Uji Lapang Campuran Filtrat Kunyit, Jahe dan Lengkuas untuk Pengendalian Penyakit Antraknosa Pada Cabai Rawit Varietas Hiyung (original) (raw)

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai Rawit Terhadap Penyakit Antraknosa

JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA

Telah dilakukan penelitian pada beberapa varietas tanaman cabai rawit yang duji ketahanan dan masainkubasinya dari cendawan Colletotrichum spp penyebab penyakit antraknosa. Rancangan RAL(6 perlakuan dan 4 ulangan dengan setiap ulangan ada 2 tanaman sehingga berjumlah 48 tanaman).Adapun varietas yang digunakan yaitu varietas Sigantung, Sakti, Mahameru, Maruti, Bara dan Setasuper. Inokulasi cendawan Colletotrichum spp. dilakukan pada saat berbunga dan berbuah denganvariabel pengamatan masa inkubasi, intensitas serangan penyakit dan persentase gugur bunga. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit antraknosa pada setiap varietas yang diujikanberbeda-beda begitu pula pada tingkat ketahanannya. Varietas Bara, Sakti, Seta super, Mahameru danSigantung termasuk varietas yang tahan sedangkan varietas Maruti agak rentan. Inokulasi pada saatberbunga dan berbuah berpengaruh terhadap tingginya persentase bunga gugur dan akhirnyaberpengaruh terhadap jumlah buah yang akan terbentuk....

Konsentrasi Larutan Daun Kelakai (Stenochlaena palustris) Untuk Menekan Kejadian Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp) Pada Cabai Rawit Varietas Hiyung Di Desa Hiyung

JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA

Jamur Colletotrichum sp yaitu patogen yang menyebabkan penyakit antraknosa. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai rawit hiyung merupakan kendala utama bagi petani. Penanaman cabai terus dilakukan sepanjang musim, dan pestisida kimia dipakai secara terus menerus menimbulkan dampak negatif bagi konsumen, lingkungan dan patogennya. Solusinya yaitu pengendalian yang ramah lingkungan, salah satunya menggunakan kelakai (Stenochlaena palustris).Tanaman kelakai mudah di dapat sehingga punya prosfek bila terbukti efektif mampu menghambat terjadinya penyakit, untuk dikembangkan sebagai biopestisida yang ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan daun kelakai terhadap kejadian penyakit antraknosa. Penelitian ini dilaksanakan Di Desa Hiyung, Kec Tapin Tengah Kab Tapin dari bulan Mei – Oktober 2021. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga ada 16 satuan percobaan. Perlakuannya adalah kontrol = (...

Pencegahan Penyakit Antraknosa Pada Cabai Besar (Lokal: Lombok Ganal) Dengan Perlakuan Bibit Kombinasi Fungisida Nabati

PROSIDING SEMINAR NASIONAL LINGKUNGAN LAHAN BASAH, 2020

Budidaya cabai besar dan cabai tiung (caplak) selama ini sangat terpengaruh dengan adanya penyakit pada buah yang disebut dengan Antraknosa, yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum spp., pada serangan yang berat penyakit antraknosa (Colletotrichum spp.) dapat menggagalkan panen hingga 100%. Penyakit dapat menginfeksi buah matang maupun buah muda, gejala awal serangan antraknosa berupa bercak kecil, luka ini berkembang dengan cepat sampai bergaris tengah 3-4 cm. Serangan banyak terjadi pada lahan-lahan baik pada dataran tinggi maupun pada lahan basah. Beberapa cara pengendalian yang dilakukan masih belum dapat untuk menekan tingkat serangan penyakit, bahkan serangan tetap tinggi, salah satu alternatif pengendalian dengan melakukan pencegahan dengan perlakuan bibit dipadukan pemberian fungisida nabati (ekstrak daun mengkudu). Tujuan penelitian ini untuk mencegah serangan penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum spp., serta pengaruh pemberian fungisida nabati. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan penanaman cabai besar di lahan menggunakan bibit yang bebas penyakit diberikan perlakuan dan kombinasi pemberian fungisida nabati, serta dengan penambahan pupuk organik. Budidaya yang dilakukan sesuai dengan kebiasan yang diterapkan oleh petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan-perlakuan yang diberikan dapat menekan serangan penyakit antraknosa tersebut sampai tingkat 85-90%.

