Manifestasi Okular Coronavirus Disease 2019 (COVID-19): Klinis dan pencegahan (original) (raw)

Manifestasi Okular Pada COVID-19

Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan

Pada awal tahun 2020 dunia dibuat gempar oleh wabah pneumonia dari Wuhan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV2) atau disebut COVID-19, dan dengan cepat menjadi pandemik di seluruh dunia. COVID-19 ditransmisikan melalui membran mukosa dan menginvasi sel penjamu melalui sel reseptor Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE-2) yang juga terdapat di konjungtiva, kornea dan cairan akuos. Meski manifestasi okular bukan merupakan gejala utama dari COVID-19 namun World Health Organization (WHO) melaporkan pasien COVID-19 dengan kongesti konjungtiva. Beberapa jurnal juga melaporkan manifestasi okular, seperti konjungtivitis pada pasien COVID-19 dengan atau tanpa nilai positif pada pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) spesimen mata.

Manifestasi Okular pada Preeklampsia

Cermin Dunia Kedokteran

Preeklampsia merupakan sindrom yang dapat mengganggu fungsi berbagai sistem meliputi kardiovaskular, hepatorenal, hematologis, dan neurologis. Hampir separuh pasien preeklampsia-eklampsia mengalami gejala okular, yang memerlukan pemeriksaan oftalmologi lebih lanjut. Manifestasi okular cenderung ditemukan pada derajat preeklampsia yang lebih berat. Penglihatan kabur (blurred vision) merupakan gejala okular yang paling sering dilaporkan. Studi literatur ini membahas patofisiologi, implikasi klinis, dan penanganan yang tepat atas manifestasi okular terkait preeklampsia-eklampsia. Preeclampsia is a multisystem syndrome that affects cardiovascular, hepatorenal, hematologic, and neurologic systems. More than half preeclampsia-eclampsia patients’ experienced visual symptoms that may need further ophthalmologic examination. The ocular manifestation was shown to correspond with a more severe preeclamptic state. Blurred vision is the most common visual complaint. This review discusses patho...

Keanekaragaman Manifestasi Klinis pada Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan)

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) was caused by SARS-CoV-2 and is currently a global public health problem. This disease transmits through aerosols and saliva when coughing and sneezing from a person with symptoms or carrier people. The diversity of clinical manifestations would be detected and depended on the number of ACE2 receptor expressions that are scattered throughout the human body. The more expression in the organ, the more frequent symptoms that appear in the patient. The respiratory dysfunction is the most common symptoms that will be detected and followed by the olfactory dysfunction such as anosmia, the visual dysfunction such as conjunctivitis, the digestive dysfunction such as nausea, vomiting, and diarrhea, the vascular dysfunction such as thrombosis and embolism, and the cardiovascular dysfunction such as Acute Cardiac Injury and Acute Coronary Syndrome. This review literature used an internet-based search engine method that aims to discuss functional disorders i...

DAMPAK PEMBELAJARAN DARING AKIBAT COVID-19 PADA KESEHATAN MATA

2021

Pandemi yang mewabah diseluruh dunia sangat memiliki dampak yang sangat besar. Terutama di Indonesia pada bidang pendidikan. Aktivitas yang tidak memungkinkan adanya kerumunan, membuat penerapan belajar secara sistem Dalam Jaringan (Daring). Hal ini dipilih karena meminimalisir kontak yang terjadi antar-individu. Pembelajaran yang dilakukan secara daring tentu membutuhkan perangkat digital seperti ponsel dan laptop. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembelajaran secara Daring akibat Covid-19 penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Populasi pada penelitian ini ialah beberapa orang yang observasinya dilakukan secara daring dan studi literatur dari beberapa kasus yang terjadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dampak pembelajaran daring memberikan efek yang serius terutama bagi kesehatan mata. Hal ini dapat terjadi karena menatap layar gadget yang terlalu lama ditambah dengan pencahayaan yang minim.

Gambaran Kelelahan Mata (Asthenopia) Pada Mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Angkatan 2018 Setelah Berlakunya Kuliah Online

E-Jurnal Medika Udayana, 2022

Asthenopia adalah ketidaknyamanan periocular yang diakibatkan karena penggunaan mata secara intensif terutama dengan jarak yang dekat. Asthenopia tergolong kejadian yang sering terjadi yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi dan gambaran kelelahan mata (asthenopia) pada mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2018 setelah berlakunya kuliah online. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian berjenis deskriptif analitik dengan rancangan potong lintang dan dengan sampel sebanyak 220 orang. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner melalui google form dan didapatkan prevalensi kejadian asthenopia 98,18% dengan kejadian terbanyak adalah asthenopia ringan. Didapatkan perbedaan bermakna pada distribusi asthenopia berdasarkan jenis kelamin, penggunaan laptop atau komputer (p<0,05) dan tidak ditemukan perbedaan yang bermakna pada distribusi asthenopia berdasarkan penggunaan handphone (p≥0,05). Prevalensi kejadian asthenopia pada mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2018 dikatakan tinggi. Kejadian asthenopia terbanyak adalah asthenopia ringan. Penggunaan laptop atau komputer lebih dari 8 jam paling banyak ditemukan pada kejadian asthenopia sedang dan berat.

