Kecenderungan Tekstual Pada Tafsir Ayat-Ayat Gender: Telaah Penafsiran Wahbah az-Zuhaili Dalam Kitab Tafsir al-Munir (original) (raw)

Pergeseran penafsiran terhadap teks-teks keagamaan Islam tentang gender

1999

his stu.dy airns at identifuing th"e alteration in interpreting the Islamic tefi of end,er. The d,ata-collecting method. is library research and the d.ata-analyzini ecltnique is her-meneutic-The outconte of the study shours that the clossicol n'terpretation of reli,gtous terts of gender has altered,, partictiarly bg th,e assertion f the contemporary Mosbmfem,inist mufassirs (intirpreters). (Jsing the ,,gend,er ,nalysi's", thc fetninist lrllafossirs irterpret th,e religious tert of gend", ""ii,o,,rslg ':t'fferent from tlwt of classical rwf,assirs, resulting in the "onii"tion that uomen 're equal to men. The underlging reason of using the ,,gend"er anargsis,, is thi

Konstruksi Relasi Gender dalam Tafsir al-Qur'an (Telaah Kitab Nazharat fi Kitabillah Karya Zainab al-Ghazali al-Jubaili

2022

Relationships between genders are a form of necessity, especially in the modern world, where men and women can not be separated from each other's contact. On the other hand, the existence of religious texts is often used to legitimize patriarchal practices that limit one gender over another. From here, the role of the interpreter as a person who interprets the Qur'an becomes very crucial, considering that the background, both socio-cultural, socio-politicalm and scientific controlled by the commentator determines where the interpretation of the Qur'an will be directed. This reseach is focused on examining the contruction of gender relations in the perspective of the interpretation of the Qur'an which represents its existence as a religious text. More specifically, the interpretation of the Qur'an studied in this study is the interpretation of Nazharat fi Kitabillah by Zainab al-Ghazali. The approach used in collecting data in this study is a qualitative approach based on library research, while for data exposure it is used descriptive-analytical method. The result obtained are that the gender-relational construct built by Zainab al-Ghazali is purely focused on establishing the aspect of equality without taking sides with men and women, Zainab also always emphasizes the awareness of humanity for men and women in any relationship that is built by the two genders.

Wajah Maskulin Tafsir Al-Qur’An : Studi Intertekstualitas Ayat-Ayat Kesetaraan Gender

2016

al-Qur’an yang diwahyukan dalam bahasa Arab tidak dapat dilepaskan dari visi gender dalam bahasa Arab. Artikel ini membahas pada aspek-aspek isu-isu gender yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Quran, yang memberikan bias gender,baik secara tekstual maupun kontekstual. Melalui metode kualitatif, penelitian ini menemukan bias gender bahasaArab dalam Al-Qur’an. Bias gender ini juga mempengaruhi penafsiran. Ini membutuhkan pemahaman yang mendalam dan sangat sistematis, dengan menggunakan metodologi penafsiran yang tepat sebagai penafsiran Al-Qur’an kata kunci: Maskulin, Kajian Gender, Tafsir Al-Qur’an. In this simple article, the researcher will be more orientedon those aspects of gender issues contained in the verses of the Koran, which provides gender bias, both in textual and contextual. Through qualitative method, thisresearch will find the gender bias in the Arabic languagein the Qur’an. It is because the Qur’an, religious texts(text) has chosen the Arabic language in which aspects o...

Kontribusi Ragam Qiraat Tafsiriyah Dalam Penafsiran Ayat Bernuansa Gender; Telaah Qs. An-Nisa Ayat 24

Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam, 2020

Sentralitas Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk tercermin dari dua gerak sekaligus, yaitu gerak sentrifugal dan gerak sentripetal. Dalam gerak sentrifugal Al-Qur’an mendorong kepada umat Islam untuk melakukan usaha interpretasi atas ayat-ayatnya. Sebaliknya dalam gerak sentripetal umat Islam terdorong untuk mengembalikan berbagai problematikanya kepada Al-Qur’an. Sebagai kitab petunjuk, Al-Qur’an memiliki kekhasan yaitu bisa dibaca dengan berbagai variasi pembacaan (qira'at). Dengan demikian menjadikan Al-Qur'an sebagai kitab suci yang multiple meaning atau mengandung banyak kemungkinan makna. Artikel ini mengkaji tentang ragam pendapat terkait relasi antara Al-Qur'an dan qira'at, keabsahan penafsiran dengan pendekatan ragam qira'at dan implikasinya terhadap penafsiran ayat bernuansa gender (QS. An-Nisa: 24). Dengan menggunakan pendekatan ragam qira'at dan sejarah perkembangan qira'at disimpulkan bahwa praktek nikah mut'ah memang pernah dilegalkan pada m...