Campuran Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica), Jahe (Zingiber officinale), dan Lengkuas (Alpinia galangal (L.) Sebagai Fitobiotik Terhadap Penampilan Produksi Ayam Pedaging

The aim of this research was to evaluate mixed of tumeric (Curcuma domestica), ginger (Zingiber officinale), and galangal (Alpinia galanga (L) extract as phytobiotic on broiler performance. A hundred day old broiler chick strain 07 were arrange complete randomized design, five treatment, 4 repeated. Basal feed was complete feed produced PT. Charoen Pokphand Indonesia which given ad libitum. The treatment were 0%, 2%, 4%, and 6% mixed of tumeric (Curcuma domestica), ginger (Zingiber officinale), and galangale (Alpinia galangal) extract which given on drinking water. Result of this experiment shown that there were no significant effect (P>0.05) using mixed of tumeric (Curcuma domestica), ginger (Zingiber officinale), and galangale (Alpinia galanga (L.) extract as phytobiotic on feed consumption (g/week/bird), body weight gain (g/week/bird), mortality (%), and feed conversion. Using mixed of tumeric (Curcuma domestica), ginger (Zingiber officinale), and galangale (Alpinia galangal (L.) extract as phytobiotic give significant effect (P<0.05) on carcass percentage (%) and weight of fat abdominal. It could be concluded that using mixed of tumeric (Curcuma domestica), ginger (Zingiber officinale), and galangale (Alpinia galangal (L.) extract as phytobiotic give positive influence on broiler quality product. Key words : tumeric (Curcuma domestica), ginger (Zingiber officinale), galangale (Alpinia Galanga (L.), phytobiotic, and broiler.

Uji Cara Aplikasi PGPR dalam Menekan Kejadian Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Hiyung di Lahan Rawa

JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA, 2021

Chili Hiyung is a local chili variety typical of South Kalimantan. At this time began to be exposed to a lot of anthracnose disease. Control using pesticides needs to be avoided by finding more convenient control methods. Area-friendly disease control includes using PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria). The use of PGPR for chili plants in the swamp land of Hiyung village has not been studied, meanwhile its potential has been tested on several other plants. This research aims to identify the effect of PGPR in suppressing anthracnose disease in Chili Hiyung in the swamp land of Hiyung Village. The design used was a single aspect Completely Randomized Design (CRD) based on 4 (four) treatments, namely the leak, spray, or spray and leak methods. The results of the research show that the PGPR application does not affect the incidence of anthracnose disease in Hiyung chili plants in Hiyung village. But the PGPR application can increase plant size and fruit weight per branch.

Identifikasi Dan Uji Virulensi Penyakit Antraknosa Pada Pascapanen Buah Cabai

Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture)

Penanganan pascapanen adalah faktor penting untuk menjaga kehilangan makanan yang disebabkan oleh penurunan penyakit produk pascapanen. Anthracnose adalah penyakit penting pada pascapanen cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menguji tingkat virulensi dari antraknosa pada pascapanen cabai. Sampel buah cabai diambil dari pasar Pal Depok yang kemudian diisolasi untuk mendapatkan isolat jamur patogen. Patogen yang berhasil diisolasi kemudian dimurnikan untuk secara morfologis ditandai dari morfologi dan konidia. Setelah patogen diidentifikasi maka tingkat virulensi patogen dihitung dengan menghitung lesi yang muncul akibat infeksi apel patogen. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa penyebab antraknosa adalah C. acutatum dan C. gloeosporioides. Tingkat virulensi yang rendah (Hyvovirulence) adalah hasil dari kedua jamur. C. gloeosporioides memiliki kemampuan untuk menyebabkan lesi yang lebih besar (0.9333 cm) dibandingkan dengan C. acutatum (0.8667 cm).

