Komponen Indikator Hasil Belajar (original) (raw)
Related papers
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Namun demikian, kita akan sulit melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, karena perubahan tingkah laku berhubungan dengan perubahan sistem saraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba. Oleh sebab itu, terjadinya proses perubahan tingkah laku merupakan suatu misteri atau para ahli psikologi menamakannya sebagai kotak hitam. Walaupun kita tidak dapat melihat proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri setiap orang, akan tetapi sebenarnya kita dapat menentukan apakah seseorang telah belajar apa belum, yaitu dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Misalnya, sebelum seseorang mengalami proses belajar, ia tidak tahu tentang konsep "X", tetapi setelah ia mengalami proses pembelajaran, ia jadi paham tentang konsep "X", dengan demikian dapat dikatakan seseorang itu telah belajar. Sebaliknya, manakala sebelum mengalami proses pembelajaran ia tidak tahu tentang "X", dan setelah ia mengalami proses pembelajaran masih tetap tidak tahu tentang "X", maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya ia tidak belajar atau proses pembelajarannya dianggap gagal. Nah, dengan demikian efektivitas pembelajaran atau belajar dan tidaknya seseorang tidak dapat dilihat dari aktivitasnya selama terjadinya proses belajar, akan tetapi hanya dapat dilihat dari adanya perubahan dari sebelum dan sesudah terjadi proses pembelajaran.
Asam jawa, Tamarindus indica L., adalah suatu tanaman tropis yang serbaguna terutama buahnya, yang dapat diolah untuk makanan, digunakan untuk bumbu atau rempah-rempah, dan diproses untuk penggunaan lain. Asam jawa merupakan tanaman dicotyledonous family Leguminosae. (Lewis et al., 2005).
Modul Komponen-Kompenen Pembelajaran
E-learning terdiri dari dua kata atau bagian, yaitu āeā yang merupakan singkatan dari electronic dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Karena itu, maka e-learning sering disebut pula dengan online course (Dewi Salma, 2007: 197).
Faktor-faktor determinan hasil belajar siswa
Pusat Penelitian Kebijakan eBooks, 2020
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit DAFTAR GAMBAR
21 04 B1 Kriteria dan Indikator Keberhasilan Pembelajaran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi menjelaskan persyaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi menjelaskan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya.
MODEL PENILAIAN HASIL BELAJAR DAN KARAKTER
Naturalistic, 2018
The purpose of this article is to provide an overview of student learning and character assessment. The assessment of student learning has been focus more on mastery of material, but less attention to aspects of character. Whereas in education has two dimensions of purpose, namely to be smart and good morals. Intelligence has related to cognitive, while character has related to affective. Through this study, has expected to obtain a model of assessment that involves cognitive and affective aspects in an integrated manner. The method of study has done in compiling the article through literature study, i.e. studying the theory or opinion relating to student learning assessment. Based on this study, it concluded that: (1) Assessment of learning and character carried out independently. (2) Teachers face constraints assessing the character of students. (3) There are a number of interventions to the teacher's assessment; (4) Collaborative assessment of learning and character makes it easier for teachers and schools to make responsible decisions. (5) Assessment of learning has a positive implication on the formation of student character or otherwise. Abstrak Tujuan artikel ini adalah untuk memberikan gambaran komprehensif tentang penilaian hasil belajar dan penilaian karakter siswa. Penilaian hasil belajar siswa selama ini lebih terfokus pada penguasaan materi, tetapi kurang memperhatikan aspek karakter. Padahal dalam pendidikan memiliki dua dimensi tujuan, yaitu untuk menjadi cerdas dan berakhlah baik. Cerdas berkaitan dengan kognitif, sedangkan karakter berkaitan dengan afektif. Melalui kajian ini diharapkan diperoleh model penilaian yang melibatkan aspek kognitif dan afektif secara terpadu. Metode studi yang dilakukan dalam menyusun artikel melalui studi pustaka, yaitu mempelajari teori atau pendapat yang berhubungan dengan penilaian hasil belajar siswa. Berdasarkan kajian ini diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) penilaian pembelajaran materi dan karakter dilakukan secara sendiri-sendiri; (2) guru mengalami kendala dalam menilai karakter siswa; (3) terdapat sejumlah intervensi terhadap guru dalam melakukan penilaian; (4) kolaborasi penilaian hasil belajar dan karakter sangat memudahkan guru, sekolah membuat keputusan yang bisa dipertanggungjawabkan; (5) penilaian hasil belajar memiliki implikasi yang positif terhadap pembentukan karakter siswa secara timbal balik. Kata kunci: guru; karakter; penilaian; siswa. A. PENDAHULUAN khir-akhir ini banyak dirasakan bahwa penilaian hasil belajar siswa tidak memberikan gambaran yang sebenarnya. Meskipun tidak seluruhnya, terdapat di beberapa sekolah yang meng-upgrade nilai untuk kepentingan tertentu. Di level SMA atau sederajat untuk kepentingan kelulusan 100% dan atau seleksi masuk perguruan tinggi. Di level SMP atau sederajat untuk kepentingan memudahkan masuk dalam pendaftaran siswa baru ke SMA atau sederajat. Demikian juga pada tingkat sekolah dasar untuk kepentingkan masuk SMP atau yang sederajat. Adanya permintaan meng-upgrade bisa dilakukan oleh orang tua atau pihak sekolah. Hal inilah yang sering menjadi peran guru dalam melakukan penilaian yang seharusnya obyektif, terintervensi oleh pihak lain, sehingga guru A