Tinggalan Arkeologi Kalumpang untuk Edukasi dan Peluang Pengembangan Seni Kriya (original) (raw)
Related papers
Pemetaan Potensi Tinggalan Arkeologi Masa Klasik DI Kabupaten Sarolangun
Jurnal Pendidikan Sejarah Indonesia
Penelitian ini membahas potensi tinggalan Arkeologi dari masa klasik (Hindu-Buddha) di wilayah Kabupaten Sarolangun. Pada tahun sebelumnya telah dilakukan penelitian serupa dengan cakupan Kecamatan Sarolangun dan hasilnya mengindikasikan adanya tinggalan Arkeologi klasik yang padat. Penelitian ini menggunakan metode predictive modeling yang dilaksanakan dengan Langkah awal penentuan titik-titik yang menurut toponim berkaitan dengan istilah klasik. Penelitian ini dilandasi oleh fenomena keberadaan kota-kota dan pemukiman di sepanjang aliran DAS Batanghari. Kabupaten Sarolangun dipilih karena sangat potensial menjadi tempat pendirian situs-situs masa klasik, terlebih lagi apabila dihubungkan dengan wilayah Kecamatan Sarolangun yang memiliki sensitivitas temuan masa klasik yang tinggi, indikasi toponim, dan keberadaan situs-situs serupa di wilayah sekitar, wilayah Kabupaten Sarolangun sangat penting untuk diteliti. Hasilnya menunjukkan adanya sebaran wilayah dengan sesitivitas tinggala...
Potensi Tinggalan Arkeologi Maritim di Aceh
Keberadaan airlah yang menyebabkan munculnya aktifitas kemaritiman. Dominasi air yang begitu besar menjadikan hampir 70 % permukaan bumi berupa lautan yang menjadi pemisah antar daratan. Untuk menaklukan lautan, manusia dengan akalnya menghasilkan budaya maritim yang merupakan refleksi kehidupan dalam mengarungi lautan. Salah satunya adalah perahu dan kapal yang berfungsi sebagai sarana transportasi untuk menjelajahi lautan sehingga memungkinkan manusia untuk berpindah dari satu daratan ke daratan lainnya di muka bumi ini. Dengan kapal pula manusia, mengadakan perjalanan jauh membawa komoditi perdagangan untuk mereka jual di daratan lain atau pulau lain.
Potensi dan Permasalahan Tinggalan Arkeologi Masa Kolonial di Depok
Kapata Arkeologi, 2016
Depok is a small city at the outskirt of Jakarta with a very rapid development of infrastructures in the last 36 years. Depok is also a place where first Christian community developed outside of Dutch cities in Indonesia. There are some archaeological remains in Depok; this article explores the archaeological prospects as well as some other potencies of archaeological remains in Depok. This article also investigates problems that threat the existence of archaeological remains in Depok. This article aims is to recognize alternatives in order to preserve Colonial buildings in Depok. The result shows that archaeological potency can be identified in different segments consists of social, political, and cultural potencies in Depok.. Problems faced by archaeological remains in Depok are the lack of socialization of Cultural Heritage Enacment no. 11, 2010, status vaguesess, ownership, and the poor coordination between parties involved. The most important way to solve the problems above...
Lamuri adalah penamaan terkait areal kuno bekas pemakaman dan pemukiman masyarakat Kesultanan Lamuri di masa lampau. Ciri khas areal ini, berisi arsitektur nisan yang berbeda dengan tipologi nisan yang berkembang di Nusantara pada umumnya. Kerajaan ini dipercaya sebagai salah satu kerajaan awal di Nusantara yang eksis jauh sebelum kesultanan-kesultanan Islam lokal di nusantara terbentuk dan mengembangkan peran, pengaruh dan integrasinya dengan kebudayaan tempatan. Di lain sisi, Kesultanan Lamuri menjadi saksi kontak dagang (jalur rempah) hingga level relasi kenegaraan antara kerajaan-kerajaan yang ada, Asia Selatan, Asia Timur, Asia tengah, Asia Tenggara dan daratan Asia Tenggara. Juga, kerajaan ini menjadi saksi akan kehadiran, tumbuh dan berkembangnya ajaran Hinduisme, Budhisme, Kristen dan Islam di Nusantara pada masa abad pertengahan. Karena itu, mengingat kekayaan historis dan arkeologis, kawasan bekas Kesultanan Lamuri yang salah satunya berada di Gampong Lamuri, Aceh Besar, Provinsi Aceh, perlu mendapatkan sentuhan pengembangan, sebagai pusat laboratorium arkeologi-sejarah periode Hinduisme, Budhisme, Kristen dan Islam yang berkembang pada abad VII-XVI Masehi.
