ANTARA SEJARAH SOSIAL DAN SEJARAH PENGUASA: Kritik terhadap Historiografi Pendidikan Islam di Indonesia (original) (raw)
Related papers
SUMBANGSIH PESANTREN DALAM HISTORIOGRAFI NUSANTARA SEBUAH KAJIAN PENDIDIKAN ISLAM
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia mempunyai makna dan peranan yang sangat urgen dalam rangka meningkatkan taraf hidup serta menjaga toleransi pada masyarakat yang beragam. Perjalanan pesantren sebagai lembaga yang berkonsentrasi pada bidang pendidikan membutuhkan perhatian bersama. Keberadaan Pesantren merupakan amanat bangsa, bahkan sebelum Indonesia merdeka, adapun pelaksanaannya disaat ini merupakan pelaksanaan tanggung jawab bersama sesuai dengan amanatdalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia IV dan pasal 31 Undang-Undang dasar 1945. Pembangunan tersebut di Indonesia dilaksanakan oleh berbagai lembaga pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan Islam yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Adapun Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang dibangun dan berkembang di Indonesia merupakan salah satu jenis pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional dan juga modern untuk mendalami ilmu agama Islam, berkehidupan bermasyarakat dan berkehidupan berbangsa. Dalam sejarahnya, perkembangan pesantren di Indonesia, mempunyai latar belakang, corak, dan peranan yang berbeda, serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yagn dibingkai dalam pendidikan agama Islam. Dengan demikian, dalam kajian ini akan dibahas sejarah singkat pesantren, pendidikan Islam di Indonesia serta tentang pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki karakter kebangsaan yang khas. Kata kunci: Sejarah Pendidikan Islam, Pesantren, Islam Nusantara dan Karakter Bangsa Volume. 01 Nomor. 01 Januari -Juni 2017 62
HISTORIOGRAFI ISLAM INDONESIA: Perspektif Sejarawan Informal
Abstrak: Artikel ini membahas seputar perdebatan paradigma sejarawan informal di Indonesia dengan corak historiografi yang dihasilkannya. Pendekatan yang dilakukan menggunakan metode historis dengan mereview karya sejarah dalam bentuk tinjauan deskriptif–eksploratif terhadap sejarawan informal yang diwakili oleh Joesoef Sou'yb, HAMKA, dan Ali Hasjmy yang telah menghasilkan karya sejarah umat Islam Nusantara. Penulis menemukan bahwa secara teoritis terdapat tiga kategori sejarawan. Pertama, sejarawan akademik atau profesional yang berasal dari lembaga pendidikan sejarah, dibekali dengan metodologi dan teori-teori ilmiah. Kedua, sejarawan dari disiplin ilmu selain sejarah namun meminati bidang ilmu ini. Ketiga sejarawan dari masyarakat, yaitu sejarawan amatir, seseorang yang tidak bergelar sarjana tetapi lebih produktif menuliskan peristiwa sejarah dibandingkan sejarawan profesional yang karyanya kemudian dikenal dengan historiografi Islam awal di Indonesia. Abstract: Historiography of Indonesian Islam: An Informal Historian Perspective. This article discusses the debate of informal historian paradigm in
ISLAMISASI ILMU: GARIS PEMIKIRAN SEJARAH DAN FALSAFAH
AL-TAKAMUL AL-MA’RIFI, 2023
Kertas ini membuat tinjauan dasar tentang faham Islamisasi ilmu serta falsafah dan latar sejarahnya dan meninjau isu-isu pokok dalam perdebatan Islamisasi ilmu pengetahuan semasa. Ia melihat peranan beberapa tokoh dan institusi penting dalam menggerakkan idea Islamisasi ilmu sepanjang dekad 1970-80an dan pengaruhnya dalam mencorakkan visi intelektual dan kesedaran tauhid dalam praktik dan tradisi keilmuannya. Ini digerakkan di UIAM dan IIIT yang membawa gagasan pembaharuan pendidikan melalui proses pengislaman pengetahuan dan pengintegrasian ilmu dan nilai. Kajian ini bersifat kualitatif dari jenis penelitian kepustakaan. Bahan-bahan kajian diperoleh dari sumber-sumber primer dan sekunder berupa buku, tesis, artikel, majalah dan dianalisis secara deskriptif dan analitis. Dapatan kajian merumuskan bahawa isu-isu dasar tentang Islamisasi telah diungkapkan secara konsisten dengan perdebatan yang signifikan dan terkait dengan aspek metodologi dan prinsip umumnya.
