Ruang dan Identitas Sosial: Reproduksi Identitas Kelas Menengah Muslim di Pesantren Ar Risalah Padang (original) (raw)
Related papers
Kesalehan Sosial Sebagai RItual Kelas Menengah Muslim
The emergence of social piety is an interesting phenomenon among recent middle class Indonesian muslim. The aims and scope of social piety which established is to redefine spirituality. Process of reconstucting social piety can be traced from the intersection from both material and spiritual aspect. Spiritual is a holy effort to pray God and material can be analyzed as a complementer factor in spirtual effort. To become pious man is the main thing however the most intention are both recognition and representation from others. This article will elaborate more deeply about the meaning of social piety in recent middle class Indonesian muslim. Abstrak Abstrak Abstrak Abstrak Abstrak Kemunculan kesalehan sosial merupakan fenomena menarik di kalangan kelas menengah muslim Indonesia kontemporer. Adanya upaya mendefinisikan secara ulang makna spiritual menjadi tiitk tekan munculnya kesalehan sosial tersebut. Proses terbentuknya kesalehan sosial dapat di-lacak dari interseksi antara aspek material dan aspek spiritual dalam beribadah. Spiritual dipahami sebagai usaha untuk mendekatkan diri kepada Sang Khalik, sementara material dapat dipandang sebagai alat penujang spiritual tersebut. Menjadi orang saleh memang menjadi tujuan utama kesalehan sosial ini, namun yang lebih penting lagi adalah pengakuan dan afirmasi dari masyarakat terhadap kesalehan sosial yang dkonstruksikan tersebut. Tulisan ini akan mengelaborasi lebih lanjut mengenai makna kesalehan sosial dalm konteks kelas menengah kekinian. Perbincangan mengenai kesalehan sosial sedang marak terjadi di kalangan kelas menengah muslim Indonesia. Secara sederhana, pengertian kesalehan sosial dimaknai sebagai ekspresi dan praktik perilaku orang-orang Islam yang peduli
Identitas Poskolonialisme Pesantren Modern
Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan, 2019
Abstract: In post - colonial , “ modern ” is interpreted as novelty, newedly technology, and it carries argument of perfection by colonists who came to the inlanders ’ land it requires that the colonists to be change d , it also preaches that the west is the most perfect and represents a brightness of the future. Pesantren “ modern ” has brought a new identical that is puritanism and leave the moderat e vision brought by pesantren salaf. However, there is a pesantren uses “ modern ” still preserves the old traditions of pesantren. Is a Al-Islam modern boarding school (pesantren) in the Nganjuk district, which shows that modern pesantren ha s a hybrid culture in the form of pesantren tradition that is maintained until today. Using the mimicry framework of Homi Bhab h a this study brings the result to Modernization is not fully change pesantren-style in modern pesantren Al-Islam Nganjuk by ‘mimicry’ western modernization but not leaving the old tradition of salaf pesantren. ملخص : في ...
Syifa al-Qulub, 2020
On the one hand, in the environment of the Pesantren salaf community, a kind of environment and tradition is formed which shows its unique, even unique characteristics, which are only understood by the community. Gus Dur, in this case, stated that the Pesantren salaf community is a community that has its own subcultural in the middle of society with the complexity of the problems in it. But on the other hand, there is a very rapid development of science and technology, so it demands pesantren salaf to make changes to adjust to the times, both in terms of the education system, the boarding school environment, institutions, leadership patterns, and others. Therefore, the study contained in the title "Pesantren Salaf: Social Change and Sublimation of Identity (Pesantren Model in West Java)", is very important to be carried out.The purpose of this study is none other than to find the concept of changes that occur in Pesantren salaf in West Java. For more details, they are: 1) ...
Identitas Sosial Pelajar Muhammadiyah dan Nadlatul Ulama
Acta Psychologia
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identitas sosial pada ORMAS Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan eksploratif. Terdapat empat informan yang telah diwawancari secara mendalam. Analisis dari penelitian ini menggunakan model analisis interaktif dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian dari keempat informan memiliki tujuh poin, yaitu : 1) memiliki kesamaan terkait persepsi terhadap organisasi lain, 2) adanya pandangan positif dan negatif oranglain terhadap organisasi mereka, 3) terdapat kerjasama antar pengurus yang saling melengkapi dan membantu, 4) adanya rasa bangga terhadap identitas sosial mereka, 5) adanya tiga hal yang menjadi daya tarik bagi anggota, yaitu kerabat keluarga, kegiatan organisasi, dan cara berbicara pengurus di organisasi yang tegas, sopan dan santun, 6) mereka belum sepenuhnya mematuhi peraturan dan menerapkan nilai-nilai organisasi, serta 7) ditemukan kesamaan dari lingkungan sekolah, tempat ti...
Pesantren dan Gairah Keislaman Kelas Menengah di Sumatera Barat
FOKUS Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, 2019
West Sumatra society today has a high interest in getting children into pesantren, it can be seen from the interest that increased every year. In terms of cost, education funds in pesantren are quite expensive. Admission fee into pesantren currently ranges from eight to fifteen million rupiahs, while monthly for one child ranges from seven hundred thousand to one million three hundred rupiahs per month. This differs greatly from public schools that are free of charge. The assumption is that this is a positive symptom where parents have a good Islamic passion and give sufficient attention to increase their children's religious understanding. This paper will explain about the phenomenon of education is quite expensive but able to attract the interest and attention of the community and reveal what factors are driving parents to enter children into Islamic boarding schools. The method used is qualitative. The fact that the assumption is not entirely true, because many factors that e...
