Analisis Pindah Panas pada Pengeringan Kulit Biji Kopi (Cascara) dengan Mengunakan Mesin Pengering Tipe Flash Dryer_Cum UV (original) (raw)
Related papers
JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN, 2020
Salah satu proses dalam pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi adalah pengeringan biji kopi yang dapat dilakukan secara natural maupun biji kopi yang sudah dikupas kulit luarnya (honey), proses pengeringan yang umum digunakan adalah pengeringan matahari langsung, proses ini bisa membutuhkan waktu lama dan terkendala dengan tingkat curah hujan yang tinggi terutama didaerah dataran tinggi seperti di desa Gununghalu, Dusun Tangsi Jaya, Kabupaten Bandung Barat. Untuk menjawab permasalahan ini maka dibuatlah mesin pengering Hybrid (Solar thermal dan biomassa).Mesin Pengering Hybrid untuk kopi ini memanfaatkan cahaya matahari dan pembakaran dari kayu atau ampas kopi sebagai bahan bakarnya,, ukuran dari oven pengering hybrid ini adalah panjang 8m, lebar 3m dan tinggi 2,4 m, tungku biomassa dengan dimensi panjang 1,2 m, lebar 1,2 m dan tinggi 1,3 m, kapasitas pengeringan 800 kg sekali proses. Dari hasil pengujian didapatkan lama pengeringan kopi untuk proses natural selama 7 hari dan untuk...
Teknotan: Jurnal Industri Teknologi, 2021
Singkong merupakan tanaman yang dapat mudah kita jumpai di Indonesia, bahan pangan ini juga merupakan salah satu yang memiliki jumlah karbohidrat tinggi. Beberapa permasalahan pada pengolahan tepung singkong ini, antara lain: proses pengeringan parutan singkong, teknologi pembuatan tepung singkong, dan parameter kualitas tepung singkong. Metode pengeringan secara mekanis diharapkan dapat lebih baik dibandingkan dengan metode penjemuran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performa dari alat pengering flash dryer paa pengeringan tepung singkong. Pengeringan dengan menggunakan langkah tradisional membutuhkan 3-5 jam, sehingga dapat menghambat untuk proses selanjutnya. Pada penelitian ini dilakukan pengeringan dengan memanfaatkan pengering tipe pneumatic (flash) dryer. Pengeringan pada debit udara bukaan 50% (14,63 m 3 /s) mampu menghasilkan suhu pengeringan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengeringan pada debit udara bukaan 75% (20,57 m 3 /s). Kadar air akhir bahan setelah proses pengeringan sudah sesuai dengan SNI tepung singkong yaitu kurang dari 15 %. Efisiensi pengeringan berkisar antara 47-53 %.
Optimasi Proses Pengeringan Kopi DI Pabrik Kopi PTPN XII Gumitir Dengan Menggunakan Mason Dryer
Jurnal Ilmiah Matematika dan Pendidikan Matematika (JMP), 2018
Coffee Processing Plant of the PTPN XII Gumitir is a coffee drying factory that was built in 1910 using a giant barch dryer called Mason Dryer as many as four units, each of which has a capacity of 20 tons, so factory is capable of processing 80 tons for a single simultaneous process. The ambient temperature used is 120 o C with a residency time of 18 hours and desirable level of reduction in water content of 9%. To optimize the process, a mathematical model of the process is needed to predict energy use, heat distribution (heat profile in coffe beans) and residency time (heat penetration time required by coffee beans). Existing process models are still limited to models for drying the coffe beans. To optimize the process, a heat transfer temperature from ambient temperature (heating temperature) is neededto enter the Mason Dryer which function as the ambient temperature of the coffee beans at each location/ position of the coffee beans in Mason Dryer. With the discoveryof the model for ambient temperaturewill complement the existing model.
2016
Conventional drying still has many deficiencies; weather dependence is one of the problems. Therefore, alternative treatment needed to be conducted by using mechanical dryer that use heat and require additional energy for heating the material and vaporized the water, such as a shelf type dryer. This study aims to analyze thermal energy and studying energy balance in candied papaya drying process at shelf-type. This research was conducted at Laboratory of Bioprocess Engineering and Laboratory of Power and Machinery, in Studies Program of Agriculture Engineering, Faculty of Food and Agroindustrial Technology, University of Mataram. This study was performed using experimental design and energy equilibrium approach, with variable of air flowrates which varies at 3.43 m/sec and 4.55 m/sec. Amount of the outcoming energy obtained at 3.43 m/sec was 4477.12 to 4821.52 kJ/h and at 4.55 m/sec was 5437.80 kJ/h to 6797.25 kJ/h. While useful energy at 3.43 m/sec decreasing from 3675.37-1336.83 k...
