Manusia Sebagai Makhluk Budaya (original) (raw)

Manusia menurut kebudayaan Pakpak

Abstraksi Manusia akan selalu kagum dengan apa yang ada dalam dirinya. Kekaguman ini membuat manusia memberi hakikat atas dirinya. Para filsuf mencoba memikirkan haikat manusia dengan jelas dan sistematis sedangkan dalam kebudayaan hakikat manusia tersebut terlihat dari praktek-praktek hidup setiap hari. Hakikat manusia dalam kebudayaan Pakpak tidak bisa dipisahkan dari asal-usul kebudayaan Pakpak itu sendiri. Kita dapat melihat hubungan antara pandangan manusia orang Pakpak dengan filsuf Plato. Plato dengan dunia idenya berhubungan erat dengan pendangan orang Pakpak tentang jiwa. Plato berkeyakinan bahwa manusia itu mempunyai jiwa yang dan badan hal ini juga sangat nyata dalam paham orang Pakpak. Orang Pakpak dengan keyakinanya percaya bahwa manusia itu mempunyai roh dan badan. Kata kunci : Hakikat Manusia, Kebudayaan Pakpak, Plato Pengantar Manusia tidak pernah akan berhenti memikirkan dirinya. Manusia selalu berupaya untuk menemukan kekaguman dirinya dengan mencoba membuat suatu hakikat tentang apa dirinya. Hakikat manusia ini dipikirkan oleh para filsuf secara sistematis dan ilmiah. Dalam kebudayaan hakikat manusia dapat dilihat dari praktek hidup yang ada dalam kebudayaan tersebut. Salah satu konsep manusia terdapat dalam kebudayaan Pakpak. Hakikat manusia dalam kebudayaan Pakpak tidak bisa dipisahkan dari asal-usul kebudayaan Pakpak itu sendiri. Ada suatu masalah jika mendalami kebudayaan Pakpak yakni asal-usul dari Pakpak itu sendiri. Sampai saat ini, tidak ada bukti yang meyaikinkan tentang asal usul dan orang Pakpak. Beberapa hasil penelitian mengungkapkan bahwa asal usu usul Pakpak itu bervariasi variasi. Hasil penelitian yang pertama menyebutkan bahwa orang Pakpak berasal dari India selanjutnya masuk ke pedalaman dan beranak pinak menjadi orang Pakpak. Ada juga yang

manusia sebagai makhluk peradaban

KAWASAN PUSAT PERIBADATAN PUJA MANDALA (MANUSIA DAN PERADABAN) OLEH; Mukhamad Indra 1508305014 Nurleili L. 1508305013 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015 BAB II PENDAHULUAN Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena memilki akal pikiran, jasmani dan rohani. Akal pikiran manusia digunakan berinteraksi dengan sesama manusia atau individu lain. Proses interaksi tersebut akan menghasilkan kebudayaan di masyarakat. Manusia melalui jasmaninya mampu menggunakan fisiknya untuk berbuat sesuatu yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai di masyarakat. Sedangkan melalui rohaninya, manusia dapat mempercayai suatu agama dan beribadah sesuai agama yang dianutnya tersebut. Manusia adalah pencipta kebudayaan, dan kebudayaan tidak bisa dilepaskan dengan peradaban. Peradaban merupakan kebudayaan yang mengalami perkembangan yang telah mencapai tingkat tertentu. Interaksi antara manusia dan peradaban akan menghasilkan manusia yang beradab. Manusia yang beradab merupakan manusia yang melakukan sesuatu sesuai dengan adab, nilai, dan aturan secara sopan, berbudi pekerti, serta berakhlak di kehidupannya. Manusia yang beradab dapat kita temukan dimana saja, terutama di tempat umum seperti tempat peribadatan. Salah satu tempat peribadatan yang banyak kita temukan manusia dengan adab dan peradaban yang tinggi adalah Pusat Peribadatan Puja Mandala. Puja Mandala adalah salah satu kawasan peribadatan yang terdapat di Pulau Bali. Masyarakat di Bali didominasi oleh penganut agama Hindu, akan tetapi, Pusat Peribadatan Puja Mandala bukanlah tempat peribadatan khusus agama Hindu. Puja Mandala merupakan kawasan peribadatan lima agama yaitu Islam, Katholik, Budha, Kristen Protestan, dan Hindu. Puja Mandala terletak di kawasan sekitar BTDC Nusa Dua. Kawasan peribadatan ini dibangun secara bertahap dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2005. Sesuai dengan namanya, Pusat Peribadatan Puja Mandala digunakan oleh masyarakat untuk beribadah. Seiring dengan perkembangan zaman, apalagi sekarang Pulau Bali telah menjadi kawasan wisatawan membuat pusat peribadatan ini menjadi salah satu penarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Bahkan, kawasan ini telah disebut sebagai salah atu objek wisata di Bali. Sebagai tempat peribadatan, masyarakat yang berkunjung ke kawasan ini sebagian merupakan masyarakat yang beradab dan menjunjung tinggi nilai dan norma yang berlaku. Oleh karena itu, penulis menggunakan kawasan ini sebagai tempat untuk mengungkapkan hubungan manusia dan peradaban. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Peradaban Peradaban berasal dari kata adab yang dapat diartikan sopan berbudi pekerti, luhur, mulia, berakhlak, yang semuanya menunjuk pada sifat yang tinggi dan mulia. 1 Istilah peradaban sering diapakai untuk hasil kebudayaan seperti ilmu pengetahuan, adat, teknologi, kesenian, dan sopan santun. Manusia yang beradab sesuai dengan pengertian peradaban adalah manusia yang mempunyai sopan santun, berakhlak, serta berbudi pekerti.

