Review of: von Rainer Wenrich / Josef Kirmeier / Henrike Bäuerlein / Hannes Obermair (eds.), Zeitgeschichte im Museum. Das 20. und 21. Jahrhundert ausstellen und vermitteln (Kommunikation, Interaktion, Partizipation. Kunst- und Kulturvermittlung im Museum [...] 4), München 2021 (original) (raw)
Related papers
Komunikasi di Museum Haus der Geschichte
Manusia merupakan makhluk sosial. Salah satu kegiatan sosial yang dilakukan manusia adalah komunikasi. Setiap harinya manusia melakukan komunikasi, baik dengan siapa pun, di mana pun, dan kapan pun. Dari hasil penelitian diketahui bahwa persentase waktu yang digunakan dalam proses komunikasi adalah sangat besar, yang berkisar 75% sampai 90% dari waktu kerja kita. Waktu yang dipergunakan untuk berkomunikasi tersebut 5% digunakan untuk menulis, 10% untuk membaca, 35% berbicara, dan 50% mendengarkan. Kita dapat menjumpai komunikasi di mana pun, salah satunya di lembaga informasi. Lembaga informasi terdiri dari perpustakaan, museum, arsip, dan pusat informasi. Dalam makalah ini penulis berfokus pada komunikasi di museum. Komunikasi di museum dapat berupa komunikasi antara pegawai, pegawai dengan atasan, pemandu dan pengunjung, serta komunikasi media. Komunikasi pemandu dan pengunjung berkaitan dengan komunikasi massa. Selain itu, keefektifan komunikasi antara pemandu dan pengunjung dapat memengaruhi pemahaman pengunjung terhadap koleksi di museum. Museum Haus der Geschichte di Bonn adalah museum paling terkenal dan paling banyak dikunjungi di Jerman. Sekitar 850.000 pengunjung pergi ke Bonn setiap tahunnya untuk mengagumi sejarah Jerman dari masa pasca perang hingga masa sekarang. Latar belakang dan konteks disajikan dengan stasiun media interaktif, film bersejarah dan rekaman audio, dan ribuan pameran lainnya: pameran permanen terdiri dari pameran mulai dari sejarah politik, ekonomi, kebudayaan, dan kehidupan sehari-hari Jerman sejak 1945, disajikan secara kronologis. Selain itu, Haus der Geschichte juga menawarkan sejumlah pameran temporer dan tur mencakup beragam topik.
Pameran Museum Sebagai Media Komunikasi: Kajian Berdasarkan Persepsi Model Kaplan
Berkala Arkeologi
Exhibition at the museum is one of the communications media that can be used to present level of civilization and culture of a nation based on cultural materials on display. The essence of communication is the perception that is how visitors are able to accurately perceive the information presented in museum exhibits. Visitor perceptions of accuracy of the information depends on how curator described the encoding within the exhibitions. Formation of a person's perception of the stimulus preceded the arrest sensing nerves, then there's perception of the object, and finally the brain sends impulses through the motor nerve action. Arc sensingperception- reaction in psychology called the reflex arc. This paper describes how far the level of accuracy for the management of visitor perceptions of the exhibition at the Museum Sonobudoyo based on Kaplan's model of four variables namely coherent, easily understood, complexity, and mystery. The data was collected through questionna...
2 Die Rockumentary – Annäherung und intermedialer Kontext
2018
Tonrorita merupakan salah satu desa di Kecamatan Biring Bulu Kabupaten Gowa. Secara geografis, Tonrorita merupakan daerah lereng pegunungan dengan sebagian besar masyarakatnya bekerja disektor pertanian dan perdagangan besar dan eceran. Karena letak geografisnya, masyarakat Tonrorita masih sulit mengakses internet dan kalaupun bisa, pengetahuan mereka terkait teknologi digital masih minim. Kondisi demikian menjadi ironi ditengah kemajuan teknologi digital saat ini. Munculnya bisnis digital seperti Gojek dan Grab serta aplikasi keuangan berbasis android sebenarnya bisa dimanfaatkan masyarakat Tonrorita dalam meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman sekaligus keterampilan masyarakat dalam memahami dan menggunakan teknologi digital untuk peningkatan kesejahteraan. Kegiatan ini berisi materi dan praktik terkait pemanfaatan aplikasi bisnis digital dan keuangan berbasis android. Output dari kegiatan ini adalah penyelenggaraan capacity building yang difasilitasi oleh 2 (dua) orang dosen dan 1 (satu) mahasiswa FEB Unismuh Makassar serta dibantu 3 (tiga) orang mahasiswa FEB Unismuh sebagai asisten. Peserta yang berpartisipasi sebanyak 23 orang dengan latar belakang usia dan pekerjaan yang berbeda-beda. Selain itu, melalui kegiatan ini, 80% peserta telah mampu membuat laporan keuangan sederhana serta menggunakan uang elektronik melalui aplikasi android. Sementara 20% sisanya masih terkendala dalam melaksanakan praktik disebabkan oleh faktor umur mengingat dalam 20% peserta tersebut, semuanya telah berumur 60 tahun ke atas. Outcome dari kegiatan ini adalah peserta mampu memanfaatkan peluang ekonomi serta lebih efisien dalam pengeluaran rumah tangga dalam mencapai kesejahteraan melalui pemanfaatan teknologi digital.
