengetahuan, Pemikiran dan Kajian Tentang Bunyi

Tulisan ini merupakan upaya awal untuk mengungkap Wayang Banjar dalam perspektif secara umum, mengingat masih minimnya pembahasan mengenai wayang Banjar di Kalimantan Selatan. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari tulisan ini adalah mengetahui tentang sejarah dan perkembangan wayang Banjar serta mendeskripsikan salah satu gending dalam pertunjukan wayang Banjar. Kata kunci: wayang, banjar, gending, gamelan.This paper is an initial effort to reveal the Wayang Banjar in a general perspective, given the lack of discussion on the Banjar puppet in South Kalimantan. The approach used is descriptive qualitative. The results of this paper are to know about the history and development of the Banjar puppet and to describe one of the songs in the Banjar puppet show.Keywords: puppets, banjar, gending, gamelan.

Wayang Sebagai Sarana Upacara Ritual Keagamaan

Prajnaparamita

Arti sebenarnya dari wayang adalah bayangan. Namun seiring berjalannya waktu, makna tersebut bergeser menjadi seni pertunjukan (Pandam Guritno:?). Hal itu mungkin karena dalam perkembangan selanjutnya, wayang tidak hanya ditampilkan dalam bentuk bayangannya, tetapi juga dalam bentuk visual lainnya seperti Wayang Golek, Wayang Cepak, Wayang Beber (dilukis di atas gulungan kain), Wayang Wong (dibawakan oleh penari langsung), dan lain-lain. Masih ada ketidaksepakatan yang terkait dengan asal mula pertunjukan wayang kulit. Dr. N.J. Krom berpendapat bahwa wayang berasal dari lndia Barat. Namun hal itu dibantah oleh Dr. GA. J. Hazeu dalam disertasinya, “Bijdrage to de Kennis van het Javaansche Tonee”, yang menyatakan bahwa wayang kulit adalah seni pertunjukan asli Jawa. Peneliti lainnya menyatakan bahwa wayang adalah hasil akulturasi budaya Jawa dan India-Hindu. Dengan turunnya kekuasaan kerajaan Majapahit - dan dimulainya kerajaan Islam pada tahun 1526 M - pertunjukan wayang kulit mulai ...

Rumah Panggung di Kaki Bukit

2019

Paitana adalah salah satu desa yang terletak dalam wilayah teritorial Kabupaten Jeneponto dalam wilayah administrasi Kecamatan Turatea. Penyebutan kata Paitana sebagai sebuah desa menjadi ciri khas dari kabupaten ini, kabupaten dengan luas wilayah 11,1Km. Desa Paitana Kecamtan Turatea Kabupaten Jeneponto tediri dari ±4.389jiwa penduduk.Penduduk desa Paitana mayoritas suku bugis Makassar adapun bahasa yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari adalah bahasa Bugis Makassar dan bahasa indonesia.

Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa

Urban: Jurnal Seni Urban

Omah Jawa is an architectural that has a great tradition, with a design that adheres to the concept of cosmology and adapted to the human environment. This article is about the description and architectural analysis of the Javanese tradition house that called omah, as a human body representation, by knowing the meaning of important component in the concept, function and form of the building. This analysis study is using Roland Barthes semiotics models, which develop from De Saussure theory (signified and signifier). The result of this research is explain that the design of Javanese house (form and function), has relation with human body structure. Omah Jawa merupakan sebuah bangunan yang mempunyai nilai tradisi adiluhung, dengan desain yang mengacu pada konsep kosmologi dan disesuaikan dengan lingkungan hidup manusianya. Tulisan ini merupakan kajian yang mendeskripsikan serta menganalisis arsitektural dan desain layout rumah Jawa sebagai representasi tubuh manusia, dengan men- getah...

RUMAH ULU KOMERING ULU KOMERING TRADITIONAL HOUSE

The discussions of housing today had a tendency to follow western belief and way of life, and therefore tend to forget traditional values too, particularly on the urban people lived in the cities. Wooden traditional platform houses for example, were rarely found in the urban areas. Now we could only found traditional platform houses in the rural areas. And if only there were traditional platform houses in the urban areas, the traditional values within them were mostly vanished. Nowadays, good quality wooden material was hardly found and also expensive. But considering Indonesia geographical situation, building a platform houses actually was a great choice because these type of house could really survive world disasters. Ulu Komering House was one of many types of platform houses using wooden material in South Sumatera. Thus far, there were no literatures discussing Rumah Ulu Komering. Ulu Komering House was one of Indonesia's local genius, particularly in South Sumatera. The absence of source material for Ulu Komering house had challenged the writer to do this research. Ulu Komering House hardly had decorative ornaments that distinguished it from other traditional houses. It was as a result of traditional values of Komering people. Ulu Komering House was the people response to their mountainous and marshy surrounding with big rivers that accustomed them to earthquakes and flood for years. Yet people in South Sumatera now still were building Ulu Komering houses, although the amount is decreasing.

Kerajinan Wayang Kaca Dan “Saab Mote”

JURNAL WIDYA LAKSANA, 2017

Desa Nagasepaha merupakan pusat berbagai kerajinan seperti kerajinan perak, kayu, seruling, tenun, “saab mote”, dan lukisan kaca. Dari sejumlah kerajinan tersebut, kerajinan “saab mote” dan lukisan kaca merupakan “ciri khas yang unik” dan sekaligus kerajinan andalan Desa Nagasepaha. Produk kerajinan lukisan wayang kaca banyak diminati para seniman karena keunikan lukisan wayang Nagasepaha ini. Keunikannya yang terletak pada unsur kepribadian Buleleng gaya dekoratif dan naturalistiknya. Lukisan wayang kaca tidak saja diminati oleh para seniman, tetapi juga diminati oleh para kolektor seni baik dari dalam Negeri maupun dari manca negara. Untuk kerajinan “saab mote” banyak dipesan untuk hiasan dinding dan cindra mata. Masalah utama dalam bidang produksi dan managemen. Untuk bidang produksi wayang kaca dan “saab mote” adalah berkaitan dengan fasilitas penunjang produksi yang mencakup meja standar, aneka warna, alat pemotong kaca, dan aneka kuas, dan variasi desain. Untuk kerajian saab m...

Wayang Bèbèr Damarwulan

Wayang Nusantara: Journal of Puppetry, 2019

This “Wayang Bèbèr Damarwulan” work is an interpretation of wayang bèbèr based on the creator’s experience in studying arts. This work is a wayang Bèbèr artwork using traditional picture language (two dimension theory) and shape transformation theory. Both of these theories are used to combine the art of “kethoprak” with the story of Damarwulan into Wayang Bèbèr which then performed as a new version of wayang Bèbèr. By combining kethoprak into wayang Bèbèr, it is expected to be a new attractive and interesting wayang Bèbèr performance for the society. Karya Wayang Bèbèr Damarwulan adalah suatu bentuk interpretasi baru dari wayang bèbèr. Interpretasi baru ini lahir dari pengalaman yang diperoleh perancang selama menekuni dunia seni, baik seni lukis maupun seni pedalangan. Karya Wayang Bèbèr Damarwulan ini merupakan penggarapan wayang bèbèr berdasarkan teori bahasa rupa tradisional/RWD (teori ruang waktu datar) dan teori alih wahana. Kedua teori tersebut digunakan sebagai kerangka ber...