Manusia Indonesia Dan Keterputusan Budaya

El-HARAKAH (TERAKREDITASI), 2009

Culture becomes the core and the starting point as well in building a great civilization. It includes various thinking system, cultural characteristics, social wishes, and cultural products. Ibn Khalduns concept of culture includes many more elements. Umran (culture) as human creation has a historical dimension. According to Khaldun, culture is not only a heritage from the previous culture, but also umran in becoming. Then, the principle of infisal (discontinue) becomes typical characteristics of society because the principle of separation or discontinuity views that all elements in universe are unrelated to each other. The principle of discontinuity is based on the influence of geographical condition. Besides, some sociological and cultural characteristics also influence rural and urban social lives. For Khaldun, culture is not only the heritage of the previous culture, but also umran in becoming. That is a finding of the concept of culture in designing Islamic culture in the futur...

MAKALAH MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA Karya Ilmiah ini disusun guna melengkapi nilai mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Jeanti Rofiqoh K3512036 Mukhlis Eko A K3512043 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna diantara semua mahluk ciptaan-Nya. Manusia dibekali sesuatu yang amat berharga dan istimewa yang tidak dibekalkan Tuhan Yang Maha Esa kepada mahluk ciptaan-Nya yang lain, dengan akal manusia dapat membuat keputusan diantara beberapa pilihan yang ada, mengambil pelajaran yang terjadi dalam kehidupannya baik itu kejadian menyenangkan dan tidak menyenangkan baginya, serta dapat mempertimbangkan baik burunya segala hal yang akan mempengaruhi kehidupannya. Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas pribadi, keluarga, etnis/suku, kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut kegiatan yang melibatkannya etnis/sukunya yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada umumnya kegiatan yang terjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan warisan turun-temurun dari para leluhurlehuhur mereka. Sedangkan sifat dari kegiatan-kegiatan tersebut umumnya sacral atau dianggap suci dan bernilai oleh kalangan masyarakat suku atau etnis tersebut.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Pengertian Interaksi Sosial ▲ Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. ▲ Interaksi sosial juga merupakan suatu proses hubungan timbal balik yang dilakukan oleh individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial (bermasyarakat). ▲ Dalam kamus Bahasa Indonesia " Interaksi " didefinisikan sebagai hal saling melakukan aksi, berhubungan, atau saling mempengaruhi. Dengan demikian Interaksi adalah hubungan timbal balik(sosial) berupa aksi saling mempengaruhi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. II. Faktor-faktor Pendorong Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial a. Tindakan Sosial Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat (sosial). Dan tidak semua tindakan manusia dinyatakan tindakan sosial. Dilihat dari cara dan tujuan Tindakan itu dilakukan, maka tindakan sosial dapat dibedakan menjadi ; • Tindakan Rasional Instrumental; yakni tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan. Dalam hal ini pelaku memperhitungkan efisiensi dan efektivitas dari sejumlah pilihan tindakan. • Tindakan Rasional Berorientasi Nilai; yakni tindakan yang berkaitan dengan nilai-nilai dasar dalam masyarakat, sehingga pelaku tidak lagi mempermasalahkan tujuan dan tindakan, yang menjadi persoalan dan perhitungan bagi pelaku hanyalah tentang cara. • Tindakan Tradisolnal; yakni tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan rasional. Tindakan ini dilaksanakan berdasarkan pertimbangan kebiasaan dan adat istiadat. • Tindakan Afektif; yakni tindakan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok orang berdasarkan perasaan(afeksi) atau emosi. b. Kontak Sosial Kata kontak dalam bahasa inggris " Contack " , dalam bahasa lain " Con " atau " Cum " yang artinya bersama-sama dan " tangere " yang artinya menyentuh. Jadi kontak berarti bersama-sama menyentuh. Kontak sosial ini tidak selalu melalui interaksi atau hubungan fisik, karena orang dapat melakukan kontak sosial tidak dengan menyentuh, misalnya menggunakan HP, Telepon, dsb. Wujud pesan bisa berupa isyarat atau gerakan anggota badan tertentu yang mempunyai simbol atau makna.