JURNAL REKAYASA PROSES Research article / Vol. 12, No. 2, 2018, hlm. 46-55, 2018
Food damage can be caused by intrinsic and extrinsic factors. The causes of intrinsic factors involve water activity (aw) and moisture content, the level of maturity and the nature of the food material itself. Meanwhile, the causes of extrinsic factors were the air composition, temperature, pressure, population and microbial contamination. Drying is one of the most widely used preservative methods, namely by evaporating most of the water contained in food by heat energy. This work studied the effect of operating conditions on the characteristics of tomato drying using tray dryer with the addition of foaming agent albumin and carrier agent dextrin which function as foam stabilizer. Tomatoes used as raw materials were ripe tomatoes, fresh red, and the same relative diameter, not physiologically and mechanically damaged. In this work, tomatoes were sliced, crushed for 10 minutes using blender, separated from the seeds and the residues with a 60-mesh sieve, and then mixed with dextrin and foaming agent albumin each as much as 5% weight. The mixture was blended for 10 minutes. The tray dryer was filled with hot air at 2.0 m/sec with temperature variation of 40, 50, 60 or 70°C. The stainless-steel dish containing tomato paste with thickness of 2 mm or 4 mm was inserted to the dryer. The tomato paste was weighted every 5 minutes. It is found, at a thickness of 2 mm, the optimum drying occurred at a temperature of 70 ℃ with critical time, tc, for 0.92 hours, critical water content of the sample, Xc, 1.40 %, and constant drying rate, Rc, 897.12 kg/m 2 .hour. In drying operations of 4 mm thickness, optimum drying occurs at 50 ℃ temperature with critical time, tc, for 1.92 hours, critical water content of sample, Xc, 2.56 %, and constant drying rate, Rc, 175.52 kg/m 2 .hour. A B S T R A K Terjadinya kerusakan bahan pangan dapat disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Penyebab faktor intrinsik di antaranya aktivitas air (aw) dan kadar air, tingkat kematangan dan sifat bahan pangan itu sendiri. Sedangkan penyebab dari faktor ekstrinsik seperti komposisi udara, suhu, tekanan, populasi dan tingkat kontaminasi mikrobia. Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan yang paling banyak digunakan, yaitu dengan cara menguapkan sebagian besar air yang terkandung di dalam bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Penelitian ini mempelajari karakteristik pengeringan busa sari buah tomat menggunakan tray dryer dengan penambahan foaming agent albumin dan carrier agent dextrin yang berfungsi sebagai foam stabilizer. Tomat yang digunakan sebagai bahan baku adalah tomat matang, merah segar, diameter relatif sama, tidak rusak secara fisiologis dan mekanis. Di dalam penelitian ini, tomat diiris dan dihaluskan menggunakan blender selama 10 menit. Biji dan ampasnya dipisahkan dari bubur tomat dengan ayakan berukuran 60 mesh. Kemudian bubur tomat dicampurkan dextrin dan foaming agent albumin masing-masing sebanyak 5% berat. Campuran
2020
Alat pengering tenaga surya tipe pemanasan langsung telah diuji untuk pengeringan pisang pada kondisi berbeda. Alat pengering yang diuji merupakan alat pengering hibrida yang bias digunakan dengan sumber energy lain, selain menggunakan energy surya sebagai sumber energi utama pada siang hari, sedangkan gas LPG digunakan pada pengeringan di malam hari. Hasil penelitian menunjukkan temperatur tertinggi, penurunan kadar air tertinggi pada pengujian dengan LPG diperoleh pada rak 6, sedangkan terendah diperoleh pada rak 1, karena sumber kalor berada di bawah rak 6, hal sebaliknya terjadi pada pengeringan menggunakan energy surya, karena sumber kalor berasal dari bagian atas atau pada rak 1. Pada pengujian dengan LPG, temperatur tertinggi yang dapat dicapai yaitu 84,7 °C yaitu pada rak 6, sedangkan temperatur terendah 52,3 °C pada rak 1, sebaliknya temperatur pisang dengan menggunakan tenaga surya temperatur tertinggi pada rak 1 pada jam 11.00 WIB sebesar 62,9 °C dan paling rendah pada ra...
2020
Indorysia merupakan negara tropis dengan kelimpahan sunber energi terbarukan berupa sinar \ltahaai da1 bymaya yang melimpah. Ke&u jenis sumber energ terbarukan tersetut mulai diqunlkan don dikembangan sebagai energi akernatif di sektor pertanian dan perkcbuan dalam hal telotologi pengeringan. salah satu produk prkebunan yang ienperhattkan-penggwuum teknologi wngeringan adalah kopi. Pada sistem pengeringan konveiionar, penghilanian 6da. air pada biji kopi mengandallun kontak tangsung deingan sinar matahari yorg ioi "r-"i dan rama pigenngan dapt menjadi kelemahan sistem wngeringan tersebut. paia penelitian aruku*ai fi-mtuatan pengeing kopi sistem hibrid dengan menggmakan kolekor surya clan tungku biomassa birkapasitos 2,5 kg. Hasil ryngliian didapatlan efisiensi pengeing sebesm 7,4"/i sedangkan png;nrg* konve nsional sebesar 4,4%o