Efek panas pada besi dan stainless steel 304 untuk penyaring udara mesin incinerator (original) (raw)
Related papers
Teknika STTKD: Jurnal Teknik, Elektronik, Engine
Baja tahan karat (Stainless steel) adalah salah satu logam ferro yang sering digunakan dalam dunia teknik. Baja tahan karat termasuk dalam baja paduan tinggi yang mempunyai sifat mampu bentuk yang baik, ketangguhan yang baik pada temperatur rendah maupun temperatur tinggi, memiliki sifat ketahanan korosi yang baik serta memiliki ketahan mulur yang cukup besar pada temperatur tinggi. Kemudian penerapan pada pesawat Cessna 150 digunakan pada bagian firewall, fungsi dari firewall yaitu untuk menahan laju perpindahan panas dari engine menuju bagian cockpit. Dengan demikian maka material firewall harus memiliki ketahanan yang baik terhadap panas, kemudian juga harus memiliki sifak mekanik yang baik untuk menguatkan strukur pada pesawat. Pada penelitian ini dilakukan secara eksperimental kuantitatif, dengan melakukan perlakukan hot dipping alumunizing untuk meningkatkan ketahanan panas dan sifat mekanik dari material stainless steel 304. Setelah dilakukan perlakukan hot dipping alumunizin...
Urania : Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir, 2021
PERILAKU TARIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA TAHAN KARAT AISI 304 PASCA PERLAKUAN PANAS PADA DAERAH SENSITISASI 600 – 700 °C. Baja tahan karat AISI 304 digunakan sebagai komponen struktur reaktor daya tipe LWR. Dalam pembuatan komponen struktur, kualitas sambungan lasan SS 304 ditentukan oleh proses pendinginan dari temperatur austenit ke sensitisasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui karakter kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikro SS 304 pada daerah sensitisasi 600-700 °C. Metoda penelitian yang digunakan adalah pengujian komposisi kimia, tarik, kekerasan, dan struktur mikro yang mengacu pada ASTM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik SS 304 pasca perlakuan sensitisasi pada (600 °C, 30- 60 menit) dan (700 °C, 30-90 menit) relatif sama dan lebih rendah dibandingkan tanpa perlakuan panas, sedangkan pada (600 °C, 90 menit) relatif sama dengan sampel tanpa perlakuan panas. Struktur mikro SS 304 terdiri atas fasa ferit-d dan austenit serta presipitat khrom karbida. Kuanti...
Jurnal Teknik ITS, 2023
Rapid investment casting merupakan teknik produksi yang mengabungkan teknologi manufaktur aditif dan teknologi pengecoran yang memiliki tujuan dapat membuat objek dengan bentuk kompleks dengan biaya produksi yang relatif rendah, serta fleksibilitas dalam membuat bentuk objek berbeda tanpa harus menambah biaya tambahan.. Logam yang populer digunakan dalam industri perhiasan merupakan logam paduan dari jenis perak, emas, atau platinum. Perak digunakan karena sifatnya yang duktil serta sifat permukaan yang sangat mengkilap. Sterling Silver adalah logam paduan dengan minimum unsur 92,5% silver, dan 6-4 % cuprat. Pada penelitian ini logam sterling silver di tuang kedalam flask menggunakan mesin cetakan centrifugal. Flask yang berisi cetakan investasi sebelumnya di bakar di dalam electric furnance serta di pre-heat. Sterling silver di tuang dalam variasi temperatur 950℃,1000℃,dan 1050℃ serta variasi untuk temperatur pre-heat flask adalah 550℃,dan 600℃.Dilakukan pengujian kekerasan, pengujian visual, pengujian metallografi , dan pengujian Archimedes pada sampel hasil pengecoran. Variasi temperatur yang optimal untuk menhasilkan porositas gas terendah adalah temperatur preheat flask 600 ˚C dengan temperatur pouring 1050 ˚C memiliki nilai porositas gas 0,55%. Varasi temperatur dengan hasil nilai kekerasan tertinggi adalah temperatur preheat flask 550 ˚C dengan temperatur pouring 950 ˚C memiliki nilai kekerasan 138,3 VHN. Variasi dengan jenis cacat paling kecil diamati pada variasi preheat flask dengan dua jenis cacat makro yaitu sandy surface,dan hot tearing. Kata Kunci-Sterling silver, investment casting, cacat pengecoran, kekerasan, porositas
2015
Pelapisan kitosan dengan variasi suhu pada Stainless Steel tipe 304 secara elektroforesis telah diteliti. Kualitas hasil pelapisan dengan variasi suhu dikaji dari ketebalan lapisan kitosan dan laju korosinya dalam media NaCl 3%. Ketebalan lapisan kitosan meningkat dan laju korosi menurun dengan meningkatnya suhu proses elektroforesis. Pelapisan kitosan pada suhu 50 o C menghasilkan ketebalan lapisan terbaik yaitu sebesar 49,73 ± 6,86 µm dan laju korosi terendah sebesar 0,00065 mpy
2017
Proses pelapisan logam dengan metode flame spray & fused adalah salah satu solusi untuk perlindungan material terhadap pengaruh lingkungan khususnya pada boiler. Erosi pada superheater tube yang merupakan komponen dari coal fired-boiler disebabkan oleh partikel debu (fly ash) yang berasal dari pembakaran batu bara. Penelitian ini mensimulasikan kondisi atmosfer boiler yang bekerja pada temperature tinggi dengan suatu metode thermal cycle dan bertujuan untuk menganalisis pengaruh thermal cycle pada pelapisan NiCrSiB dengan metode flame spray & fused terhadap struktur mikro dan sifat mekanik. Thermal cycle menyebabkan ketahanan abrasi meningkat yang ditunjukkan dengan nilai berat yang hilang menurun hingga 0.0251 g/cm2 pada cycle ke-10. Pada hasil SEM pengaruh thermal cycle menurunkan presentase porositas yang ada hingga mencapai 1,529% pada cycle ke-10. Uji XRD dan EDS menampilkan adanya perubahan fasa selama thermal cycle. Thermal cycle menyebabkan peningkatan kekuatan adhesi hingga...