Gender Dalam Tafsir Jawa (Studi Atas Tafsir Al-Hudā Karya Bakri Syahid)

QOF, 2018

This article examined the interpretation of several verses in Tafsir al-Huda by Bakri Syahid, major in relation to gender issues. There are several themes studied, such as: the rewards of deeds of charity, the origin of the creation of man, polygamy, inheritance formula 1: 2, and leadership in the household. In this study, the author tried to understand the interpretation of Bakri with the interpretive-hermeneutical approach. This approach aims to describe and analyze the interpretation of the figures against the verses of the Qur'ān discussed in the theme of gender construction. The Qur'an interpretation that has been done by ulama can not be separated from the conditions of social culture surround them. It's called prior text. Tafsir al-Hudā, the interpretation of Bakri's work is one of them. His interpretation is influenced by Javanese culture, beside his military and his work as academics. It seems when he interpreted verses about woman in the Qur'an, Bakri a...

Analisa Gender dan Prinsip Prinsip Penafsiran Husein Muhammad pada Ayat-Ayat Relasi Gender

Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al- Qur'an dan Tafsir, 2018

So far the majority of commentators have made efforts to understand the interpretation of the Qur'an with a literalscriptural approach. The results of this approach are considered to have given rise to gender-biased interpretation. Today, especially contemporary feminist scholars have used gender analysis and contextual-philosophical approaches in their interpretations, the results of their interpretation have been assessed as gender fair. Hussein Muhammad as one of the Indonesian feminist commentators has also succeeded in carrying out a contextualphilosophical approach and incorporating gender analysis in his interpretation, methodology the feminist interpretation he built was interesting. the interpretation of epistemology intersects with the contemporary epistemology of contemporary interpretations that is different from the classical interpretation. The principle of interpretation has integrated gender analysis from the West into a study that does not contradict the opinions of classical scholars. He continued to use the hermeneutic approach in his interpretation but did not abandon the logic of Islamic law which had been popular among Muslim scholars. The subject matter in this paper was reviewed by analytical descriptive methods and data search techniques using book surveys and interviews. The results of this study found nine interpretive principles of Husein Muhammad. The conclusion in this paper, actually the interpretation of Husein Muhammad concentrates on the study of the historicity of the Quranic text as well as the understanding of the text that focuses on the relation of the text, context, and author Kata Kunci: gender; Husein Muhammad, contemporary interpretation; the historicity of the text. Abstrak Selama ini mayoritas mufasir telah melakukan upaya pemahaman penafsiran terhadap Alquran dengan pendekatan literal-skriptural. Hasil pendekatan ini dinilai telah melahirkan penafsiran yang bias gender. Dewasa ini ulama kontemporer hususnya feminis telah menggunakan analisa gender dan pendekatan kontekstual-filosofis dalam penafsirannya, hasil penafsirkan mereka berhasil dinilai adil gender.Husein Muhammad sebagai salah satu mufasir feminis Indonesia juga telah berhasil melakukan pendekatan kontekstual-filosofis dan memasukan analisa gender dalam penafsirannya, metodologi tafsir feminis yang dibangunnya cukup menarik. epistemologi penafsirannya beririsan dengan epistemologi tafsir kontemporer yang tentunyaberbeda dengan tafsir klasik. Prinsip penafsirannya telah memadukan analisa gender yang berasal dari Barat itu menjadi kajian yang tidak bersebrangan dengan pendapat ulama-ulama klasik sekalipun. Ia tetap menggunakan pendekatan hermeneutika dalam tafsirnya namun tidak meninggalkan logika-logika hukum Islam yang selama ini populer di kalangan sarjana muslim. Pokok bahasan dalam tulisan ini dikaji dengan metode deskriptif analitis dan tehnik pencarian data menggunakan book survey dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menemukan sembilanprinsip penafsiran Husein Muhammad. Kesimpulan dalam tulisan ini, sebenarnya penafsiran Husein Muhammad berkonsentrasi pada kajian historisitas teks Alquran juga pola pemahaman teks yang memfokuskan pada relasi teks, konteks dan pengarangnya Kata Kunci: gender; Husein Muhammad; tafsir kontemporer; historisitas teks.

Dimensi Eufemisme Hadis-Hadis Tentang Seksualitas Dalam Kutub Al-Tis’Ah

Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 2021

Tidak dapat dibantah pembicaraan seputar seksualitas di tengah kehidupan masyarakat merupakan pembicaraan yang tabu. Hal demikian tidaklah mengherankan, dalam landasan normatif teologis Islam, seperti halnya berbagai Hadis juga menggunakan bahasa yang santun dan sopan ketika membicarakan hal-hal yang berkaitan seksualitas. Penelitian kualitatif berupa kajian pustaka ini bertujuan untuk mengidentifikasi dimensi eufemisme pada matan hadis-hadis seksualitas dan menelusuri penyebab terjadinya pergeseran makna pada kosa kata hadis-hadis seksualitas tersebut. Sumber data primer penelitian ini adalah hadis-hadis seksualitas dalam Kutub al-Tis'ah. Teori yang digunakan adalah teori eufemisme. Terdapata dua kesimpulan penelitian ini. Pertama, matan dalam hadis-hadis seksualitas dieufemiskan dalam bentuk kinayah, qiyas, majaz dan metonimi dalam redaksi yang berbeda-beda. Kedua, variasi kosa-kata seksualitas dalam Hadis mengalami pergeseran makna dari makna sebenarnya yang disebabkan indikator-indikator tekstualnya, situasi performa teks, dan indikatorindikator kondisionalnya. Kata kunci: Hadis-hadis seksualitas; eufemisme; kutub al-tis'ah.