UjibKetahananaBeberapa Varietas Cabai (Capsicum sp.) Terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp.) yang Berasal Dari Desa Hiyung Kabupaten Tapin

2022

The purpose of this study was to test the resistance of four chili varieties (Capsicum sp.) to anthracnose (Colletotrichum sp.). The research was carried out at the Phytopathology Laboratory and in the Phytopathology Greenhouse Land, Faculty of Agriculture, Lambung Mangkurat University, Banjarbaru. This study used 4 varieties, namely Taruna variety, Hiyung variety, CF-291 variety and Tanjung variety with 5 replications. The Tanjung variety has the longest incubation period of 10 days, while the CF-291 variety has the fastest incubation period of 7.5 days. The CF-291 variety showed a susceptible variety with a percentage of 41.3% while the Taruna, Hiyung and Tanjung varieties showed a moderate variety with a percentage of 34.1%, 23.1 and 32.7%, respectively.

Uji Efektifitas Konsentrasi Larutan Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Dalam Menghambat Perkembangan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp.) Pada Tanaman Cabai Rawit

JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui potensi larutan daun ketepeng cina dan konsentrasinya yang mampu dalam menghambat perkembangan penyakit antraknosa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret - Mei 2020. Penelitian menggunakan (RAL) 1 faktor dan 6 perlakuan serta diulang sebanyak 4 kali. Dengan menggunakan konsentrasi yaitu 5, 10, 15, 20, 25 ml.l-1 larutan daun ketepeng cina + Colletotrichum sp. berdasarkan hasil pengamatan masa inkubasi diketahui bahwa rata-rata serangan antraknosa muncul pada hari ketiga dan keempat setelah pengaplikasian. Pada kejadian penyakit konsentrasi (5 ml.l-1) menimbulkan kejadian penyakit terendah yaitu 84.00% dan pada konsentrasi (15 ml.l-1) menimbulkan kejadian penyakit tertinggi sebesar 95.00%.

Uji Efektivitas Ekstrak Kulit Jengkol (Pithecellobium jiringa) Dalam Menghambat Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp.) Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

JURNAL PROTEKSI TANAMAN TROPIKA

The productivity of cayenne pepper in South Kalimantan has increased in 2017 – 2020, to maintain the stability of cayenne pepper productivity in South Kalimantan, efforts are needed to prevent the occurrence of cayenne pepper anthracnose. Anthracnose disease caused by the fungus Colletotrichum sp. which is an important disease in cayenne pepper because it can cause crop failure. Farmers generally control anthracnose using synthetic pesticides, but the use of synthetic pesticides can have a negative impact on the environment and crop quality. Alternative environmentally friendly controls that can be developed are the use of organic materials, especially organic wastes which still have active compounds and have the potential to be used as vegetable pesticides. One of the organic wastes that can be used is jengkol peel (Pithecellobium jiringa). The purpose of this study was to determine the effectiveness of jengkol peel extract in inhibiting the growth of the fungus Colletotrichum sp. ...

Pengaruh Aplikasi Kitosan Antifungi Untuk Pengendalian Penyakit Antraknosa Pada Cabai

Jurnal Pertanian Tropik

Penyakit antraknosa (Colletotrichum spp.) dapat menyebabkan rendahnya kuantitas maupun kualitas buah yang dihasilkan. Untuk menghindari penggunaan pestisida sintetik maka diperlukan alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan, diantaranya kitosan sebagai agen penghambat penyakit antraknosa. Tujuan penelitian ini adalah menguji efektifitas formula nano kitosan untuk mengendalikan penyakit antraknosa melalui pengujian in vivo pada tanaman cabai cv. Tanjung di lapangan. Penelitian dilaksanakan di KP Pacet Cianjur, Jawa Barat sejak bulan Mei sampai September 2017, menggunakan RAK terdiri dari 6 perlakuan dan 5 ulangan. Kitosan-tripolifosfat (K-TPP) nanopartikel dilarutkan dalam air dan diaplikasikan pada tanaman cabai dengan konsentrasi 0,5 – 2 mL/L. Aplikasi penyemprotan formula dilakukan saat tanaman berumur 30 – 65 hari setelah tanam menggunakan alat semprot punggung. Kitosan cenderung menghambat infeksi fungi Colletotrichum spp. pada cabai. Pada pengamatan ke-5, penghamba...