Kejadian Dry Eye Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang Dipengaruhi Oleh Paparan Ac

Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan

Dry eye adalah penyakit air mata dan lapisan permukaan mata yang bersifat multifaktorial. Gejala klinis meliputi rasa tidak nyaman, ketidakstabilan tear film dan gangguan penglihatan. Faktor-faktor risiko dry eye yaitu usia, jenis kelamin, paparan AC, penggunaan gadget, dan lama membaca buku. Mahasiswa kedokteran sering melakukan aktivitas digital, membaca yang lama dan intensif serta berada dalam ruangan dengan air conditioner (AC). Kegiatan tersebut mengurangi frekuensi berkedip dan muncul keluhan-keluhan dry eye. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko usia, jenis kelamin, paparan AC, penggunaan gadget dan lama membaca buku dengan kejadian dry eye pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan melibatkan 35 responden mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah. Kuesioner Ocular Surface Disease Index digunakan untuk mendeteksi dry eye dan dilakukan pemeriksaan tear meniscus. Data dianalisis menggunakan uji chi square dengan nilai signifikansi p <0,05 dan CI 95%. Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (68,6%), berumur ≤ 22 tahun, dengan rata rata usia 21,40±0.85 tahun, terpapar AC ≥ 3 Jam (80%), menggunakan gadget ≥ 3 Jam (97,1%), membaca buku ≥ 3 Jam (97,1%), didiagnosis sebagai dry eye (94,3%) dan masuk dalam kriteria mild (45,7%). Tidak terdapat hubungan yang siginifkan antara umur (p=1,00), jenis kelamin (p=0,536), penggunaan gadget (p=1,00) dan membaca buku (p=1,00) dengan kejadian dry eye. Terdapat hubungan yang signifikan antara paparan AC dengan kejadian dry eye (p =0,00).

Vaksinasi COVID-19 dan Kesehatan Mata

Cermin Dunia Kedokteran, 2022

Vaksinasi COVID-19 secara massal berisiko efek samping, di antaranya efek samping pada mata. Data VAERS hingga tanggal 13 Februari 2021, melaporkan 46 laporan kasus efek samping pada okular dan adneksa. Manifestasi pada mata setelah pemberian vaksin COVID-19 relatif ringan dan sementara. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang mendukung bahwa individu harus menghindari vaksinasi COVID-19 untuk alasan kesehatan mata.The global use of COVID-19 vaccine carries risks of side effects, including side effects on the eyes. Until 13 February 2021, VAERS reported 46 cases of side effects on the ocular and adnexa. The eye side effects of COVID-19 vaccine are relatively mild and transient. There is no statistical evidence to suggest that COVID-19 vaccination should be avoided for reasons related to eye health.

Review Sistematik Temuan Oftalmologi pada Pasien dengan COVID -19: Apa yang Harus Kita Ketahui?

Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine, 2020

Latar belakang: SARS COV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2) merupakan virus penyebab COVID-19 (Corona Virus Disesease-2019) yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada akhir Desember 2019. Sejak kemunculannya, SARS COV-2 menunjukkan penambahan jumlah pasien dan kematian yang pesat hingga lintas negara sehingga pada tanggal 11 Maret 2020, WHO (World Health Organization) mengumumkan bahwa COVID-19 dinyatakan sebagai global pandemi. Manifestasi COVID-19 dilaporkan sangat bervariasi, mulai dari gangguan sistem pernafasan, pencernaan, bahkan okular. Namun karena kelangkaan kasus dan situasi pandemi sehingga literatur mengenai manifestasinya pada mata sangat terbatas. Tujuan: Artikel ini akan menelaah manifestasi klinis SARS-COV-2 pada mata, hubungannya dengan manifestasi sistemik, peran pemeriksaan PCR swab konjungtiva, dan terapi yang diberikan melalui review kualitatif sesuai dengan rekomendasi PRISMA. Diskusi dan pembahasan masalah: Terdapat 12 d...

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI " PENGARUH OBAT OTONOM TERHADAP MATA " KELOMPOK 4

DOSEN : Kriana Efendi, M.Farm., Apt Kelas : D1 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA JAKARTA 2016 KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan laporan ini guna memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Farmakologi dengan judul "Pengaruh Obat Otonom terhadap Mata" Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendalakendala yang penulis hadapi teratasi. Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Farmakologi yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Laporan ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. Penulis sadar bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing penulis meminta masukan demi perbaikan membuatan laporan demi masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Manifestasi Klinis penyakit Measles

Pada anak-anak, kasus penyakit yang disebabkan oleh virus banyak sekali terjadi terutama pada anak-anak usia balita. Diantara penyakit-penyakit tersebut terdapat suatu penyakit yang disebut Measles. Measles atau campak adalah penyakit yang disebabkan oleh paramyxovirus yang sangat menular, biasanya terjadi pada anak-anak tapi dapat juga terjadi pada pasien yang imunnya menurun pada usia berapapun. 1 Pada kesempatan kali ini, penulis akan membahas tentang manifestasi klinis dari penyakit campak pada anak dan juga penatalaksanaannya. Penulis berharap apa yang dipapar pada makalah ini dapat dimengerti oleh pembaca.