Representasi Bias Gender Dalam Kitab Fiqh (Studi Terhadap Kitab At-Taqrib Karya Abu Syuja Al Isfahani)

Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 2019

Fiqh yang termuat dalam Kitab klasik dan modern merupakan hasil pemahaman, penyimpulan, dan interpretasi para fuqaha terhadap Alquran dan al-Hadits sebagai respons atas tantangan zamannya saat ini. Wajar apabila kemudian dalam konstruk fiqh terjadi banyak perbedaan dikalangan fuqaha selain masalah-masalah yang telah diketahui dari ajaran agama secara pasti (al-umur al-mulumah min ad-din bi al-darurah). Perbedaan tersebut sesungguhnya merupakan konsekuensi logis dari adanya perbedaan tempat, kondisi sosial-kultural, tantangan zaman, dan latar belakang intelektual serta metodologi yang digunakan oleh seorang faqih. pokok masalah dalam kajian ini adalah : 1) representasi bias gender apa saja yang terdapat dalam kitab at-Taqrib, dan 2) bias gender dalam kitab tersebut dibaca dan dipahami sesuai dengan konteks zamannya dan sekarang. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis bias gender dalam kitab at-Taqrib serta berusaha membaca dan memahaminya sesuai dengan konteks za...

Dekonstruksi Gender Perspektif Rasyid Ridha (Studi Analisis Ayat-Ayat Bias Gender Pada Kitab Tafsir Al-Manār

2016

Abstrak: Kitab tafsir al-Manār bermula dari kuliah tafsir Al-Qur'an yang diberikan oleh Muhammad Abduh di Universitas al-Azhar, Mesir, yang berlangsung dari tahun 1899 hingga ia wafat (1905). Kuliah-kuliah tersebut selalu dihadiri oleh Rasyid Ridha, murid Abduh, yang setiap ayat disampaikan oleh gurunya dicatatnya dalam benaknya. Kemudian catatan-catatan tersebut disusunnya dalam bentuk tulisan kemudian dibukukan dan dikenal dengan nama Tafsir al-Manār, Rasyid Ridha menggunakan teori dekonstruksi dalam menjelaskan pola relasi gender ketika menafsirkan ayat-ayat bias gender. Teori dekonstruksi secara umum dapat dipahami sebagai metode pembongkaran terhadap realitas yang mengandung logika oposisi binner. Oposisi biner adalah dua realitas yang dipandang secara berhadap-hadapan, bertolak belakang dan memiliki kedudukan yang berbeda. Paradigma ini menerangkan asumsi adanya hak istimewa yang disandang subyek dan memandang rendah terhadap obyek, sebagai pihak kelas kedua. Dalam memberikan penafsirannya Rasyid Ridha membongkar metode logika posisi binner ini untuk kembali memposisikn perempuan sesuai dengan keinginan teks Al-Qur'an. Kata kunci: Dekonstruksi, Rasyid Ridha, Tafsir al-Manār Absract: The book of Tafsir al-Manar stems from the interpretation of the Qur'an lectures given by Muhammad Abduh al-Azhar University, Egypt, which lasted from 1899 until his death (1905). The lectures are always attended by Rashid Rida, Abduh's pupil, which each verse was delivered by her teacher on record in his mind. Then the records drawn up in the form of regular writing and submitted and known as Tafsir al-Manar. Rashid Rida using deconstruction theory in explaining the pattern of gender relations when interpreting the verses of gender bias. Deconstruction theory in general can be understood as a method of demolition to the reality that contains logic Binner opposition. Binary oppositions are two realities are seen face to face, opposed and have a different position. This paradigm explains the assumption of privilege and contempt girded subject to the object, as the second class. In giving his interpretation Rashid Rida decontracting logic method is to re-position women liking the Qur'anic text. Pendahuluan Tatanan kehidupan umat manusia yang didominasi oleh kaum laki-laki atas kaum perempuan sudah menjadi akar sejarah yang panjang. Dalam tatanan itu, perempuan ditempatkan sebagai the second human being (manusia kelas dua), yang

Pembacaan Mubadalah terhadap Hadist Perempuan sebagai Aurat dan Implikasinya terhadap Relasi Gender

Islamika Inside: Jurnal Keislaman dan Humaniora

This paper discusses the discourse on gender equality which is a hot issue to date. This research uses the mubadalah approach (annoyance/cooperation) which was initiated by Faqihuddin Abdul Kodir as an analysis tool. In the meantime, this research is focused on answering how the interpretation of mubad is from the hadith which is the object of this research. From the discussion presented, this research concluded that the editorial hadith about women as genitals which was later understood as the theological basis for housing women was not appropriate, because the main idea of this hadith is not that of keeping the soul (Hifz Nafs), protecting the offspring (Hifz an-Nasl) and safeguarding property (Hifz al-Mal). Therefore, from the main idea of the above hadith, it is concluded that it is not only women who are recommended to guard these three things, men on the other hand are also charged with the same responsibility.