Gerakan literasi masyarakat basis media sosial (original) (raw)
Related papers
Gerakan literasi masyarakat Kabupaten Bandung
2017
This study aims to determine the movement and literacy activities of the community in the District of Bandung. The focus of this research is on how the activity of literacy done by the community through the activity in Taman Bacaan Masyarakat (TBM). The scope of this research is about the role of TBM managers, attention to the problems of community literacy, community response to literacy movement and how the role of related parties such as government, regional libraries and others in supporting the literacy movement developed in TBM. The method used is qualitative method with case study approach. Data were collected through observation and indepth interviews. The result of this research is to get the picture that TBM-TBM managed by informants is TBM-TBM active in growing movement of literacy. Various literacy activities are actively carried out in various forms such as reading activities, discussions, workshops, training, competitions, exhibitions and storytelling. TBM managers act...
Pengenalan Gerakan Literasi pada Masyarakat
Jurnal PkM Pengabdian kepada Masyarakat, 2019
Budaya Literasi harus terus dikembangkan mengingat bahwa melalui membaca maka kualitas pendidikan yang tinggi dapat tercipta. Dengan mengenalkan gerakan literasi pada masyarakat di RT 003 kampung Choblong Desa Cibereum Cisarua Bogor dan RT 002 Desa Sukamanah Mega Mendung Bogor Jawa Barat, maka masyarakat akan semakin Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu judul buku dan berjuta Koran diterbitkan setiap hari. Walaupun informasi bisa ditemukan dari media lain seperti televisi dan radio, namun peran membaca tak dapat digantikan sepenuhnya. Membaca tetap memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena tidak semua informasi bisa didapatkan dari media televisi dan radio. Keluarga merupakan pusat pembelajaran, oleh karenanya Gerakan Literasi harus dimulai pada tingkat yang paling kecil di masyarakat yaitu di dalam keluarga. Gerakan Literasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah namun keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi penopang bagi berhasilnya gerakan literasi.
Kegiatan Literasi Media Sosial di SMP
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia, 2019
Di era digital, makna literasi media semakin luas. Dari awalnya terkait persoalan melek huruf dan melek media, mulai bergeser pada bagaimana perilaku seseorang menggunakan media, serta apa saja konten yang diunggah dan dikonsumsi. Di Indonesia, pengguna aktif media sosial tergolong tinggi. Namun tingginya aktivitas di media sosial ini tidak sejalan dengan tingkat literasi media masyarakatnya. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara dilakukan dalam bentuk pembekalan literasi media sosial dengan sasaran siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kegiatan dilakukan di SMP Katolik Abdi Siswa II Jakarta Barat. Pembekalan dilakukan dengan memberikan pemahaman tentang penggunaan media sosial Instagram dan Youtube sebagai medium menyebarkan konten positif. Dari hasil observasi ditemukan bahwa setelah dilakukan pendampingan secara berkelompok, para siswa mampu membuat konten positif di Instagram. Dengan metode survei juga diketahui bahwa para siswa sebagian besar mampu menggunakan media sosial secara bijak mulai dari durasi penggunaan, konten yang diunggah, akun yang diikuti, hingga cara mencari pengikut. Namun, penggunaan media sosial ini masih perlu didampingi oleh orang dewasa dan aturan ketat di sekolah.
Gerakan literasi di Sekolah Dasar
2019
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran rintisan Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SD Al-Khodijah Merauke. Gambaran tersebut dibagi menjadi dua yakni potensi yang dikembangkan dan kendala dalam penerapan dalam implementasi program GLS. Melalui observasi terus terang dan interview kepada para pendidik di SD Al-Khodijah Merauke diperoleh data-data yang kemudian dianalisis melalui tahapan reduksi, display, dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan 3 potensi yang dapat dikembangkan; 1) Mading sebagai media literasi melatih semangat berkompetisi positif, 2) Pengembangan bahan bacaan siswa yang mengusung kearifan lokal dan pemanfaatan IT, dan 3) Membaca Al-Quran dan terjemahan setiap Jumat sebagai identitas karakter sekolah. Sedangkan kendala-kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian GLS adalah; 1) Faktor keamanan lingkungan sebagai alasan utama sulitnya penerapan Lingkungan Kaya Teks, 2) Pelibatan publik masih sangat minim
Pendampingan Gerakan Literasi Masyarakat Melalui Rumah Baca
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2021
Kemampuan membaca dan menulis anak-anak dan masyarakat di dusun Cumpleng tergolong rendah. Mereka lebih cenderung memilih untuk bermain dan nongkrong di balai desa hanya sekedar untuk bermain game online. Pengabdian ini menitik beratkan pada upaya pendampingan sebuah pembangunan rumah baca, yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Maka dari itu, pendampingan ini menggunakan tiga tahapan yakni perencanaan, pelaksanaan, dan hasil. Tahap perencanaan yakni melakukan sebuah observasi, menyusun jadwal, dan membuat Forum Group Discussion (FGD). Tahap pelaksanaan yakni merealisasikan aksi pembanguanna rumah baca tersebut dan setelah terrealisasikan rumah baca tersebut diadakan sebuah peresmian. Tahapan terakhir yaitu hasil, pada tahapan ini sejauh mana anak-anak dan masyarakat di dusun Cumpleng dapat memanfaat fasilitas yang telah ada. Dan hasilnya diperoleh bahwa anak-anak dapat memanfaatkan rumah baca tersebut dan dapat mengakses pengetahuan melalui fasilitas internet yang ad...
