PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN OPEN-ENDED DALAM MATERI FUNGSI TRIGONOMETRI BAGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 BANDA ACEH (original) (raw)
The aim of this research is producing learning instrument based on the model of learning cycle 7E in trigonometry which are valid, practical and effective. This research refers to the developmental model of Plomp which consists of three phases that are pleminary research, prototyping phase, and assessment phase. The quality of learning instrument based on the test of validity, practicality and effectiveness. Based on data analysis, the results are: the score validity of lesson plan and the students worksheet are 3,54 and 3,44 respectively, the score practicality of lesson plan and the students worksheet are 3,53 and 3,21 respectively, the students' ability of mathematical connections on aspects of the connection between concepts or procedures in the same material increase from 66 to 81 with high category, the students' ability of mathematical connections on aspects of the connection between concepts or procedures in matter different mathematics increase from 49,5 to 77,9 with the high category, and the student's ability of mathematical connections in aspects of the connection between concepts or procedures in the context of daily life increase from 55,8 to 77,4 with the high category. The students' ability of mathematical connections in classical increased from 57,1 to 78,8 with the high category. Thus, the instrument learning based on the models of learning cycle7E in trigonometry subject for high school students of grade 10 otherwise valid, practical and effective. Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan perangkat pembelajaran materi trigonometri berbasis model learning cycle 7E yang valid, praktis dan efektif. Model pengembangan mengacu pada model Plomp yang terdiri atas tiga tahap yaitu, pleminary research, prototyping phase dan assessment phase. Kualitas perangkat pembelajaran didasarkan pada uji kevalidan, kepraktisan dan kefektifan. Berdasarkan analisis data, diperoleh hasil yaitu: (1) skor kevalidan RPP adalah 3,54, skor kevalidan LKS adalah 3,44, skor kevalidan instrumen penelitian adalah 3,66, (2) skor kepraktisan RPP 3,53 dan skor kepraktisan LKS 3,21, (3) kemampuan koneksi matematis siswa pada aspek koneksi antar konsep atau prosedur dalam materi yang sama mengalami peningkatan dari 66 menjadi 81 dengan kategori tinggi, kemampuan koneksi matematis siswa pada aspek koneksi antar konsep atau prosedur dalam materi matematika yang berbeda mengalami peningkatan dari 49,5 menjadi 77,9 dengan kategori tinggi, dan kemampuan koneksi matematis siswa pada aspek koneksi antar konsep atau prosedur dalam konteks kehidupan sehari mengalami peningkatan dari 55,8 menjadi 77,4 dengan kategori tinggi. Kemampuan koneksi matematis siswa secara klasikal meningkat dari 57,1 nilai 78,8 dengan kategori tinggi. Dengan demikian, perangkat pembelajaran berbasis model learning cycle 7E pada materi trigonometri untuk siswa SMA kelas X dinyatakan valid, praktis dan efektif. Kata kunci: perangkat pembelajaran, learning cycle 7E, trigonometri, koneksi matematis Dalam sepuluh tahun terakhir, terlihat perubahan kurikulum 2006 ke kurikulum 2013, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah melakukan berbagai perubahan substansial pada dunia pendidikan di Indonesia pada jenjang pendidikan dasar sampai menengah. Perubahan ini mencakup pola pikir sampai dengan perubahan perilaku guru dan siswa di dalam pembelajaran, beserta aturan dan dokumen terkait. Meskipun pada awal perubahan kurikulum 2013 menuai pro dan kontra, Mendikbud kala itu Muhamad Nuh menegaskan bahwa perbedaan pokok antara KTSP pada Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013 berkaitan dengan perencanaan pembelajaran. Dalam KTSP, perencanaan pembelajaran merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS X PADA MATERI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI.pdf
Koneksi matematis penting untuk dikembangkan pada proses pembelajaran matematika. Memiliki kemampuan koneksi matematis yang baik akan berimplikasi terhadap pemahaman matematika yaitu pemahamannya semakin dalam dan bertahan lama karena dapat melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan topik lain dalam matematika, dan dengan kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan siswa dalam membuat koneksi matematis pada materi perbandingan trigonometri. Dari hasil pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran di kelas dan wawancara peneliti terhadap guru mata pelajaran matematika diperoleh kesimpulan yaitu siswa masih kesulitan mengaitkan pengetahuan yang sudah pernah dipelajari sebelumnya ke dalam materi trigonometri yang dipelajari berikutnya. Siswa juga kebingungan dalam memilih konsep yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal. Siswa juga kesulitan dalam mengubah masalah kontekstual matematika ke dalam model matematis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan koneksi matematis siswa pada materi perbandingan trigonometri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes terkait materi perbandingan trigonometri berbentuk essay. Berdasarkan hasil analisis tes diperoleh bahwa koneksi matematis siswa dalam satu topik yang sama berada pada kategori cukup (60%), koneksi matematis antara satu topik dengan topik yang lain berada pada kategori sangat rendah (35%) dan koneksi matematis dalam kontek kehidupan sehari-hari berada pada kategori sangat rendah (48,34%).