Wacana Perkembangan Pendidikan Islam DI Indonesia: Pendekatan Historis Dan Sosiologis
2017
This paper tries to explain the developments of thought associated with Islamic Education in Indonesia and it’s dynamics that occurred before the period of independence, post-independence until today. What the writer describes here be presented with a historical-sociological approach, also explain the discourses that developed in it. In general, Islamic education in Indonesia before independence faced several phases, those can be exposed in three major processes. First, the process of transmission and internalization of Islamic values and Islamic Education. Second, the process of Islamic Education as a self-defense of colonialism. Third, the process of transition to the renewal of Islamic Education. Furthermore the phase of post-independence, Islamic Education in Indonesia is still in the phase of ideal model searching process in Islamic Education. The search for this ideal model will continue to response and answer the developments and the challenges of the modern world that requir...
MENGUNGKAP POLITIK KEKUASAAN DALAM MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA MELALUI KAJIAN HISTORIS
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam, 2016
Modernisasi merupakan gejala sosial yang tidak bisa dihindari oleh sistem sosial manapun, termasuk pendidikan. Pesantren sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia juga dituntut untuk melakukan modernisasi. Sebagian kalangan yang berpandangan modern menilai bahwa pesantren mengalami ketertinggalan dan tidak modern. Salah satu faktornya karena pesantren tidak menerapkan standarisasi baik secara kelembagaan maupun proses pembelajaran, termasuk kurikulum yang diterapkan. Namun demikian, temuan dalam tulisan ini menyatakan bahwa keharusan modernisasi pesantren dengan alasan untuk kemajuan pendidikan Islam ditengarai sarat dengan politik kekuasaan. Sementara pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Discourse Historical Approaches (pendekatan wacana sejarah) dan teori Poskolonial. Pendekatan ini menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana diproduksi dan mengungkap kekuasaan dimainkan dalam proses pewacanaan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Discourse Historical Approaches (pendekatan wacana sejarah) dan teori Poskolonial. Pendekatan ini menyertakan konteks sejarah bagaimana wacana diproduksi dan mengungkap kekuasan dimainkan dalam proses pewacanaan.
LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN INDONESIA
Kegiatan belajar ini menyajikan sejarah pendidikan Indonesia pada zaman Purba hingga zaman Pemerintahan Kolonial Belanda. Kajian sejarah pendidikan ini meliputi dua hal pokok, yaitu latar belakang sosial budayanya dan implikasinya terhadap pendidikan. Dengan demikian, melalui kegiatan belajar ini Anda akan dapat menjelaskan kondisi pendidikan di Indonesia pada zaman Purba, zaman kerajaan Hindu/Budha, zaman kerajaan Islam, zaman pengaruh Portugis dan Spanyol, dan pada zaman Pemerintahan Kolonial Belanda yang turut mewarnai perkembangan pendidikan di Indonesia pada zaman berikutnya hingga dewasa ini. 1. Zaman Purba. Latar Belakang Sosial Budaya. Setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan, kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat nenek moyang bangsa Indonesia pada zaman Purba disebut kebudayaan paleolitik. Adapun kebudayaan pada kurang lebih1500 tahun SM yang lalu disebut kebudayaan neolitik. Kebudayaan masyarakat pada zaman purba tergolong kebudayaan maritim. Kepercayaan yang dianut masyarakat antara lain animisme dan dinamisme. Masyarakat dipimpin oleh oleh ketua adat. Namun demikian ketua adat dan para empu (pandai besi dan dukun yang merupakan orang-orang pandai) tidak dipandang sebagai anggota masyarakat lapisan tinggi, kecuali ketika mereka melaksanakan peranannya dalam upacara adat atau upacara ritual, dll. Sebab itu, mereka tidak memiliki stratifikasi sosial yang tegas, tata masyarakatnya bersifat egaliter. Adapun karakteristik lainnya yakni bahwa mereka hidup bergotong-royong. Pendidikan. Tujuan pendidikan pada zaman ini adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela diri, hidup bermasyarakat, taat terhadap adapt dan terhadap nilai-nilai religi (kepercayaan) yang mereka yakini. Karena kebudayaan masyarakat masih bersahaja, pada zaman ini belum ada lembaga pendidikan formal (sekolah). Pendidikan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga dan dalam kehidupan keseharian masyarakat yang alamiah. Kurikulum pendidikannya meliputi pengetahuan, sikap dan nilai mengenai kepercayaan melalui upacara-upacara keagamaan dalam rangka menyembah nenek moyang, pendidikan keterampilan mencari nafkah (khususnya bagi anak laki-laki) dan pendidikan hidup bermasyarakat serta bergotong royong melalui kehidupan riil dalam masyarakatnya. Pendidiknya terutama adalah para orangtua (ayah dan ibu), dan secara tidak langsung adalah para orang dewasa di dalam masyarakatnya. Sekalipun ada yang belajar kepada empu, apakah kepada pandai besi atau kepada dukun jumlahnya sangat terbatas, utamanya adalah anak-anak mereka sendiri.