Psychological Well Being Pria dan Wanita Ditinjau dari Status Pernikahan (original) (raw)
Related papers
Kebahagiaan Ditinjau Dari Status Pernikahan dan Kebermaknaan Hidup
Jurnal Psikologi
Kebahagiaan merupakan emosi positif yang diharapkan semua orang. Banyak riset terdahulu yang di dukung dengan anggapan umum bahwa kebahagiaan bisa diperoleh dari pernikahan. Selain pernikahan, kebahagiaan seseorang akan didapat dari hidup yang lebih bermakna. Fenomena yang kontradiktif didapat dari data survei BPS 2017 menunjukkan bahwa indeks kebahagiaan orang yang belum menikah lebih tinggi dibanding yang menikah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pernikahan dan kebermaknaan hidup mempengaruhi kebahagiaan. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa sejumlah 79 orang belum menikah dan 60 orang telah menikah.Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Oxford Happiness Inventory (OHI) untuk mengukur kebahagiaan, dan skala The Brief Personal Meaningful Profile (PMP-B) untuk mengukur kebermaknaan hidup. Hasil menunjukkan bahwa kebahagiaan tidak dipengaruhi status, namun lebih dominan dipengaruhi oleh kebermaknaan hidup.
Gambaran Psychologycal Well Being pada istri pertama dan kedua dalam satu keluarga poligami
2019
Penelitian ini mengenai sebuah fenomena tentang poligami. Dalam keluarga tersebut memiliki dua orang istri dengan perbedaan usia yang tidak terlalu jauh, istri pertama berusia 29 tahun sedangkan istri kedua berusia 26 tahun atau usia keduanya masih dalam tahap perkembangan dewasa. Keluarga tersebut termasuk ke dalam kategori ekonomi kelas menengah, dalam keluarga tersebut terdapat tiga orang anak, dua anak dari istri pertama dan seorang anak dari istri kedua. Ada proses yang mereka lalui sehingga bisa hidup rukun, diantaranya ialah penerimaan diri, proses penerimaan diri yang mereka lalui selama hampir dua tahun sehingga mereka bisa hidup bersama, dan menjalani sebuah keluarga yang sejahtera, atau dalam istilah psikologi dikenal dengan psychological well being. Penelitian ini bertujauan untuk mengetahui gambaran psychologycal well being pada istri pertama dan kedua dalam satu keluarga poligami, untuk mengetahui manakah dari kedua istri tersebut yang memiliki kualitas psychological w...
Perbandingaan Kebahagiaan Berdasarkan pada Perbedaan Gender dan Status Pernikahan
2020
Status pernikahan dan perbedaan gender sering dikaitkan dengan kebahagiaan. Penelitian psikologi diharapkan dapat menjadi jawaban atas perdebatan terkait kebahagiaan, perbedaan gender, dan status pernikahan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan gender dan status pernikahan seseorang dengan kebahagiaan. Sebuah pendekatan kuantitatif dengan metode survei dilakukan pada 201 sivitas akademika di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Hasil analisis korelasi menunjukan bahwa gender tidak menjadi variabel yang berhubungan dengan kebahagiaan. Jenis pekerjaan berkaitan secara signifikan dengan kebahagiaan seseorang ( r = 0,15; p < 0,05), status pernikahan secara positif berkorelasi dengan kebahagiaan ( r = 0,21; p < 0,01). Penelitian ini menemukan bahwa perbedaan gender secara statistik tidak signifikan memengaruhi kebahagiaan dengan F (1, 197) = 0,28; p = 0,60, tetapi status pernikahan memprediksi kebahagiaan dengan F (1, 197) = 8,45; p = 0,00, yang mana ...
Psychological Well Being Pada Remaja Putri Yang Menikah Karena Hamil
2019
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran psychological well being pada remaja putri yang menikah karena hamil. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu remaja putri yang berusia 14-21tahun. Dengan jumlah subjek dua yang telah dipilih yaitu dengan sampel homogen. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur dan observasi non partisipan dengan metode pencatatan anecdotal record. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis isi. Berdasarkan dari hasil penelitian Penerimaan diri, Penerimaan diri mereka dapat menyadari atas kesalahan yang telah diperbuat dari masa lalu yang telah terjadi & berhasil untuk dapat bangkit kembali dari keterpurukan yang selama ini dirasakan, dan dapat mengoptimalkan keberfungsian diri serta dapat memperbaiki nama baik. Hubungan positif dengan orang lain, subjek berusaha membuka diri dan terbuka tentang diri dengan orang lain ...
Kesejahteraan Psikologis Pada Wanita Dewasa Muda Yang Belum Menikah
2015
Bagi wanita yang belum menikah, kesejahteraan psikologis yang dimiliki menjadi kurang optimal karena pernikahan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Beranjak dari hal tersebut, peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kesejahteraan psikologis pada wanita dewasa muda yang belum menikah ditinjau dari enam aspek yaitu kemandirian, pengembangan diri, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, hubungan positif dengan orang lain, dan penerimaan diri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, dengan subyek wanita dewasa muda berusia 33-40 tahun. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi non partisipan. Hasil penelitian menunjukkan ketiga subyek yaitu SK, TZ, dan HN menunjukkan adanya kemandirian dan kemampuan pengembangan diri, namun pada dimensi penguasaan lingkungan belum ditunjukkan oleh ketiga subyek. Dimensi tujuan hidup dan hubungan positif dengan orang lain telah ditunjukkan oleh ketiga subyek, selanjutnya subyek SK belum menunjukkan adanya penerimaan diri, sedangkan subyek TZ dan HN telah menunjukkan adanya penerimaan diri.