Technologic, 2021
Sambungan las pada umumnya adalah titik lemah dari suatu struktur dan sering menjadi lokasi kegagalan pada pengelasan logam tidak sejenis. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan performa dari sambungan las, salah satunya adalah pemanasan awal (preheat). Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh temperatur preheat terhadap sambungan las logam tak sejenis antara baja paduan rendah dan baja tahan karat austenitik. Proses pengelasan dilakukan menggunakan las busur logamgas atau gas metal arc welding (GMAW) dengan elektrode ER70s-6 dan selama proses pengelasan dilakukan preheat pada temperatur 100oC, 150oC, dan 200oC. Temperatur selama proses pengelasan diukur menggunakan termokopel pada jarak 10 mm dari garis las. Setelah proses pengelasan dilakukan, pengukuran distorsi dilakukan menggunakan dial indicator. Pengamatan struktur mikro dilakukan pada daerah terpengaruh panas (HAZ), daerah las, dan daerah logam induk dari masing-masing pelat yang dilas menggunaka...
JURNAL ILMIAH TEKNIK MESIN
Surface roughness of a product plays an important role, especially for materials such as SUS 304 steel which is now widely used in a variety of industrial needs. Determination of the turning parameters or the appropriate type of cooling fluids are very important to obtain the desired surface roughness. The aim of the study was to determine the ideal value of feeding (f) and the ideal type of cooling fluids in the turning process of SUS 304 steel. The feedrate parameters used were 0.11 mm/rev, 0.15 mm/rev, and 0.19 mm/rev, whereas the types of cooling fluids used are Fumio Lube Fumicool 794 soluble oil and Suncut 16S lubricant oil. Surface roughness results are obtained through testing using a surface roughness measuring instrument. From the predetermined parameters were obtained the smallest roughness value on the feedrate was 0.11 mm/rev using Suncut 16S lubricant oil with a result of 0.770 µm, while the largest roughness value on the feedrate was 0.19 mm/rev using Fumio Lube Fumic...
MISTEK- Jurnal Ilmiah Mesin Inovasi dan Teknologi, 2020
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah baja tahan karat (Stainless Steel 304) yang dipanaskan dengan media heat treatment/hardening dengan temperatur 900°C dengan waktu tahan 15 menit, kemudian di dinginkan secara cepat (quenching) dengan media pendinginan air. Lalu melakukan perlakuan panas kembali (tempering) dengan variasi suhu 200°C, 300°C dan 400°C. Hasil hardening dan tempering diuji kekerasan menggunakan alat uji Rockwell dan uji Impact untuk mengukur ketangguhan serta analisa fasa melalui Uji Struktur Mikro. Dari hasil penelitian Uji kekerasan, specimen mengalami penurunan kekerasan setelah di hardening/heat treatment dan tempering dari 92 HRC menjadi 82,6 HRC. Untuk hasil penelitian dari Uji impact, specimen mengalami kenaikkan pada nilai keuletannya setelah dilakukan proses hardening/heat treatment dan tempering dari 120,29 Joule menjadi 121,96 Joule. Sedangkan untuk hasil uji struktur mikro, bahwa struktur mikro setelah hardening terdapat fasa ferrit dan martensit. Oleh karena itu adanya fasa martensit dapat menyebabkan material menjadi keras.
2021
AISI 4340 carbon steel is a type of steel belonging to a medium carbon alloy steel which is widely used as the main material in engines such as shafts, gears and piston connecting rods in motorized vehicles. Alloy carbon steel is one of the materials that is widely produced and used to make machine tools or parts, because alloy carbon steel has properties that can be modified, slightly ductile and tough (toughness), but some of these superior properties can experience changes when there is a variety of cooling processes, for that we need a study of the proper cooling process after the stainless steel has received heat input (due to welding), thus the properties of the crowns that are owned will not be much different when before the welding process is carried out compared to variations in cooling due to the welding process. This study aims to determine the effect of temperature in the SMAW welding process method on the microstructure. The method of research carried out using laborato...