Pesantren Sebagai Pusat Spritualisme Islam: Pesantren Dan Tarekat
Martin Van Bruinesesn pada tahun 2001 dalam salah satu artikelnya menyatakatan bahwa sampai dua, tiga dasawarsa yang lalu, sebagian besar pengamat masyarakat muslim meramalkan bahwa tarekat dan ritual yang lazim dikaitkan dengan tarekat seperti dzikir, ratib, ziarah kubur, khaul, baiat, hormat dan taat kepada syekh akan sedikit demi sedikit punah dalam masyarakat modern. Ritual-ritual tersebut sering dikaitkan dengan kehidupan desa atau lingkungan kota yang paling tradisional, sedangkan lingkungan kota modern dianggap cenderung ke paham Islam modernis atau pemurnian. Pada masa kini, masyarakat sedang mengalami proses modernasi dan urbanisasi, yaitu perkembangan kota-kota besar dan perpindahan dari daerah pedesaan ke kota. Oleh karena itu masuk akal kalau kehidupan agama juga berubah sesuai dengan perubahan ekonomi dan social, yaitu perubahan dari islam tradisional yang sarat pengaruh tasawuf kepada Islam pemurnian, atau sekularisasi dan radikal 1 . Kini Sembilan belas tahun sudah pendapat tersebut diungkapkan, akan tetapi menurut hemat penulis justru perkembangan tarekat menunjukan signifikasinya, terlebih lagi ketika Habib Lutfi mengadakan beberapa kali muktamar tarekat tingkat dunia. Justru tarekat malah lebih berkembang dari masyarakat pedesaan merambah ke masyarakat perkotaan. Kenapa hal demikian bisa terjadi..? karena tarekat yang merupakan sumber spritualisme Islam masih terjaga baik melalui pesantren. Selama masih ada pesantren ritual tarekat akan tetap terjaga, dan pesantren akan selalu menjadi pusat spiritualisme Islam.
Pendidikan madrasah VS Identitas sosial
PENDIDIKAN MADRASAH sering menjadi second choice oleh hampir semua orang, walau faktanya pendidikan di madrasah sesungguhnya bisa berkompetisi dengan pendidikan umum lainnya.
Al-Mutharahah: Jurnal Penelitian dan Kajian Sosial Keagamaan
Penelitian ini bertujaun untuk menganalisis implementasi nilai- nilai moderasi beragama pada santri sebagai upaya menangkal faham radikalisme di Pondok Pesantren Tahfidzul wa Ta’limul Qur’an Masjid Agung Surakarta. Melalui analisis hasil wawancara dan observasi, peneliti dapat mengungkapkan bahwa: pertama nilai-nilai moderasi beragama yang diimplementasikan dalam kegiatan di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran santri adalah pembentukan sikap: tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (tidak mudah goyah), tasamuh (toleransi), musyawarah, ishlah (reformasi), muwathanah (cinta tanah air), al’la urf (anti kekerasan), dan i’tiraf bil urf (ramah budaya). Kedua, strategi yang dilakukan Pondok Pesantren tersebut adalah strategi konvensional (pengajaran secara langsung yang berisikan nasihat-nasihat dari kyai/ustadz), strategi reflektif (penumbuhan kesadaran melalui evaluasi diri dan diskusi), dan strategi trans-internalisasi (komunikasi dua arah atau berdiskusi melalui pengajajaran dan...
Kelas Menengah Muslim Baru dan Kontestasi Wacana Pluralisme di Media Sosial
Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2017
Artikel ini mengelaborasi narasi tentang tumbuhnya kelas menengah Muslim baru pada masa Reformasi dan sikap mereka terhadap wacana pluralisme di media sosial. Kemunculan kelas menengah Muslim baru merupakan dampak dari stabilnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia sejak 2001-2010 dalam bidang fesyen, kosmetik, perbankan, biro travel, budaya populer, wisata religi. Pada saat bersamaan muncul pemahaman akan adanya program liberalisasi pemikiran Islam di Indonesia khusunya pasca peristiwa 9/11 di Amerika Serikat. Program tersebut dijalankan dalam bentuk pewacanaan mengenai pluralisme agama, sekulerisme, kesetaraan gender. Dalam konteks ini, media sosial menjadi sarana persebaran gagasan oleh kelas menengah Muslim tentang bahaya sekulerisme, pluralisme, dan liberalisme (ideologi Barat). Di sisi lain mereka juga melakukan komodifikasi Islam dengan memperdagangkan fesyen, makanan, penerbitan dengan dalih untuk menyelamatkan generasi Muslim dari pengaruh ideologi Barat itu.
Pesan Instan Muslimah Kelas Menengah Baru: Studi Identitas Islam di Group Whatsapp “Islam”
MAARIF
Di Era posmodern, masyarakat memproduksi ribuan pesan dalam jumlah yang sangat besar. Peningkatan tersebut terjadi akibat keberadaan internet yang jangkauannya hingga ke berbagai wilayah. Tulisan ini melakukan observasi mengenai wacana di tiga grup WhatsApp jamaah pengajian yaitu Pengajian Medina, Pengajian Safina, dan Pengajian al-Hijrah yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok perempuan kelas menengah Muslim di kota Yogyakarta. Rata-rata anggota jamaah pengajian ini merupakan representasi dari perempuan kelas menengah Muslim yang kuat secara ekonomi dan kalangan terpelajar. Tulisan ini mengelaborasi pandangan mereka dan praktik mereka sebagai Muslim kota di media WhatssApp. Selain itu juga berusaha memahami konstelasi pandangan perempuan kelas menengah Muslim kota kaitannya dengan serangkaian demonstrasi yang menggunakan identitas Islam, seperti Aksi Bela Islam 411, dan 212.