Gambaran Kesejahteraan Psikologis Wanita Menikah dari Keluarga Bercerai
Jurnal Penelitian Psikologi, 2022
Marriage has an effect on the psychological well-being. This research aims to study the description of psychological well-being in women who have divorced family backgrounds. Using a qualitative method with a phenomenological approach, this study involved five subjects selected through a purposive sampling technique. Data collection techniques used interviews and observations while data analysis used thematic data analysis. The result showed that all subjects have a good psychological well-being. They have some values that can make them happy in their marriage. Although the subjects came from divorced families, they had a number of things to maintain, namely marital commitment, religiosity, husband and wife relations, marital welfare, self-acceptance, relationships with people, independence, environmental mastery, and life goals.
Jurnal Surya Muda
Menopause is a period of permanent cessation of the menstrual cycle, causing decreased production of the hormones estrogen, progesterone and testosterone. Some of the symptoms of menopause are hot flashes, night sweats, and vaginal atrophy resulting in vaginal dryness associated with changes in sex hormone levels resulting in decreased quality of life for menopausal women. The purpose of this study is to look at the relationship between marital status and husband's social support to the quality of life of menopausal women in Palangka Raya City. The instrument used to assess the quality of life of menopausal women is to use The Utian Quality of Life (UQOL) Scale. The research method used is a cross sectional study design. The results showed there was a relationship between marital status and the quality of life of menopausal women (p = 0,000), as well as husband's social support (p = 0,000). Therefore, it is very important that there is family support especially the husband i...
Penyesuain Pernikahan(Studi Fenomenologi Pada Pasangan Dengan Istri Bipolar)
2019
This study aims to know the description about couples who have a bipolar partner and the factors that influence it. This research used a qualitative study with the method of Phenomenology. The data collection was performed using observation and interview methods on three couples who have bipolar wives. The results of this study indicate that the marriage adjustment in the three couples is different. The first couple tends to have an understanding in household matters, but they have not shown optimal closeness and intimacy. The first couple also has not yet reached the marriage satisfaction. Apart from that, they are still often at odds. Conversely, the second and third couples tend to have agreement on household matters. The second and third couples closeness and intimacy is also good, they often spend time with a their partner. The second and third couples are satisfied with their marriage and have a commitment to maintain the integrity of the marriage. In addition, the second and third couples are also satisfied with the way each other showed their expression, both with verbal and deeds. The factors that influence marriage adjustment include motivation to marry to have children, attitudes toward marriage, when there is a problem then it is resolved properly. In addition, religious factors and the support of others, especially families and psychologists also influence the marriage. expression, both with verbal and deeds. The factors that influence marriage adjustment include motivation to marry to have children, attitudes toward marriage, when there is a problem then it is resolved properly. In addition, religious factors and the support of others, especially families and psychologists also influence the marriage.
Kesejahteraan Psikologi Istri Pertama Dalam Pernikahan Poligami
Jurnal Ilmiah Psyche
This study aims to know the welfare of the psychology of the first wife in polygamy marriage. What factors affect the psychological welfare of a first wife in polygamy, as well as what causes a wife in polygamy. This research uses qualitative research design as well as using and using a case study approach to be able to know the welfare of the psychology of the first wife in polygamy marriage. In this study, researchers used 7 people sources, 2 people as the subject of research, 4 people as informant know of each subject and 1 person as the informant of the perpetrator. The results of this study found that the cause of both subjects in polygamy were among men's riches, consideration of the nobility, and religious considerations. The subjects in this study also had different psychological welfare. The first subject has six-dimensional welfare psychology, while the second subject has only four of the six dimensions of psychological wellbeing. Every dimension that belongs to the su...
Memahami Koping Religius dan Kesejahteraan Psikologis pada Suami dan Istri
UG Jurnal, 2020
Kesejahteraan psikologis pada suami dan istri merupakan hal yang penting karena mampu menghasilkan pernikahan harmonis dan terhindar dari perceraian. Kasus perceraian mengalami peningkatan tiap tahunnya, hal ini mengindikasikan semakin banyaknya pernikahan yang kurang harmonis dan memiliki kesejahteraan psikologis yang buruk. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kontribusi koping religus terhadap kesejahteraan psikologis pada suami dan istri serta menguji perbedaan kesejahteraan psikologis antara suami dan istri. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melibatkan 342 partisipan (215 istri dan 127 suami), berusia 21 -70 tahun. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana dan independent sample test. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat kontribusi koping religius terhadap kesejahteraan psikologis pada istri dan suami, dengan besaran pengaruh 27%. Pada dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis, kecuali dimensi otonomi, mampu dipengaruhi oleh koping religius. Selain itu ditemukan bahwa kelompok partisipan istri dan suami memiliki kesejahteraan dalam kategori tinggi, maka diketahui bahwa tidak ada perbedaan kesejahteraan psikologis antara istri dan suami.