PERNAHKAH AKU DAN KAMU (original) (raw)

AMAL JAMA'I GERAKAN BERSAMA

Dan hendaklah ada dikalangan kamu segolongan umat yang menyeru pada kebaikan, menyuruh pada ma'aruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran:104)

AKU, GURU, DAN SAHABATKU

Setelah selesai menamatkan sekolah di sebuah sekolah dasar di sebuah desa di Sumatera Selatan, aku diminta oleh ayahku untuk belajar di Pesantren. Ini sebenarnya sudah menjadi bagian tradisi keluarga, terutama keluarga ayahku, mulai dari kakak pertama hingga adik-adikku kemudian dianjurkan ke pesantren, meski tetap ada salah satu adikku yang memilih sekolah umum di kemudian hari. Karena sudah menjadi tradisi keluarga, aku tentu menurut saja, tanpa banyak protes terhadap preferensi yang dimiliki ayah agar semua anak-anaknya memilih pesantren selepas sekolah dasar. Kakak pertama, Agustini, memilih pesantren Pabelan, lalu Zaenal Fikri, kakak kedua memilih pesantren Gontor, kakak ketiga dan aku memilih pesantren Daar El-Qolam atau biasa disebut dengan singkat 'Darqo', di daerah Cikande, Banten. Di masa itu, aku belum mengerti sama sekali, mengapa ayah yang biasa kami panggil 'abah' begitu bersikukuh memasukkan anak-anaknya ke pesantren. Seingatku, tak ada jejak yang cukup kuat di daerah tempatku dilahirkan, di mana pesantren menjadi preferensi pendidikan oleh para orang tua. Sebagaimana umumnya di daerah, terutama daerahku, orang tua menyekolahkan anaknya dengan cita-cita agar kelak sang anak bisa bekerja baik sebagai pegawai swasta atau pemerintah, sehingga pesantren tidak dianggap mewakili cita-cita tersebut.

AKU, MOMEYE, SEBUAH KISAH

Tidak dapat dipungkiri bahwa depresi ekonomi dunia membuat aktivitas ekonomi di banyak negeri merosot sangat tajam. Hal ini terjadi karena dorongan untuk memperebutkan daerah-daerah jajahan. Pertikaian ini dimaksudkan untuk saling berebut wilayah yang kaya akan sumber bahan-bahan mentah, yang berguna untuk produksi industri. Antara pemerintah kolonial Belanda dan Jepang hal semacam ini tak dapat dielakkan. Kebutuhan Jepang akan sumber daya alam membuat Jepang berupaya memperluas wilayahnya dan merebut wilayah berpotensi, meskipun wilayah itu dikuasai bangsa barat seperti bangsa Belanda. Pada permulaan tahun 1930-an, kekuasaan di Jepang jatuh pada tangan elite militer yang haus akan ekspansi dan perhatian mereka tertuju pada Asia Tenggara, yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan dasar industri negaranya. Sebenarnya, Belanda mempunyai kekuatan kolonial yang besar. Akan tetapi dalam tataran dunia internasional mereka merupakan unsur kekuatan kecil, yang dikarenakan kekuatan militernya terbatas. Hal ini terlihat dari semakin memburuknya posisi Hindia Belanda setelah Negeri Belanda diserang oleh Jerman pada tanggal 10 Mei 1940, dimana pada saat itu tentara Belanda menyerah total. Sehingga pada saat itu juga Hindia Belanda harus berdiri sendiri tanpa bergantung pada pemerintah kolonial Belanda.

Aku dan pemabuk

2021

Sahabat saya Phisca yang sudah beberapa tahun kuliah S2 dan bekerja di Seoul menceritakan, pemandangan seperti ini sangat lumrah di kawasan urban kota Seoul. Di ujung hari setelah bekerja, kata Phisca yang juga ketua PCIM Korea Selatan waktu itu, ramai para eksekutif kantoran, tua dan muda, menghabiskan waktu hingga malam sekadar duduk dan mabuk di café dan restoran. Masih lengkap berjas dan berdasi. Mereka mabuk untuk melepas tekanan kerjanya. Jadi siangnya mereka kerja gila-gilaan, malamnya dilepas dengan mabuk-mabukan. Kisah-kisah diatas muncul dalam benakku pagi ini ketika istriku membacakan berita tentang pelonggaran peraturan investasi minuman keras di Indonesia. Ada yang bilang ini “sesuai dengan kearifan lokal.” Dimana letak kearifannya? Batinku terusik. Jangan-jangan yang bicara itu sedang ‘mabuk’