Transformasi Literasi Via Media Sosial
Kita tidak literer!" Begitulah premis atau simpulan dari banyak paper atau artikel tentang budaya literasi di masyarakat Indonesia. Sejumlah data yang dilansir beberapa lembaga penelitian atau media massa dianggap mendasari premis tersebut. Hasil penelitian Programme for International Student Assessment (PISA) sebagaimana dilansir oleh Republika.co.id, menyebut, budaya literasi masyarakat Indonesia pada 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Indonesia, menempati urutan ke 64 dari 65 negara tersebut. Tak kalah perih, data statistik UNESCO 2012 menyebutkan bahwa indeks minat baca di Indonesia hanya 0,001. Artinya, dari setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca. Angka UNDP juga mengejutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen saja. Sebagai bahan perbandingan angka melek huruf orang dewasa di negara Malaysia mencapai 86,4 persen. Data-data ini memperkuat keyakinan bahwa negara ini menghadapi persoalan rendahnya tingkat literasi. Menariknya, di saat yang bersamaan ada data yang menyebutkan bahwa orang Indonesia paling 'ceriwis' di media sosial. Country Business Head Twitter Indonesia, Roy Simangunsong sebagaimana dikutip oleh liputan6.com mengatakan, jumlah cuitan orang Indonesia selama Januari hingga Desember 2016 mencapai 4,1 miliar tweet. Data statistik ini mendudukkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah cuitan (tweet) terbanyak di dunia selama tahun 2016. Jumlah pengguna twitter di Indonesia bahkan mencapai 77 persen dari seluruh pengguna twitter di dunia.
Model Aktivitas Gerakan Literasi Berbasis Komunitas DI Sudut Baca Soreang
Jurnal Kajian Informasi dan Perpustakaan, 2016
One of the literacy movements that is currently developing is the proliferation of various communities Taman Bacaan Masyarakat (TBM) which was established by the community to provide access to information to the public in order to realize lifelong learning. Sudut Baca Soreang (SBS) as a TBM by relying on a variety of community is very active in making various activities literacy movements. This study aims to create a model of literacy movement activities undertaken by SBS with the end result was the model of a community -based literacy movement activities so that it can be one model for other TBM in making various activities literacy movements. The research method used in this study is a qualitative research using case study approach. The results showed that the shape of the literacy movement activities SBS driven by volunteers as well as spearhead in carrying out various activities that have been prepared weekly/monthly/yearly with one of the volunteers as person in charge. All act...
Kelompok Sasaran Kegiatan Literasi Digital
JURNAL ILMU KOMUNIKASI
Bila beberapa tahun yang lalu kegiatan-kegiatan media literasi hanya berfokus pada televisi, maka setidaknya satu dekade terakhir mulai beralih pada berbagai masalah yang timbul karena hadirnya internet. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari semakin pesatnya perkembangan teknologi digital yang membuat banyak hal menjadi lebih mudah diakses hanya dengan satu perangkat digital saja. Namun hal ini tidak diiringi oleh “kesadaran” para pengguna media tersebut sehingga muncul berbagai masalah. Berangkat dari kekhawatiran ini, maka kalangan akademisi khususnya ilmu komunikasi melakukan riset yang beragam yang kemudian menjadi data “besar” bagi Jaringan Peneliti Literasi Digital (JAPELIDI) untuk melakukan penelitian lanjutan. Penelitian bersama ini, menggunakan metode desk study dan teknik dokumentasi dilakukan dengan memanfaatkan data sekunder dan case study (melalui FGD atau wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan literasi digital di Indonesia. Dengan menggunakan teori-teori media l...
Mencari Model Gerakan Literasi Masyarakat 1
Sebagai upaya mencari model gerakan, literasi juga dipahami sebagai proses belajar sepanjang masa (life-long learning) dalam rangka menjadi Subjek, yaitu karakter manusia yang bijak, kritis, kreatif, dan peduli serta dapat bersimpati, berempati, dan berkompati (compathy) pada diri, sesama manusia, serta lingkungan hidupnya. Sebagai contoh gerakan literasi aktual ini adalah model-model ekoliterasi yang dikembangkan oleh beberapa taman baca dan banyak komunitas buku, juga model sekolah rimba dan beragam kelompok yang mamadukan kebudayaan, pengetahuan, keberpihakan terhadap lingkungan dan kearifan lokal. Praktik gerakan Literasi aktual juga semakin kompleks bila dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin cepat. Miliaran informasi dari berbagai belahan dunia dapat mudah diakses setiap hari. Padahal tidak semua informasi itu bermanfaat, banyak di antaranya yang tidak konstruktif atau bahkan berbahaya bagi pembangunan keadaban. Dalam konteks itu perlu dikembangkan literasi digital yang mengedepankan keutamaan-keutamaan hidup bersama. Hal ini mendesak semua orang untuk terlibat di dalam gerakan ini sehingga berbagai kreatifitas, taktik, gaya, model, pola di dalam mengembangkan aspek-aspek literasi dalam arti luas dapat bekerja lebih baik. Semoga bermanfaat dan selamat bergerak menggembirakan takdir literasi bangsa ini.