2011
Buku ini dibagi menjadi VII bab, pada bab I disampaikan pokok persoalan yang yang terkait dengan keberadaan seni kriya dan kerajinan termasuk makna seni kriya dan kerajinan, proses kreatifitas dan komparasinya. Pada bab II, membahas tentang sisi ekonomi seni kriya dan kerajinan, serta seni kriya dalam ekonomi kreatif. Bab III, akibat gempa bumi 2006 di Yogyakarta, krisis global 2008, dan lesunya pemasaran membuat seni kerajinan mengalami stagnasi yang luar biasa, dan bagaimana cara keluarnya. Bab IV menyajikan profil kriyawan yang kreatif yang memberi dapak perubahan pada perkembangan seni kerajinan di Indonesia. Bab V pertumbuhan sentra industry seni kerajinan yang menjadi tujuan para pebinisnis seni kerajinan dunia. Bab VI, sebuah pola pembinaan lalu lintas kreatifitas yang penulis munculkan sebagai salah satu solusi dalam carut-marut penataan desain, termasuk pada hak dan kuwajiban kriyawan dan perajin. Dan bab VII Penutup
Pengelolaan Tinggalan Arkeologi di Provinsi Papua
Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat, 2009
The packaging of archaeological remains is the way to advantage archaeological remains as tourism object. There is a large amount of archaeological remains in Papua that very potential for tourism, so that the archaeological remains need to package in to an interesting offer such as leaflet, pamphlet and need to publish to mass media. So the public know how to attitude towards archaeological remains.
Arkeologi Untuk Semua: Bentuk Dan Prospek Pemanfaatnnya Di Papua
2012
Tulisan dalam setting Papua ini ingin memperlihatkan bahwa arkeologi dapat diharapkan ikut berperan menjembatani kebutuhan informasi masyarakat secara luas. Arkeologi memiliki dimensi luas: ideologis, akademis, dan praktis. Secara ideologis, arkeologi terkait dengan aspek kebutuhan dasar masyarakat, yakni identitas dan karakter. Dalam konteks Papua, ditemui banyak isu yang berkaitan dimensi arkeologi, seperti problem identitas budaya, hubungan historis kebangsaan, multikulturalisme, lemahnya muatan pendidikan karakter, rendahnya apresiasi stakeholder, komodifikasi, serta persoalan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya arkeologi. Keterpaduan kegiatan penelitian dengan kepentingan masyarakat dalam konteks wilayah Papua dianggap merupakan salah satu koridor dalam membuka wawasan mengelola isu-isu tersebut. Dalam konteks isu-isu tersebut akan digambarkan bentuk dan prospek program arkeologi terhadap enam kelompok kepentingan di Papua, yaitu: (1) masyarakat umum; (2) pelajar ...
Konsep Pengembangan Museum Balla Lompoa Sungguminasa DI Kabupaten Gowa: Media Publikasi Arkeologi
JURNAL WALENNAE
Museum Balla Lompoa Sungguminasa is one of the museum with archaeological resource that is interesting enough to be published to the public. This museum is very able to represent the greatness of the Gowa Kingdom in the past with collection of objects. However, there are still many problems of Museum Balla Lompoa Sungguminasa has, such as ehuman resources are not yet complete, the exhibition models that need to be updated, the information labels must be included, facilities and infrastructure of exhibitions, and also the concept of promotions and publications. Therefore, this study was conducted to determine the condition of Museum Balla Lompoa Sungguminasa, then itβs evaluated to choose the best development concept that can be used for this better museum. This research used survey and observation techniques, qualitatives descriptive method with an inductive approach.Museum Balla Lompoa Sungguminasa adalah salah satu museum dengan koleksi arkeologis yang cukup menarik untuk dipubl...
Das Ngrowo-Ngasinan: Pengaruh dan Manfaatnya Terhadap Tinggalan Arkeologi Di Trenggalek
PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, 2021
The Ngrowo-Ngasinan watershed is one of the Brantas watersheds covering an area of ββ1,188,800 hectares located in the Trenggalek Regency. The Ngrowo-Ngasinan watershed consists of forests, fields, irrigated rice fields, plantations, and settlements which are flooded every year. Flood conditions that occur have an influence on archaeological remains around the Ngrowo-Ngasinan watershed, namely Brongkah Temple, Semarum Site and Kamulan. Most of the archaeological remains are buried by alluvial deposits due to flooding and the overflow of the Ngrowo β Ngasinan River. The results of research conducted by Balar DIY in 2012-2015 through survey and excavation data collection methods indicate that the Semarun and Kamulan sites were abandoned because they were inundated and drowned due to the overflow (flood) of the Ngrowo and Ngasinan rivers. The purpose of this article is to determine the effect of the existence of the Ngrowo-Ngasinan watershed on the loss or damage of archaeological site...