Menancapkan kata masyarakat berapresiasi terhadap museum ibarat memang tidak semudah kita membalikkan telapak tangan. Perkembangan zaman dan ranah demokrasi yang membawa Indonesia memasuki masa otonomi daerah berdasarkan pada Undang-undang 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 membuat kita harus tetap dan justru tidak boleh lengah untuk menggunakan kesempatan itu dalam meningkatkan potensi aspek kebudayaan termasuk museum. Memasuki perubahan masa tersebut perlu sikap positif penuh harapan tidak sekedar apatis dengan pandangan dan pikiran ataupun paradigma baru menuju suatu pencerahan yang membanggakan. Tulisan ini saya harapkan dapat menggugah pembaca, baik seseorang maupun community untuk peningkatan apresiasi terhadap aspek budaya, termasuk permuseuman.
Resepsi atas Pemikir-Pemikir Jerman dalam Media Cetak Indonesia pada Awal Abad XXI
dalam Jurnal Penelitian …, 2009
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mendeskripsikan karya-karya pemikir Jerman yang ditanggapi atau diresepsi oleh media-media cetak Indonesia pada awal abad XXI; (2) mendeskripsikan tanggapan-tanggapan media cetak Indonesia atas masing-masing karya pemikir Jerman; (3) mendeskripsikan bentuk komunitas interpretasi yang dilakukan oleh media-media cetak Indonesia terhadap karya-karya pemikir Jerman sebagai salah satu bentuk konstruksi atau formasi sosial.
Anotasi Artikel Manajemen Museum, 2022
Teknologi modern telah mengubah cara orang untuk berkomunikasi hal tersebut sudah menjadi bagian integral dari masyarakat, tentunya museum juga dipengaruhi oleh fenomena tersebut. Melalui artikel yang disampaikan oleh Corona, L. sebanyak 12 halaman dengan pembahasan gambaran umum terkait alat komunikasi melalui dua arah di era teknologi saat ini. Museum semakin cenderung menggunakan sarana komunikasi baru untuk meningkatkan aksesibilitas ke koleksi dan berinteraksi dengan audiens mereka. Tampaknya internet dalam beberapa jam yang dihabiskan benar-benar menggantikan televisi dengan rata-rata lebih dari enam jam sehari per orang dari koneksi online, dua di antaranya di media sosial dan media lainnya, terutama melalui tablet atau smartphone. Selain internet juga bahwa memiliki situs web yang baik dapat meningkatkan kemungkinan bahwa kunjungan virtual pengguna akan menghasilkan tindakan apa pun, mulai dari berlangganan sederhana hingga buletin serta pengunjung dapat melakukan reservasi online. Jelas, ini adalah hasil dari kemajuan teknologi yang bahkan tidak terbayangkan sebelumnya, namun sekarang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari setiap orang. Hasil yang dicapai melalui studi kasus Museum Louvre yang aktivitasnya dilakukan melalui Instagram dan Facebook tercatat relevan dalam jumlah pengikut dan dapat disimpulkan bahwa teknologi membuka banyak peluang untuk penyebaran budaya yang mendobrak batas fisik entitas museum. Pengurangan ini ditegaskan dengan fakta bahwa dalam situasi wajib physical distancing, akibat virus Covid-19, museum seperti Louvre mampu menjaga partisipasi aktif penonton tetap hidup. Namun dari penelitian tersebut belum menjawab apakah orang tertarik dengan alat komunikasi baru yang telah hadir dari orang orang yang mungkin tertarik dengan koleksi, hiburan, atau keingintahuan masyarakat. Artikel yang berjudul "Museums and Communication: The Case of the Louvre Museum at the Covid-19 Age" sudah ditulis dengan baik oleh penulis, terdapat kesesuaian antara judul dengan isi artikel. Namun, artikel tersebut belum menjawab apakah alat komunikasi baru yang dilakukan pada saat Covid-19 berhasil menarik pengunjung atau tidak. Hal ini berkaitan dengan sumber yang kurang mendukung, namun secara keseluruhan artikel tersebut mudah untuk dipahami.